Berhenti merokok sekaligus membantu kita dapat memperbaiki kesehatan mental. Demikian sebuah studi baru yang dirilis secara online pada 11 Februari dalam Jurnal Psychological Medicine, Amerika Serikat menyebutkan.
Secara bertahap, para peneliti menganalisis 4.800 perokok. Hasilnya menunjukan seseorang yang memiliki kebiasaan merokok kerap mengalami kondisi mental yang tak terkontrol.
"Dalam survei pertama diketahui seorang pecandu rokok memiliki masalah kesehatan mental," kata para peneliti dari Washington University School of Medicine di St Louis dikutip Health, Sabtu (15/2/2014).
Survei pertama menemukan bahwa 40 persen dari peserta memiliki suasana hati atau gangguan kecemasan atau riwayat kondisi ini, 50 persen memiliki masalah alkohol dan 24 persen memiliki masalah narkoba.
Di survei kedua, para peneliti menganalisis relawan yang berhenti merokok. Ditemukan, mereka yang berhenti merokok memiliki gangguan mood lebih rendah dibanding yang masih merokok.
"Orang yang berhenti merokok akan mengalami gangguan mood hanya 29 persen sedangkan perokok mengalami gangguan mood sebanyak 42 persen," kata peneliti.
"Ketika mengobati orang-orang dengan gangguan kesehatan mental, dokter mungkin mengabaikan kebiasaan merokok pasien mereka. Padahal hal tersebut memiliki kaitan," kata Asisten Profesor Psikiatri dan Peneliti Utama, Patricia Cavazos - Rehg.
Temuan para peneliti ini dikatakan Patricia menunjukan adanya hubungan yang kuat antara berhenti merokok dengan kesehatan mental yang lebih baik.
"Kami benar-benar perlu menyebarkan berita dan mendorong dokter dan pasien untuk mengatasi masalah ini. Ketika seorang pasien perokok yang ingin fokus pada masalah kesehatan mental lainnya, mualilah berhenti merokok," kata Patricia.
(Mia/Abd)
Secara bertahap, para peneliti menganalisis 4.800 perokok. Hasilnya menunjukan seseorang yang memiliki kebiasaan merokok kerap mengalami kondisi mental yang tak terkontrol.
"Dalam survei pertama diketahui seorang pecandu rokok memiliki masalah kesehatan mental," kata para peneliti dari Washington University School of Medicine di St Louis dikutip Health, Sabtu (15/2/2014).
Survei pertama menemukan bahwa 40 persen dari peserta memiliki suasana hati atau gangguan kecemasan atau riwayat kondisi ini, 50 persen memiliki masalah alkohol dan 24 persen memiliki masalah narkoba.
Di survei kedua, para peneliti menganalisis relawan yang berhenti merokok. Ditemukan, mereka yang berhenti merokok memiliki gangguan mood lebih rendah dibanding yang masih merokok.
"Orang yang berhenti merokok akan mengalami gangguan mood hanya 29 persen sedangkan perokok mengalami gangguan mood sebanyak 42 persen," kata peneliti.
"Ketika mengobati orang-orang dengan gangguan kesehatan mental, dokter mungkin mengabaikan kebiasaan merokok pasien mereka. Padahal hal tersebut memiliki kaitan," kata Asisten Profesor Psikiatri dan Peneliti Utama, Patricia Cavazos - Rehg.
Temuan para peneliti ini dikatakan Patricia menunjukan adanya hubungan yang kuat antara berhenti merokok dengan kesehatan mental yang lebih baik.
"Kami benar-benar perlu menyebarkan berita dan mendorong dokter dan pasien untuk mengatasi masalah ini. Ketika seorang pasien perokok yang ingin fokus pada masalah kesehatan mental lainnya, mualilah berhenti merokok," kata Patricia.
(Mia/Abd)