Liputan6.com, Jakarta - Jumlah korban meninggal akibat gempa Jepang kini telah melewati 100 orang. Tim penyelamat dan warga masih terus mencari kemungkinan adanya jenazah lain dalam timbunan reruntuhan.
Harapan untuk menemukan korban yang selamat telah memudar setelah gempa bumi paling mematikan di negara itu dalam hampir delapan tahun. Namun pihak berwenang mengatakan pada hari Sabtu bahwa lebih dari 200 orang masih hilang.
Baca Juga
Gempa berkekuatan Magnitudo 7,6 yang melanda pantai barat Jepang pada 1 Januari 2024 menghancurkan infrastruktur, menyebabkan aliran listrik di 23.000 di wilayah Hokuriku terhenti.
Advertisement
“Saya sedang bersantai di Tahun Baru ketika gempa terjadi. Kerabat saya semua ada di sana dan kami bersenang-senang,” kata seorang warga Wajima, Hiroyuki Hamatani, kepada kantor berita AFP.
“Rumah itu sendiri masih berdiri tetapi sekarang sudah jauh dari layak huni… Saya tidak bisa membayangkan masa depan,” kata pria berusia 53 tahun itu, dilansir Al Jazeera.
Empat lempeng tektonik dunia bertemu di Jepang sehingga menjadikan negara ini sangat rentan terhadap gempa bumi. Daerah ini mengalami ratusan gempa setiap tahunnya, namun sebagian besar hanya menyebabkan sedikit atau tidak ada kerusakan sama sekali.
Korban tewas akibat gempa bumi pekan lalu merupakan yang tertinggi sejak tahun 2016, ketika gempa di Kumamoto, barat daya Jepang, menewaskan 276 orang.
Pada tahun 2011, gempa bawah laut berkekuatan Magnitudo 9 memicu tsunami besar yang menyapu bersih seluruh komunitas dan menyebabkan kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Setidaknya 18.500 orang tewas.
Enam belas kematian lagi dikonfirmasi di kota Wajima dan kota Anamizu pada pukul 1 siang (04:00 GMT) pada hari Sabtu, sehingga totalnya menjadi 110, kantor berita Kyodo melaporkan, mengutip pemerintah prefektur Ishikawa dan sumber lainnya.
Kota Wajima mencatat jumlah kematian tertinggi dengan 59 orang, diikuti oleh Suzu dengan 23 orang menjadi korban gempa Jepang. Bencana ini mengakibatkan lebih dari 500 orang terluka, sedikitnya 27 di antaranya serius.
Bantuan Terhambat
Ribuan tentara diterbangkan untuk mengangkut air, makanan dan obat-obatan kepada lebih dari 32.000 orang yang telah dievakuasi ke auditorium, sekolah dan fasilitas lainnya.
Namun, kendala jalan rusak dan masalah lainnya menghambat pengiriman pasokan bantuan.
“Kami melakukan yang terbaik untuk melakukan operasi penyelamatan di desa-desa terpencil… Namun, kenyataannya isolasi tersebut belum terselesaikan sesuai keinginan kami,” kata Gubernur Ishikawa Hiroshi Hase pada hari Jumat.
Surat kabar Yomiuri melaporkan lebih dari 100 tanah longsor terjadi di wilayah tersebut, beberapa di antaranya menghalangi jalan-jalan penting.
Meskipun listrik secara bertahap kembali menyala di sepanjang garis pantai, pasokan air masih langka, dan sistem air darurat rusak.
Advertisement