1,2 Miliar Perempuan Diperkirakan Alami Menopause pada 2030, Mayoritas Bisa Tunjukkan Gejala Vasomotor

Sebanyak 47 juta perempuan akan memasuki fase menopause setiap tahunnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Mar 2024, 17:05 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 17:00 WIB
1,2 Miliar Perempuan Diperkirakan Alami Menopause pada 2030, Mayoritas Bisa Tunjukan Gejala Vasomotor
1,2 Miliar Perempuan Diperkirakan Alami Menopause pada 2030, Mayoritas Bisa Tunjukan Gejala Vasomotor. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2030 populasi perempuan di dunia yang mengalami menopause diproyeksikan meningkat menjadi 1,2 miliar, dengan 47 juta perempuan akan memasuki fase ini setiap tahunnya.

Temuan ini diungkap dalam penelitian The REALISE dan dipresentasikan di Kongres Dunia ke-18 yang diselenggarakan International Menopause Society (IMS), 26 – 29 Oktober 2022, di Lisboa, Portugal.

Studi The REALISE mengeksplorasi beban gejala dan dampak gejala menopause pada wanita di berbagai negara, serta pandangan dokter yang merawat mereka.

Penelitian menunjukkan, lebih dari sepertiga perempuan yang berada dalam fase menopause melaporkan sejumlah gejala yang parah, seperti:

  • Gangguan tidur.
  • Kekeringan pada vagina.
  • Perubahan suasana hati.

Gejala ini dapat berlangsung selama 10 tahun atau lebih setelah periode menstruasi terakhir mereka.

Hal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup perempuan. Namun, sekitar 30 persen perempuan yang mengalami gejala sedang hingga berat dan berkonsultasi dengan dokter, tidak mendapat pengobatan apa pun.

"Di samping mengalami gangguan tidur, banyak perempuan di seluruh dunia pada umumnya menderita gejala vasomotor selama masa transisi menopause, yang mana dapat memengaruhi kualitas hidup mereka," kata Head Global Medical Affairs Women's Health, Bayer AG, Cecilia Caetano dalam Pharma Media Day 2024 melalui keterangan pers, Rabu (27/3/2024).  

Penelitian ini mengungkap bahwa gejala vasomotor (VMS) dianggap sebagai gejala menopause yang paling umum dan menyusahkan. Namun juga menunjukkan tingginya beban gejala selain VMS pada wanita menopause. Penelitian ini menyoroti perlunya peningkatan kesadaran dan penanganan seputar gejala menopause selain VMS untuk meningkatkan dialog dan pengambilan keputusan bersama.

Vasomotor Terjadi pada 80 Persen Wanita Menopause

Gejala vasomotor (VMS) dapat diakibatkan oleh penurunan fungsi ovarium secara progresif akibat menopause alami atau intervensi medis.

Melansir laman resmi Bayer, VMS atau juga disebut sebagai hot flashes dilaporkan terjadi pada 80 persen wanita pada masa transisi menopause. Dan merupakan penyebab utama wanita mencari pertolongan medis pada fase ini. Lebih dari 1/3 wanita melaporkan gejala parah, yang dapat berlangsung 10 tahun atau lebih setelah periode menstruasi terakhir, yang berdampak pada kualitas hidup.

Gejala vasomotor juga dapat disebabkan oleh terapi endokrin untuk pengobatan atau pencegahan kanker payudara. Ini berdampak pada kualitas hidup dan kepatuhan pengobatan yang saat ini tidak dapat diatasi karena tidak ada pilihan pengobatan yang tersedia.

Mengenal Gejala Vasomotor

Gejala vasomotor, yang lebih dikenal dengan hot flashes dan keringat malam, merupakan gejala menopause yang paling umum. Sekitar 4 dari 5 orang yang mengalami menopause mengalami gejala vasomotor.

Melansir Webmd, gejala vasomotor terasa seperti semburan atau kilatan panas yang timbul secara tiba-tiba. Perempuan di masa transisi menopause dapat merasakannya di dada bagian atas, wajah, dan bagian tubuh lainnya.

Semburan panas ini membuat tubuh mulai berkeringat dan kulit mungkin memerah atau berjerawat. Detak jantung mungkin juga meningkat.

Akibatnya, dapat timbul rasa cemas, terkadang hal ini dapat menyebabkan jantung berdebar-debar dan pusing. Setelah merasa panas, sensasi selanjutnya mungkin akan merasakan rasa dingin. Atau alih-alih merasa panas, perempuan mungkin hanya merasa kedinginan.

Ganggu Kualitas Tidur

Vasomotor disebut juga sebagai keringat malam karena dapat menimbulkan keringat berlebih pada malam hari.

Saking banyaknya keringat, pakaian dan seprai bisa basah dan akhirnya mengganggu kualitas tidur.

“Keringat malam adalah semburan panas yang terjadi pada malam hari. Hal ini dapat disertai dengan keringat berlebih dan dapat mengganggu tidur Anda. Anda mungkin terbangun dengan sangat berkeringat dan perlu mengganti pakaian dan seprai,” melansir Webmd.

Setiap orang dapat memiliki pengalaman berbeda terkait dengan gejala vasomotor. Semburan panas yang dialami bisa ringan atau intens.

“Anda mungkin mengalaminya setiap hari, atau sesekali saja. Gejala ini mungkin sangat ringan sehingga Anda hampir tidak menyadarinya, atau sangat intens sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari Anda.”

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya