Suhu Panas Tidak Efektif Tekan Penyebaran Corona COVID-19, Ini Penjelasan Ahli

Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah demi cegah penyebaran COVID-19.

oleh Novita Ayuningtyas diperbarui 04 Apr 2020, 15:45 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2020, 15:45 WIB
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Liputan6.com, Jakarta Penyebaran virus Corona COVID-19 di Indonesia membuat banyak masyarakat cukup khawatir. Pasalnya, pada Jumat (3/4/2020) dilansir Liputan6.com dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah pasien positif COVID-19 mencapai angka 1.986 orang.

Peningkatan terhadap pasien positif terinfeksi virus Corona Covid-19 ini membuat masyarakat harus lebih waspada. Bahkan, pemerintah juga mengeluarkan imbauan agar masyarakat tetap berada di rumah untuk sementara waktu.

Meski pasien positif Corona Covid-19 di Indonesia telah mengalami peningkatan, akan tetapi dilansir Liputan6.com dari Merdeka.com pada Sabtu (4/4/2020) Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengatakan jika virus corona COVID-19 tak cukup kuat untuk hidup di Indonesia. Hal ini dikarenakan virus tersebut tak bisa bertahan hidup di cuaca Indonesia yang cenderung panas karena berada di daerah tropis serta dilintasi oleh garis khatulistiwa.

Ungkapan tersebut pun langsung menuai perhatian publik. Bahkan, manager Grup Epidemiologi Spasial, Eijkman-Oxford Clinical Reasearch Unit, Iqbal Elyazar mengungkapkan jika kondisi suhu iklim masih belum efektif untuk menahan laju penyebaran dari virus Corona Covid-19.

Kondisi perubahan iklim berpengaruh tapi tak memperlambat penyebaran

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Iqbal Elyazar menyebutkan untuk memutus rantai penyebaran virus corona Covid-19 ialah hanya dengan menjaga jarak serta kontak langsung antara satu manusia dengan lainnya.

"Sesuai hasil kajian Jon Brassey memperlihatkan bahwa efek cuaca dalam penularan virus itu sifatnya kecil. Sehingga strategi menghentikan penularan tidak bisa mengandalkan cuaca saja, tapi tindakan untuk mencari orang terinfeksi dan langsung memisahkan si sakit dari si sehat. Itu lebih tepat," ujar Iqbal seperti yang dikutip Liputan6.com dari Merdeka.com pada Sabtu (4/4/2020).

Meski begitu, dirinya juga belum bisa menampik mengenai kondisi iklim yang bisa menghentikan penularan virus corona. Pasalnya, hingga saat ini belum ada penelitian serta data yang cukup mengenai dampak dari kondisi iklim yang cukup panas dengan berhentinya penyebaran virus corona.

Berjemur untuk tambah vitamin D

[Fimela] sinar matahari
berjemur sinar matahari | unsplash.com/@tomasalas

Selaras dengan Iqbal Elyazar, pengamat kesehatan, Marius Widjajarta mengatakan jika kondisi iklim dan cuaca di Indonesia tidak ada kaitannya dengan penyebaran virus corona.

"Keilmuan yang saya dapat, enggak ada hubungannya virus dengan cuaca. Jadi jangan ke mana-mana, kita bicara kesehatan aja ilmiah. Kebetulan kan dulu saya sekolah dokter, selama saya belajar enggak ada hubungannya dengan cuaca. Jadi jangan buat ilmu baru deh, lebih baik diem daripada ke sana ke sini," ujar Marius Widjajarta.

Meski menegaskan jika kondisi iklim di Indonesia tidak ada hubungannya sama sekali dengan COVID-19, akan tetapi Marius membenarkan mengenai berjemur di bawah sinar matahari demi mendapatkan vitamin D. Namun, tentu saja masyarakat harus cermat memilih waktu yang tepat saat akan berjemur.

Siapkan APD yang memadai

Intip Pembuatan APD Tenaga Medis di Jakarta
Pekerja memakai pakaian untuk Alat Pelindung Diri (APD) tenaga medis di kawasan Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Akibat melonjaknya jumlah kasus penyebaran Covid-19 di beberapa wilayah di Indonesia menyebabkan terbatasnya ketersediaan APD di pasaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Banyaknya pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit membuat banyak rumah sakit rujukan dan tenaga medis kekurangan Alat Pelindung Diri (APD). Marius juga meminta agar pemerintah mampu menyediakan APD untuk rumah sakit rujukan demi menangani virus corona atau COVID-19. Hal ini dikarenakan virus corona bukanlah termasuk virus biasa.

"Jadi kalau bicara petugas kesehatan, kalau pakai APD itu wajib. Jadi pemerintah sediain itu (APD) jangan lari kemana-mana, sekarang kan kaya orang panik jalan disemprot-semprot gitu. Jadi kalau menurut saya, daripada uang dibuat kemana-mana, lebih baik. Kalau standard WHO itu kan pakai pelindung, ya APD harus disiapin" lanjutnya.

Pasalnya, menurutnya apabila APD belum tercukupi, maka angka kematian pun bisa kian bertambah. Penambahan APD bagi rumah sakit rujukan juga dianggap sebagai salah satu bentuk untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya