Ini Alasan Tulisan Tangan Dokter yang Susah Dibaca dan Bahayanya

Alasan tulisan dokter yang dulit dibaca dan bahayanya bagi pasien.

oleh Loudia Mahartika diperbarui 02 Mei 2019, 16:35 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2019, 16:35 WIB
Ini Alasan Tulisan Tangan Dokter yang Susah Dibaca dan Bahayanya
Suatu Saat Bisa Saja Rekam Medik Harus Dibuka Saat Pasien Bermasalah Sehingga Tulisan Tangan Dokter Tidak Boleh Mirip Cakar Ayam (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sudah menjadi rahasia umum jika seorang dokter memiliki tulisan tangan yang sulit untuk dibaca oleh para pasiennya. Bagi masyarakat awam, akan menganggap tulisan dokter baik di catatan kesehatan maupun di dalam resep sulit untuk dibaca dan dipahami.

Tak sedikit jika banyak masyarakat yang bingung dalam membaca tulisan dokter. Terlebih lagi jika dalam keadaan genting.

Walaupun tak semua dokter memiliki bentuk tulisan tangan yang buruk, namun sayangnya stigma masyarakat akan menganggap jika tulisan dokter memang sulit dibaca.

Bukan hanya di Indonesia, namun beberapa kejadian juga dialami oleh masyaarkat di luar negeri yang tak mampu membaca tulisan dokter. Sebenarnya apa alasan dokter memiliki tulisan tangan yang sulit untuk dibaca?

Alasan Dokter Miliki Tulisan Tangan yang Buruk

Ini Alasan Tulisan Tangan Dokter yang Susah Dibaca dan Bahayanya
Ilustrasi dokter menulis resep | Via: istimewa

Dilansir dari Huff Post oleh Liputan6.com, Kamis (2/5/2019), Gary Larson seorang direktur medis mengatakan bahwa dalam menempuh pendidikan kedokteran kebanyakan semua catatan dilakukan dengan media elektronik. Bahkan ia hanya menulis sekali mata kuliah selama 170 pertemuan di kelasnya.

Para calon dokter akan lebih sering menggunakan tangannya untuk praktik operasi dan sebagainya. Setelah menjadi dokter, mereka diwajibkan menulis catatan riwayat kesehatan pasien dengan tulisan tangan. Hal itu tentunya sangat kaku karena tidak terbiasa menulis.

Berbeda alasan menurut Celine Thum, MD seorang direktur medis di ParaDocs Worldwide mengatakan bahwa,

Di bidang medis, ilmu yang tidak didokumentasikan (ditulis), maka mustahil dilakukan.” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa bekerja di bidang medis, hal sekecil apapun perlu dicatat di dalam riwayat kesehatan pasien. Ditambah lagi jam kerja yang panjang bagi seorang dokter dengan banyaknya catatan riwayat pasien yang harus ditangani adalah salah satu pekerjaan yang melelahkan.

Jika Anda benar-benar menulis selama 10 hingga 12 jam sehari dengan tulisan tangan, maka tangan Anda tidak akan bisa melakukannya,” kata Ruth Brocato, MD seorang kepala dokter perawatan di mercy Medical Center.

Kebanyakan tulisan tangan dokter memburuk sepanjang hari karena otot-otot tangan kecil itu menjadi terlalu banyak bekerja, menurut Asher Goldstein MD seorang dokter dari Pusat Manajemen Genesis Pain Centers.

Pekerjaan menjadi dokter bukanlah sekedar mengobati pasien. Mereka harus mencatat semua catatan kesehatan pasien yang mereka tangani. Terlebih lagi jika dokter telah selesai mengecek satu pasien, mereka akan bergegas ke pasien berikutnya.

Menurut dr. Brocato, dokter akan lebih sering dan lebih peduli memberikan waktunya untuk pasien jika pasien bertanya sesuatu ketimbang memikirkan untuk memperbagus tulisan mereka karena otot-otot ditangan mereka yang terlalu banyak bekerja.

dr. Brocato juga menambahkan sebenarnya dalam menulis dokter sudah melakukan dengan hati-hati. Saat pasien menyerahkan catatan resep kepada apoteker, maka apoteker akan mengerti maksudnya. Walaupun pasien hanya menganggap tulisan itu adalah coretan tak bermakna.

Akibat Tulisan Tangan Dokter yang Sulit Dibaca

Ini Alasan Tulisan Tangan Dokter yang Susah Dibaca dan Bahayanya
Sering resep dokter sulit dibaca. Tapi Bintang.com bakal kasih tahu kamu rahasia membaca tulisan tangan mereka. Seperti apa?

Walaupun seorang apoteker dapat membaca tulisan dokter, namun nyatanya ada sekitar 7.000 orang meninggal dalam setahun karena kesalahan medis yang disebabkan oleh tulisan tangan dokter yang tak bisa dibaca pada tahun 2006 silam, dikutip dari Reader’s Digest.

Menurut Sekretaris jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Adib SpOT mengatakan bahwa,

Di dalam akreditasi itu, di saat kita mem-follow-up visit pasien, harus ada SOAP (subjective, objective, assessment, dan planning),” ungkapnya.

Adib mengatakan bahwa rekam medis pasien berkaitan erat dengan data penting. Dengan begitu, tulisan tangan dokter tidak boleh asal-asalan apalagi sampai mirip cakar ayam yang sulit dibaca dan dipahami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya