Penyebab Keputihan Tidak Normal dan Cara Mengatasinya, Perlu Diwaspadai

Keputihan adalah cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan.

oleh Husnul Abdi diperbarui 09 Mar 2021, 16:15 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2021, 16:15 WIB
Ilustrasi keputihan
Ilustrasi keputihan (Image by Anastasia Gepp from Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Keputihan adalah cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan. Penyebab keputihan bisa dipengaruhi oleh proses normal tubuh ataupun karena infeksi. Keputihan sendiri adalah kondisi saat cairan keluar dari vagina.

Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis atau alami dan keputihan patologis atau kelainan.

Keputihan fisiologis adalah keputihan yang bersifat normal dengan ciri-cirinya berjumlah sedikit, cair, bening, tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal. Hal ini biasanya terjadi karena perubahan hormon yang dipengaruhi siklus haid, stres, kehamilan, hingga aktivitas seksual.

Sedangkan keputihan patologis merupakan keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu bau, gatal, dan jumlahnya cukup banyak. Hal ini dapat disebabkan karena proses infeksi, alergi, benda asing, atau tumor di saluran reproduksi.

Penyebab keputihan perlu dikenali agar kamu tidak salah dalam menanganinya. Berbagai jenis dan penyebab keputihan ini memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kamu perlu mengetahui penyebab dan faktornya untuk mencegah terjadinya keputihan yang tidak normal. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (9/3/2021) tentang penyebab keputihan.

Penyebab Keputihan

ilustrasi wanita/pexels
ilustrasi wanita/pexels

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab keputihan bisa terjadi karena proses normal tubuh ataupun karena infeksi.

- Penyebab keputihan normal

Keputihan normal adalah cairan yang mengandung campuran sekresi vagina dan lendir serviks. Penyebab keputihan normal bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Keputihan normal memiliki fungsi penting bagi reproduksi. Keputihan normal menjaga kebersihan vagina, memberikan pelumasan selama hubungan seksual, dan dapat membantu mencegah infeksi.

Keputihan normal memiliki tampilan jernih, mungkin tebal atau tipis, dan biasanya tidak berbau. Jumlah yang dihasilkan dan konsistensi dapat berubah pada waktu yang berbeda selama siklus menstruasi bulanan seorang wanita. Selain itu, keputihan yang masih dikatakan normal jika cairan memiliki tekstur bening tetapi elastis seperti lendir, itu menunjukkan bahwa kemungkinan perempuan sedang berovulasi. Penyebab keputihan normal adalah perubahan hormon, rangsangan seksual, stress, hingga karena ibu menyusui.

- Penyebab keputihan tidak normal

Sedangkan penyebab keputihan tidak normal atau akibat infeksi sering kali didipengaruhi oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri (vaginosis bacterial dan klamidiasis), jamur kandida (kandidiasis), dan protozoa (trikomoniasis). Penyebab keputihan akibat infeksi ini biasanya disebabkan oleh kurangnya kebersihan pada area vagina, ketidakseimbangan kuman pada vagina, baik karena obat-obatan atau hormon, hingga karena hubungan seksual.

Keputihan yang tidak normal biasanya disebabkan oleh infeksi. Penyebab keputihan tidak normal di antaranya adalah:

Bacterial vaginosis. Bacterial vaginosis adalah infeksi bakteri cukup umum yang menyebabkan keputihan tidak normal. Ini menyebabkan peningkatan keputihan yang memiliki bau yang kuat, busuk, dan kadang-kadang mencurigakan, meskipun tidak menghasilkan gejala dalam beberapa kasus.

Trikomoniasis. Trikomoniasis adalah jenis infeksi lain. Ini disebabkan oleh protozoa, atau organisme bersel tunggal. Infeksi ini biasanya menyebar melalui kontak seksual, tetapi dapat juga ditularkan dengan berbagi handuk atau pakaian renang. Keputihan ini menghasilkan sekresi kuning atau hijau yang memiliki bau busuk. Rasa sakit, radang, dan gatal-gatal juga merupakan gejala umum, meskipun beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun.

Infeksi ragi. Infeksi ragi adalah infeksi jamur yang menghasilkan cairan putih dengan sensasi terbakar dan gatal. Kehadiran ragi dalam vagina adalah normal, tetapi pertumbuhannya dapat berlipat ganda di luar kendali dalam situasi tertentu. Kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan infeksi jamur diantaranya adalah stres, diabetes, penggunaan pil KB, kehamilan, antibiotik, Gonore dan klamidia.

