Liputan6.com, Jakarta - Grooming adalah bentuk manipulasi berbahaya yang sering kali menargetkan anak-anak dan remaja. Secara umum, istilah grooming memiliki dua makna utama. Dalam dunia profesional, grooming mengacu pada usaha seseorang dalam meningkatkan penampilan dan keterampilan untuk kesuksesan karier. Namun, dalam konteks pelecehan seksual, grooming merujuk pada proses sistematis yang dilakukan oleh pelaku untuk mendapatkan kepercayaan korban sebelum melakukan eksploitasi seksual.
Proses grooming berlangsung secara halus dan bertahap, sehingga korban sering kali tidak menyadari bahwa dirinya sedang dimanipulasi. Pelaku menggunakan berbagai cara, seperti memberikan perhatian, hadiah, dan pujian berlebihan, untuk membangun hubungan emosional dengan korban. Grooming tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga marak dalam bentuk cyber grooming, di mana pelaku memanfaatkan internet dan media sosial untuk mendekati korban.
Tahapan Grooming: Cara Licik Pelaku Memanipulasi Korban
Memahami tahapan grooming sangat penting dalam upaya pencegahan. Proses ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui langkah-langkah sistematis yang dirancang untuk membuat korban sulit melawan atau meminta bantuan.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari Tigagenerasi, Ayoe Sutomo menjelaskan bahwa grooming biasanya terdiri dari beberapa tahapan berikut:
1. Identifikasi TargetÂ
Pelaku mencari korban yang rentan, seperti anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarga atau memiliki masalah emosional.
2. Membangun KepercayaanÂ
Pelaku mulai mendekati korban dengan memberikan perhatian khusus, pujian, dan kasih sayang yang berlebihan. "Teknik ini dikenal sebagai love bombing, di mana korban dibuat merasa spesial dan dihargai," kata Ayoe saat dihubungi Health Liputan6.com pada Kamis, 13 Maret 2025.
3. Mengisolasi KorbanÂ
Pelaku berusaha menjauhkan korban dari keluarga atau teman yang dapat melindunginya. Korban akan semakin bergantung secara emosional pada pelaku.
4. Menciptakan Ketergantungan EmosionalÂ
Dengan memberikan hadiah, pujian, dan janji-janji manis, pelaku memastikan bahwa korban semakin sulit untuk melepaskan diri dari hubungan tersebut.
5. Menormalisasi Perilaku yang Melanggar BatasÂ
Pelaku mulai menguji batas korban dengan cara yang terlihat tidak berbahaya, tetapi perlahan mengarah pada tindakan eksploitasi.
6. Eksploitasi dan Kontrol PenuhÂ
Di tahap akhir, pelaku melakukan eksploitasi seksual, emosional, atau psikologis terhadap korban. Korban sering kali merasa terjebak dan takut melawan karena adanya ancaman atau manipulasi rasa bersalah.
Advertisement
Cara Efektif Mencegah Grooming
Pencegahan grooming memerlukan peran aktif dari orang tua, pendidik, dan lingkungan sekitar. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Bangun Komunikasi Terbuka dengan Anak
Anak-anak harus merasa aman untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka dengan orang tua atau guru.
2. Ajarkan Batasan Diri
Edukasi anak tentang batasan tubuh dan pentingnya berkata "tidak" terhadap hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman.
3. Pantau Aktivitas Online dan Offline Anak
Cyber grooming sering terjadi melalui media sosial dan platform game online. Orang tua perlu mengawasi interaksi digital anak tanpa melanggar privasi mereka.
4. Tingkatkan Kepercayaan Diri Anak
Anak-anak yang percaya diri cenderung tidak mudah terpengaruh oleh perhatian berlebihan dari orang asing.
5. Kenali Tanda-Tanda Manipulasi
Jika seseorang memberikan perhatian berlebihan kepada anak secara tiba-tiba, sebaiknya waspada dan lakukan evaluasi.
