Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Prof. Dadan Hindayana mengatakan, mekanisme pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus dimatangkan.
Ini adalah program yang digagas Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga
Program ini dinilai akan bisa mengatasi masalah stunting, karena menyasar tidak hanya pelajar tapi juga ibu hamil.
Advertisement
Menurut Dadan, program makan bergizi gratis akan mulai dilaksanakan pada Januari 2025, dengan sasaran tidak hanya anak sekolah dari jenjang SD hingga SMA, tapi termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita.
“Program ini untuk menyelesaikan semua tahapan pertumbuhan, mulai dari dalam kandungan, ibu hamil, ibu menyusui, balita sampai anak SMA. Ini satu rangkaian yang tidak bisa dipecah,” jelas Dadan dalam Simposium Nasional Kependudukan 2024 di Surakarta, Rabu 9 Oktober 2024 mengutip keterangan pers BKKBN.
Jika salah satu unsur tersebut tidak diintervensi, lanjutnya, hasilnya tidak akan maksimal. Maka dari itu, harus dikerjakan secara bersama-sama.
“Kita berkolaborasi dengan semua unsur. Termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan penanganan stuntingnya, karena kami diberi kewenangan untuk intervensi gizinya,” ujarnya.
Dia menambahkan, jumlah sasaran penerima Makan Bergizi Gratis ini nantinya ada sekitar 82,9 juta jiwa.
Soal Perubahan Nama Program
Dadan juga menyinggung terkait perubahan nama program dari Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Perubahan itu didasarkan atas uji coba yang selama ini digelar di berbagai daerah di Indonesia,” katanya.
Dari hasil uji coba diketahui bahwa anak PAUD hingga SD kelas II, sekolahnya hanya sampai pukul 10.00. Maka, makanan dikirim ke anak-anak pada pukul 08.00.
Anak SD kelas III hingga VI bersekolah hingga pukul 12.00 dan makanan akan mereka terima sekitar pukul 09.00.
Sementara anak sekolah tingkat SMP-SMA, jam sekolah hingga pukul 14.00 atau 16.00, maka makanan diterima mereka sekitar 11.30.
“Karena diterima oleh anak-anak dengan berbagai jam itu, tidak cocok lagi kalau menggunakan nama Makan Siang Gratis, tetapi diubah menjadi Makan Bergizi Gratis,” jelasnya.
Advertisement
Masa Kritis Pertumbuhan Anak
Lebih lanjut dia mengatakan, BGN berkolaborasi dengan semua pihak. Intervensi terkait gizi digarap oleh BGN, sementara pelaksanaan lainnya tetap berkolaborasi dengan pihak lain. Misalnya, terkait data kependudukan digarap oleh BKKBN.
Dadan juga menyampaikan, masa kritis dalam pertumbuhan dimulai saat anak berusia 9 hingga 17 tahun.
“Pada masa itu intervensi gizi sangat diperlukan. Karena itu, kami menetapkan sasaran program MBG mulai dari ibu hamil dan menyusui, anak balita, sampai anak SMA, baik kaya ataupun miskin,” ucapnya.
Menyongsong Indonesia Emas 2045
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kepala BKKBN, Sundoyo menyampaikan, dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dibutuhkan kolaborasi dengan setiap pihak, dan tidak bisa eksklusif atau berjalan sendiri. Termasuk dalam program Makan Bergizi Gratis atau MBG.
Menurut Sundoyo, semua pihak diharapkan berkontribusi dalam kolaborasi, karena tujuan program MBG untuk menciptakan generasi sehat sehingga Indonesia Emas di 2045 dimungkinkan dicapai.
“Badan Gizi Nasional berperan dengan intervensi gizi, BKKBN berperan dalam hal informasi dan data ataupun lainnya, seperti lembaga atau kementerian yang lainnya juga,” ungkap Sundoyo.
Terkait penanganan stunting yang menjadi tanggung jawab BKKBN, Sundoyo menyampaikan saat ini sedang dilakukan kajian penurunan stunting selama 2024 untuk dijadikan dasar kebijakan intervensi stunting pada 2025.
"Tunggu saja hasilnya tiga bulan ke depan, akan dirilis. Dan nanti bisa dilihat terkait dengan penurunan angka stunting,” kata Sundoyo.
Advertisement