Gonore dan klamidia. Gonore dan klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menjadi penyebab keputihan tidak normal. Infeksi ini biasanya menyebabkan keputihan berwarna kuning, kehijauan, atau keruh.

Penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul adalah infeksi yang sering menyebar melalui kontak seksual. Ini terjadi ketika bakteri menyebar ke vagina dan ke organ reproduksi lainnya. Penyakit radang panggul dapat menghasilkan cairan yang berbau busuk dan berat.

Human papillomavirus (HPV) atau kanker serviks. Infeksi human papillomavirus (HPV) menyebar melalui kontak seksual dan dapat menyebabkan kanker serviks. Meskipun mungkin tidak ada gejala, kanker jenis ini dapat menghasilkan cairan berdarah, coklat, atau berair dengan bau yang tidak sedap. Kanker serviks dapat dengan mudah diskrining dengan Pap smear tahunan dan sumber pengujian HPV yang terpercaya.

Gejala Keputihan

Setelah mengetahui berbagai penyebab keputihan, kamu tentunya juga perlu mengenali berbagai gejala keputihan normal dan tidak normal.

Gejala keputihan normal:

- Bau tidak menyengat

- Tidak berwarna (bening) atau warna normal (warna putih biasa)

- Tekstur cairan keputihan tergantung dengan siklus menstruasi

- Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam

Gejala keputihan tidak normal:

- Bau menyengat

- Keputihan memiliki warna (contoh: hijau, keabuan)

- Keputihan keluar lebih banyak dari biasanya

- Keputihan menggumpal seperti keju

- Nyeri hingga gatal pada area vagina

- Nyeri saat buang air kecil

- Pendarahan saat menstruasi

- Pendarahan setelah berhubungan seksual

Gejala keputihan juga dapat dibedakan berdasarkan penyebab keputihan yang mendasarinya.

- Keputihan yang disebabkan oleh jamur kandida biasanya tidak berbau atau berbau asam, bersifat gatal, dan menyebabkan kemerahan di luar vagina.

- Keputihan yang disebabkan oleh vaginosis bakterialis biasanya memiliki cairan keputihan yang berwarna keabu-abuan dan berbau amis.

- Keputihan yang disebabkan oleh klamidia menyebabkan rasa nyeri pada tulang panggul atau saat buang air kecil.

- Keputihan yang disebabkan oleh penyakit menular seksual trikomoniasis biasanya berwarna kekuningan atau kehijauan, berbuih, berbau amis, dan disertai rasa perih saat buang air kecil.

Cara Mengatasi Keputihan

ilustrasi wanita/pexels
ilustrasi wanita/pexels

Pengobatan keputihan yang tidak normal harus disesuaikan dengan penyebab keputihan. Berikut cara mengobati keputihan sesuai dengan penyebabnya:

- Keputihan karena jamur kandida, Dokter memberikan obat antijamur dalam bentuk gel yang dimasukkan ke vagina, atau antijamur tablet yang diminum.

- Keputihan akibat vaginosis bacterial, dapat diobati dengan antiobiotik jenis metronidazol atau klindamisin, baik diberikan melalui vagina atau diminum. Fungsinya untuk menghilangkan Bakteri.

- Keputihan akibat klamidia, diobati dengan antibiotik azitromisin satu kali minum atau doksisiklin selama 7 hari. Ini dapat menghilangkan bakteri penyebab keputihan. Pasangan seksual harus diobati juga

- Keputihan akibat trikominiasis, Dokter akan memberikan obat metronidazol. Pada klamidia dan trikomonas, pasangan seksual harus diobati juga.

Cara Mencegah Keputihan

Sebelum mengalami keputihan akibat infeksi atau keputihan yang tidak normal, tentunya kamu bisa melakukan berbagai tindakan pencegahan. Hal ini tentunya bisa kamu lakukan dengan mengenali penyebab keputihan, sehingga kamu bisa jadi lebih paham.

Keputihan dapat dihindari dengan menerapkan beberapa hal, sebagai berikut:

- Bersihkan vagina dengan sabun tanpa pewangi dan bahan kimia

- Keringkan vagina setelah buang air dengan handuk bersih atau tisu

- Hindari terlalu sering menggunakan cairan pembersih vagina

- Bersihkan vagina dari arah depan ke belakang

- Pilih celana dalam yang berbahan katun

- Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari risiko infeksi menular seksual

- Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada dokter kandungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya