Liputan6.com, Jakarta - Memasuki usia enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan berbagai tekstur dan rasa makanan melalui Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dalam perjalanan ini, banyak orang tua yang bertanya-tanya, apakah boleh menambahkan gula dan garam dalam MPASI untuk bayi mereka?
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr. Lovely Daisy, MKM, menegaskan pentingnya pembatasan penggunaan gula dan garam dalam MPASI.
Advertisement
Baca Juga
"Anjuran sesuai ‘Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak’ yang diterbitkan Kemenkes tahun 2020, penggunaan gula dan garam dalam MPASI harus dibatasi," kata Daisy dikutip dari Sehat Negeriku pada Senin, 23 Desember 2024.
Advertisement
Dia juga menambahkan bahwa asupan gula tambahan untuk anak di bawah usia dua tahun sebaiknya tidak melebihi lima persen dari total kalori harian. "Asupan gula yang disarankan berupa gula alamiah seperti buah segar, bukan jus buah atau produk dengan tambahan pemanis," tambah Daisy.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, yang mengatur bahwa MPASI untuk anak usia 6-24 bulan sebaiknya bebas dari gula dan garam tambahan, serta tidak mengandung penyedap rasa, pewarna, atau pengawet.
Kandungan gula alami yang terdapat dalam makanan seperti buah atau sayuran sudah cukup memenuhi kebutuhan rasa manis bayi.
"Perlu diingat, kandungan gula juga terdapat dalam makanan lain yang mengandung karbohidrat sederhana, sehingga penambahan gula pada MPASI tidak diperlukan. Untuk meningkatkan rasa, dapat digunakan bumbu tambahan lain, misalnya tomat, bawang, jahe, atau rempah-rempah alami lainnya," ujar Daisy.
Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang sehat, orang tua dapat memperkenalkan rasa yang bervariasi pada bayi tanpa harus bergantung pada gula tambahan.
Â
Pengganti Garam untuk MPASI Apa?
Dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI), penting untuk memahami kebutuhan natrium harian anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, anak usia 6-12 bulan membutuhkan 370 mg natrium per hari, sedangkan anak usia 1-3 tahun membutuhkan 800 mg per hari.
"Jadi, kebutuhan garam pada anak usia 6-23 bulan kurang dari 1 gram per hari," kata Daisy.
Kebutuhan garam ini dapat dipenuhi secara alami dari natrium yang terdapat dalam bahan pangan segar. Menurut 'Tabel Komposisi Pangan Indonesia' yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada 2020, beberapa bahan pangan dengan kandungan natrium tinggi antara lain:
- 100 gram daging ayam segar mengandung 109 mg natrium.
- 100 gram hati ayam segar mengandung 1.068 mg natrium.
- 100 gram ikan teri segar mengandung 554 mg natrium.
- 100 gram ikan bawal mengandung 129 mg natrium.
- 100 gram udang segar mengandung 178 mg natrium.
- 100 gram telur ayam kampung mengandung 190 mg natrium.
- 100 gram telur ayam ras mengandung 142 mg natrium.
- 100 gram kacang hijau rebus mengandung 447 mg natrium.
Advertisement
Bagaimana Cara Membuat MPASI yang Benar?
Menurut Daisy, MPASI untuk anak usia di atas 1 tahun dapat dibuat dari makanan keluarga. Namun, penting untuk memisahkan makanan anak sebelum menambahkan bumbu seperti gula, garam, atau penyedap rasa.
"Pembatasan gula, garam, dan minyak sangat dianjurkan dalam penyajian makanan keluarga, sesuai dengan rekomendasi gizi seimbang," ujarnya.
Organisasi global seperti UNICEF dan WHO juga merekomendasikan agar gula dan garam tidak ditambahkan pada makanan dan minuman untuk anak.
Daisy, menambahkan,"Penggunaan gula dan garam yang berlebihan pada MPASI dapat memicu risiko penyakit tidak menular di kemudian hari."
Daisy menjelaskan lebih lanjut bahwa konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan obesitas dan karies gigi, sementara kelebihan natrium berpotensi merusak fungsi ginjal bayi yang masih berkembang.
"Selain itu, pemberian gula dan garam pada masa MPASI dapat memengaruhi preferensi rasa anak, membuat mereka lebih menyukai makanan manis dan asin sepanjang hidupnya," katanya.
Dengan memanfaatkan bahan pangan segar yang kaya akan natrium alami, orang tua dapat memberikan rasa pada MPASI tanpa perlu menambahkan garam. Pendekatan ini membantu memenuhi kebutuhan gizi anak secara sehat dan aman bagi perkembangan organ tubuhnya.