3 Tahun Belum Punya Anak? Begini Cara Dokter Mengatasinya!

Memiliki buah hati merupakan anugerah terindah untuk orangtua, mengikuti perkembangannya menjadi satu momen membahagiakan. Namun tidak sedik

oleh Melly Febrida diperbarui 06 Sep 2013, 09:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2013, 09:00 WIB
inseminasi-130905b.jpg
Memiliki buah hati merupakan anugerah terindah bagi tiap orangtua. Sayang, tidak sedikit pasangan yang sulit punya anak sehingga harus mengambil program khusus agar bisa hamil, misalnya inseminasi.

Seperti pasangan suami istri Victoria dan Peter. Mereka memilih mengikuti program kehamilan. Dokter yang mereka tuju adalah spesialis kebidanan dan kandungan dengan sub spesialis fertilitas dan hormon reproduksi. 

Dokter yang dituju kebetulan praktik di Rumah Sakit Omni Pulomas, Sub spesialis fertility dan hormon reproduksi, dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG (K).

Usia perkawinan yang menginjak tiga tahun membuat mereka ingin cepat memiliki buah hati. Menurut dr. dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG (K) yang menanganinya di Rumah Sakit Omni Pulomas, Jakarta Timur ini, dia memiliki permasalahan pada tubuhnya.

"Ini konsultasi kedua kami, menurut pengecekan sebelumnya di dokter lain penyebabnya karena antibodi saya yang terlalu kuat sehingga sering menolak sperma suami," ungkap wanita yang akrab disapa Ria.

Victoria disarankan untuk menjaga kondisi tubuh dengan tidak terlalu banyak beraktivitas dan tambahan asupan vitamin serta obat penyubur.

"Saya sekarang mengurangi aktivitas dan dapat obat penyubur, saya dan suami sama sama minum satu hari sekali," ujarnya saat diwawancarai Liputan6.com di RS Omni Pulomas, Jakarta Timur, dan ditulis Jumat (6/9/2013).

Selain itu menurut Ria, bantuan alami juga sangat diperlukan dalam menjalani program. "Kami teratur melakukan hubungan suami istri. Disarankan dokter berhubungan dua hari sekali," jelasnya.

Menurut dr. Caroline, lama atau tidaknya program tergantung dari faktor indung telur dan kualitas spermanya, "Lakukan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui masalahnya, setelah diketahui barulah komunikasikan lagi kepada pasien untuk program yang akan dijalankan. Lamanya tergantung kualitas sperma dan telur ibu," paparnya.

(Mia/Mel/*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya