Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini netizen Indonesia sedang ramai memperdebatkan masjid rancangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang dianggap oleh sebagian orang memiliki simbol Illuminati. Masjid Al Safar menjadi perbincangan hangat lantaran di bagian mimbar mirip dengan 'All Seeing Eye' alias mata satu, yang diketahui sebagai simbol utama dalam Illuminati.
Menanggapi isu tersebut Ridwan Kamil angkat bicara tentang konsep masjid yang ia bangun. Ridwan Kamil menepis ada simbol Illuminati di masjid itu.
Advertisement
Baca Juga
"Masjid Al Safar adalah eksperimentasi teori lipat folding architecture. Jika eksperimentasi bentuk itu ditafsir, ya tentu tidak bisa dihindari. Tapi jika disimpulkan bahwa bentuk-bentuknya adalah menerjemahkan simbol iluminati dkk, saya kira itu tidak betul," dikutip Liputan6.com dari akun Twitter Ridwan Kamil, Sabtu (1/6/2019).
Ridwan Kamil juga menyebut, usahanya mendesain Masjid Al Safar adalah sebagai usaha memajukan seni atau arsitektur Islam. Cara itu dilakukan agar seni dalam Islam berkembang.
Rupanya tudingan mirip simbol Illuminati ini berawal dari cuitan salah seorang netizen. Dalam cuitan yang tersebar, disebut bahwa masjid rancangan Ridwan Kamil mirip simbol Illuminati. Namun rupanya cuitan ini menjadi pro dan kontra di kalangan netizen sendiri.
Ijtihad memajukan seni/arsitektur Islam terus dilakukan agar berkembang maju. Seni dalam Islam tdk memperlihatkan mahluk hidup, tapi bereksperimentasi dgn rumus geometri. Teori lipat Folding Architecture adlh metode mencari kekayaan geometri baru yg digunakan di Masjid Al Safar. pic.twitter.com/fayVnZotDu
— ridwan kamil (@ridwankamil) May 31, 2019
Penjelasan Ridwan Kamil
Contoh ijtihad bentuk di Masjid Al Irsyad, Padalarang. menghilangkan tipikal dinding mihrab. Salat langsung menghadap alam pegunungan. Agar kita merasa kecil di hadapanNYA. Hasilnya, tiap zhuhur, Air di area mihrab pun memantul ikut bergerak. Alam berpuisi seolah ikut berzikir. pic.twitter.com/Xet8VjsZGz
— ridwan kamil (@ridwankamil) May 31, 2019
Menepis isu tersebut, Ridwan Kamil memberikan penjelasan tentang teori yang ia gunakan dalam mendesain masjid tersebut. Ridwan menjelaskan, Masjid Al Safar tidak lain merupakan salah satu hasil ijtihadnya dalam memajukan seni atau arsitektur Islam. Seni dalam Islam tidak memperlihatkan mahluk hidup, tapi bereksperimentasi dengan rumus geometri.
Teori Ridwan Kamil ini juga telah ia gunakan untuk desain Masjid Al Irsyad di Padalarang. Desain Masjid Al Irsyad sendiri sengaja menghilangkan tipikal dinding mihrab, sehingga memungkinkan para jamaah menghadap langsung ke arah alam dan pegunungan ketika menunaikan salat.
Advertisement
Mendapatkan Penghargaan
Seperti tidak dihargai di negeri sendiri, Masjid Al Safar justru mendapatkan penghargaan dari Arab Saudi. Masjid Al Safar masuk dalam nominasi masjid dengan arsitektur terbaik versi Abdullatif Al Fozan Award 2019 bersama 26 masjid lain di dunia. Diketahui Abdullatif Al Fozan Award 2019 ini dinilai oleh Al Mafa dari Arab Saudi.
“Di negeri sendiri dicaci oleh para penafsir teori konspirasi. Justru di Arab Saudi, di negeri tempat lahirnya Islam, Masjid Al Safar malah dinominasi & diapresiasi. Ya, begitulah suka duka kehidupan ini. Alhamdulillah Allah Maha Adil. Berikut penjelasan ttg Masjid Al Safar dkk,” tulis Ridwan Kami di akun Twitter pribadinya.
Tak hanya Masjid Al Safar, dua desain masjid rancangan Ridwan Kamil juga masuk dalam nominasi Abdullatif Al Fozan Award. Dua masjid rancangan Ridwan Kamil lain yang berhasil masuk nominasi adalah Masjid Raya Sumatera Barat dan Al Irsyad, Bandung Barat.