Liputan6.com, Jakarta Salah satu penyakit yang menyerang tulang, yaitu osteoporosis sangat mungkin menimpa semua orang, walaupun penyakit ini memang lebih banayak dialami olehh orang yang telah memasuki usia lanjut. Hal tersebut dibenarkan oleh Nicolaas C. Budhiparama, MD.,PhD. dengan Dr. Hendy Hidayat, SpOT dan dr. Toto Suryo Efar, SpOT.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
“Ya, usia lanjut kerap berisiko dan lebih cepat mengalami kondisi ini dibandingkan yang lain. Namun, apa langkah tepat untuk pencegahannya? Berikut penjelasan dari Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi,” ujar Nicolaas C. Budhiparama, MD.,PhD. yang merupakan Mantan Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia.
Informasi dan jadwal dokter ortopedi terbaik di Jakarta, lihat di sini.
Sedangkan menurut WHO, osteoporosis merupakan jenis penyakit yang memiliki ciri khas seperti massa tulang yang rendah dengan disertai perubahan pada mikro-arsitektur tulang, serta adanya penurunan kualitas jaringan tulang. Beberapa hal tersebut yang pada akhirnya menimbulkan kerapuhan pada tulang dan menambah risiko terjadinya patah tulang.
Jika melihat secara global, 1 dari 2 wanita dan 1 dari 5 pria >50 th memiliki risiko tinggi untuk patah tulang akibat osteoporosis. Osteoporosis dapat menyebabkan 500.000 kasus patah tulang pada area tulang belakang, 200.000 kasus pada area pergelangan tangan, dan > 300.000 kasus terjadi pada tulang di area panggul.
Saat osteoporosis, akan terjadi penurunan pada massa dan trabekulasi tulang yang disebabkan oleh adanya peran sel osteoblast dan osteoklas yang tidak seimbang. Hal itu karena sel osteoklas yang berperan untuk meresorpsi tulang justru lebih aktif dari pada sel osteoblast yang memiliki peran dalam proses pertumbuhan tulang, sehingga hal inilah yang akhirnya menyebabkan keroposnya tulang.
Dua Jenis Osteoporosis
Dr. Hendy Hidayat, SpOT menyebutkan jika penyakit osteoporosis ada dua jenis. Jenis yang pertama yaitu Osteoporosis primer. Jenis osteoporosis ini tidak disebabkan oleh penyakit, namun penyebabnya karena faktor hormonal serta usia. Lalu, yang kedua yaitu osteoporosis sekunder. Jenis osteoporosis ini disebabkan karena adanya penyakit lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya risiko terjadinya osteoporosis:
1. Faktor yang tidak dapat diubah
- Riwayat keluarga
- Jenis kelamin perempuan
- Usia
- Ras Asia & Kaukasia
- Menopause
- Ukuran badan
2. Faktor yang dapat diubah
- Kurang aktivitas fisik
- Kurang asupan kalsium
- Kurang asupan protein
- Kurang paparan sinar matahari
- Kurang asupan vitamin D
- Terlalu tinggi asupan kafein
- Konsumsi alkohol
- Kebiasaan merokok
- Rendahnya hormon estrogen
- Pengaruh jenis obat tertentu (steroid)
Advertisement
Gejala Osteoporosis
Dilanjutkan oleh Dr. Hendy Hidayat, SpOT, beliau mengatakan jika osteoporosis dapat dikenali tanda-tandanya. Beberapa gejala tersebut antara lain nyeri tulang belakang, postur tubuh yang semakin membungkuk, tubuh semakin terlihat pendek, dan patah tulang hanya karena cedera ringan.
"Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, dan pemeriksaan penunjang seperti x-ray, laboratorium, dan densitometry. Pemeriksaan bone mineral densitometry (BMD) merupakan gold standard pemeriksaan kepadatan tulang yang dapat menilai prognosis, prediksi fraktur, dan diagnosis osteoporosis," ungkap Dr. Hendy Hidayat, SpOT.
Anda tidak akan selalu mengalami kondisi fratkur walau terkena osteoporosis. Karena, kemungkinan terjadinya fraktur pada penderita osteoporosis sangat mungkin diprediksi dengan menggunakan bantuan alat skoring FRAX (Fracture Risk Assesment Tool) ujar Nicolaas C. Budhiparama, MD.,PhD.
Skor yang dihasilkan dari FRAX ini mampu menggambarkan risiko fraktur akibat penyakit osteoporosis hingga 10 tahun yang akan datang. Hasil skor tersebut bisa didapatkan melalui perhitungan dengan dasar dari beberapa komponen, seperti jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, konsumsi alkohol, riwayat fraktur, kebiasaan merokok, konsumsi steroid, penyakit penyerta, rheumatoid artritisdan, serta skor kepadatan tulang.
Solusi Osteoporosis
Untuk menangani penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan cara berupa terapi non-farmakologis dan farmakologis. Jenis terapi non-farmakologis dapat dilakukan dengan memberi nutrisi yang tepat seperti vitamin, protein, karbohidrat, suplemen kalsium, suplemen vitamin D, pemberian mineral dan elektrolit, aktivitas fisik yang optimal, gaya hidup yang sehat, olahraga, dan tindak pencegahan terhadap kecelakaan atau trauma.
"Untuk terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan anti pengeroposan baik obat non-hormonal (vitamin D3, kalsitonin, bisfosfonat) maupun obat hormonal (estrogen replacement, selective estrogen receptor modulator, hormone paratiroid intermiten).” Untuk terapi ini pemberiannya dapat secara oral ataupun melalui infus, jelas Dr. Hendy Hidayat, SpOT.
Tindak pencegahan osteoporosis sangat penting untuk dilakukan sejak dini. Tindak pencegahan sejak awal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya fraktur serta terjadinya cacat yang diakibatkan oleh osteoporosis. Cara untuk mencegahnya yaitu:
- Cukupi asupan Kalsium & Vitamin D
- Olahraga secara teratur
- Hindari merokok dan konsumsi alkohol
- Menghindari cidera ringan seperti terjatuh
- Konsultasi dokter mengenai kesehatan tulang
- Test kepadatan tulang
Apabila diperlukan, maka juga dapat dilakukan terapi medis. Selain itu, latihan jasmani juga bisa dilakukan untuk mencegah serta mengobati osteoporosis. Kegiatan latihan jasmani ini bisa menggunakan beban yang akan berguna dalam membantu melenturkan dan menguatkan tulang.
"Latihan sederhana dapat dilakukan seperti berjalan, menari, naik-turun tangga. Olahraga seperti jogging, jalan cepat, sepeda statis, senam aerobic, renang, dan latihan beban dapat dilakukan sejak dini untuk meningkatkan kepadatan tulang," ujar dr. Toto Suryo Efar, SpOT.
Penyakit osteoporosis adalah masalah kesehatan masyarakat yang dapat muncul karena adanya peningkatan dari segi usia harapan hidup serta gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit osteoporosis dapat diobati dan timbulnya patah tulang mungkin bisa dicegah. Oleh sebab itu, sejak usia dini hingga usia dewasa, baik pria maupun wanita dari segala lapisan masyarakat, perlu berperan aktif untuk ikut memajukan gaya hidup sehat demi tulang yang lebih sehat.
Artikel ini berdasar hasil kerjasama dengan Nicolaas C. Budhiparama, MD.,PhD dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthoplasty & Sports Medicine.
Advertisement