Liputan6.com, Jakarta Bentakan dan ancaman yang bersifat verbal dari orang tua ke anak dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang seperti halnya kekerasan fisik. Bagi orang-orang yang mengalami kekerasan verbal (verbal abuse), baik dari pengasuh atau guru yang bukan orang tua, dampak kekerasan verbal di masa kecil dapat berlanjut hingga dewasa.
Kekerasan verbal yang dialami saat kecil sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kemarahan, depresi, dan menyakiti diri sendiri saat anak beranjak dewasa.
Baca Juga
Dilansir dari Everyday Health pada Kamis, 18 April 2024, disebabkan dampak langsung dan jangka panjangnya, kekerasan verbal perlu dilihat dan dipelajari sebagai bentuk penganiayaan anak, menurut tinjauan sistematis yang diterbitkan dalam Child Abuse & Neglect edisi Oktober 2023: International Journal.
Advertisement
"Melihat berbagai penelitian, jelas bahwa kekerasan verbal pada anak-anak oleh orang dewasa memiliki dampak langsung, seperti membuat anak-anak merasa tidak dicintai, ditinggalkan, dan dipermalukan,” kata penulis utama penelitian ini, Shanta Dube, PhD, seorang peneliti dan direktur program magister kesehatan masyarakat di Wingate University di North Carolina.
Hal ini dapat meluas di sepanjang rentang kehidupan, yang mengarah pada depresi, kecemasan, dan keinginan untuk bunuh diri.
"Masalah tersembunyi ini dapat menyebabkan sejumlah masalah di masa dewasa dan perlu diwaspadai,” kata Dube.
Penelitian tersebut menekankan perlunya perhatian terhadap kekerasan verbal, karena konsekuensinya sama pentingnya dengan pelecehan fisik atau seksual, kata Hilit Kletter, PhD, seorang psikiater di Stanford Medicine Children's Health dan kepala Stanford Stress and Resilience Clinic di California.
Orang Tua Bertanggung Jawab atas Sebagian Besar Kekerasan Verbal pada Anak
Para peneliti menganalisis total 149 studi kuantitatif dan 17 studi kualitatif untuk menilai bagaimana kekerasan verbal pada anak saat ini didefinisikan dan diukur.
Kajian tersebut menemukan bahwa pelaku utama pelecehan verbal anak oleh orang dewasa adalah orang tua (76,5 persen), pengasuh orang dewasa lainnya di rumah (2,4 persen), dan guru (12,71 persen). Pelatih dan polisi juga tercatat, masing-masing menyumbang 0,6 persen.
“Meskipun kekerasan verbal sering kali tidak disadari (baik oleh pelaku, korban, atau keduanya) kerusakan yang ditimbulkannya cukup signifikan,” kata Kletter.
Dampak kekerasan verbal pada masa kanak-kanak terlihat pada anak-anak dan remaja, dan jika tidak ditangani, dampaknya dapat berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi kesehatan mental dan fisik.
“Baik dalam penelitian maupun dalam pengalaman saya sendiri, hal ini dapat menyebabkan berbagai macam kondisi yang berbeda, termasuk gangguan stres pasca trauma (PTSD), depresi, peningkatan risiko penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan keinginan untuk bunuh diri. Jadi hal ini memiliki konsekuensi yang sangat signifikan," kata Kletter.
Advertisement
Teriakan dan Jeritan adalah Jenis Kekerasan Verbal yang Paling Banyak Diingat Anak
Teriakan dan jeritan adalah jenis pelecehan verbal yang paling sering didokumentasikan pada ingatan anak. Namun, volume suara seharusnya tidak menjadi satu-satunya pertimbangan dalam menentukan apa yang disebut sebagai kekerasan verbal.
Niat, penyampaian, dan efek langsung pada anak-anak dari kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang dewasa yang juga merupakan faktor yang dapat berkontribusi.
Sayangnya, kekerasan verbal dianggap bukan suatu masalah di beberapa budaya. "Ada faktor budaya yang terlibat di dalamnya. Di beberapa budaya, hal ini dianggap wajar," kata Kletter.
Ini seperti, 'Beginilah cara saya didisiplinkan, dan begitulah cara saya memilih untuk mendisiplinkan anak-anak saya', tambah Kletter.
Kekerasan verbal juga sering kali mencakup perilaku yang merugikan kesejahteraan anak, seperti meremehkan, berteriak, dan bahasa yang mengancam, tetapi definisi tersebut bervariasi dari satu penelitian ke penelitian lainnya.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Masih Merasakan Dampak Kekerasan Verbal di Masa Kecil
Menurut Kletter, jika Anda pernah mengalami pelecehan verbal di masa kecil dan menyadari bahwa hal tersebut terus memberikan dampak negatif, maka pengobatan yang disarankan adalah psikoterapi.
"Meskipun ada konsekuensi yang signifikan terhadap jenis kekerasan ini, saya ingin menekankan bahwa hal ini juga dapat diobati. Jika Anda menderita dampaknya, carilah bantuan, karena kami memiliki penanganan yang sangat efektif, dan dapat membuat perbedaan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang," kata Kletter.
“Jenis psikoterapi yang paling umum berbasis bukti orang-orang yang pernah mengalami kekerasan verbal di masa kecil adalah terapi perilaku kognitif (CBT),” kata Kletter.
Pendekatan untuk mengobati trauma dan PTSD yang terkait dengan trauma masa kecil ini dapat membantu orang mengubah pikiran dan keyakinan mereka tentang trauma untuk membantu mereka pulih dari pengalaman tersebut, menurut American Psychological Association.
Advertisement