KIPI adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Ketahui Gejala dan Reaksinya

Penting mengetahui apa itu KIPI dan bagaimana gejalanya.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 26 Mei 2021, 18:45 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2021, 18:45 WIB
vaksin
Ilustrasi vaksin | pexels.com/@gustavo-fring

Liputan6.com, Jakarta Pasca vaksinasi COVID-19, sejumlah masyarakat melaporkan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Dari awal vaksinasi COVID-19 hingga 16 Mei 2021, Komnas KIPI menerima 229 laporan KIPI serius terdiri dari 211 dari Sinovac dan 18 AstraZeneca. Sementara laporan KIPI ringan ada 10.627, terdiri dari laporan KIPI usai disuntik Sinovac 9.738 dan AstraZeneca 889. 

KIPI merupakan reaksi medis yang muncul setelah vaksin disuntikkan ke tubuh. Gejala KIPI bisa berkisar ringan hingga berat. Laporan-laporan ini kemudian ditinjau oleh Komite Pencegahan Pengendalian KIPI untuk mengetahui apakah benar vaksin menimbulkan gejala tersebut.

Sebenarnya, KIPI tidak hanya berlaku untuk vaksin COVID-19, melainkan untuk semua vaksinasi. Bagi Anda yang sudah mendapatkan vaksinasi, penting mengetahui apa itu KIPI dan bagaimana gejalanya. Berikut rangkuman tentang KIPI yang berhasil Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu(25/5/2021).

Mengenal apa itu KIPI

Ilustrasi suntik vaksin campak (AP/Seth Wenig)
Ilustrasi suntik vaksin campak (AP/Seth Wenig)

KIPI adalah singkatan dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. WHO menyebut kondisi ini sebagai Adverse event following immunization (AEFI). Menuru keterangan WHO, KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan, terjadi setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan kausalitas dengan vaksin.

Gejala KIPI bisa berupa gejala ringan yang dirasakan, rasa tidak nyaman atau berupa kelainan hasil pemeriksaan laboratorium. Semua kejadian atau reaksi medis yang terjadi setelah pasien disuntikkan vaksin akan menjadi perhatian tenaga medis yang bertugas.

KIPI dapat menyebabkan keraguan masyarakat terhadap keamanan vaksin. Maka dari itu, penting melaporkan gejala KIPI agar dapat ditelisik apakah vaksin memang menyebabkan gejala tersebut. Sosialisasi tentang apa itu KIPI juga perlu terus disebarkan.

Kategori KIPI

Ilustrasi vaksin
Ilustrasi vaksin (Foto: unsplash.com)

Menurut WHO, KIPI dikelompokkan ke dalam lima kategori. Kategori KIPI di antaranya adalah:

KIPI yang terkait produk vaksin

KIPI kelompok ini diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin. Contohnya pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi DTP.

KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin

KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen. Contohnya kegagalan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi lengkap virus polio saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi(IPV).

Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV), vaksin hidup yang dilemahkan (LAV), IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun (inactivated polio vaccine). Maka kegagalan dalam proses inaktivasi tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan.

KIPI terkait kekeliruan prosedur imunisasi

kekeliruan prosedur imunisasi disebabkan oleh cara penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari. Contoh dari KIPI ini adalah penularan infeksi karena vial multidosis yang terkontaminasi.

KIPI terkait kecemasan terkait imunisasi

KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu pemberian imunisasi. Contohnya terjadinya vasovagal syncope (Sinkope vasovagal). Ini merupakan reaksi neurovaskuler yang menyebabkan pingsan pada remaja saat atau sesudah imunisasi.

KIPI terkait kejadian konisiden

KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin, kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi. Kejadian koinsiden mencerminkan peristiwa sehari-hari dari masalah kesehatan di masyarakat yang sering dilaporkan.

Contoh : Demam yang timbul bersamaan dengan pemberian imunisasi, ini terkait dengan asosiasi waktu. Asosiasi waktu atau temporal temporal merupakan dua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya. 

 

Jenis KIPI

20160629-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

KIPI non serius

KIPI non serius adalah kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil cakupan imunisasi.

KIPI serius

KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan kematian, serta yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Oleh karena itu, KIPI serius perlu dilaporkan segera setiap kejadian secara berjenjang. Selanjutnya diinvestigasi oleh petugas kesehatan yang menyelenggarakan imunisasi untuk dilakukan kajian serta rekomendasi oleh Komda dan atau Komnas PP KIPI, yang terdiri dari para ahli epidemiologi dan profesi.

Reaksi KIPI

ilustrasi vaksin flu
ilustrasi vaksin. Image by Katja Fuhlert from Pixabay

Melansir KlikDokter, disarankan orang yang habis divaksinasi tidak boleh langsung pulang ke rumah, melainkan harus menunggu dulu setidaknya 30 menit. Tujuannya untuk memantau ada atau tidaknya KIPI. Bila 30 menit tidak ada reaksi yang patut dikhawatirkan, pasien bisa pulang. KIPI terdiri dari tiga jenis reaksi, yaitu:

Reaksi lokal: nyeri, bengkak, kemerahan di area bekas suntikan.

Reaksi lokal yang terbilang parah yakni selulitis.

Reaksi sistemik: demam, nyeri otot seluruh tubuh atau myalgia, nyeri sendi atau artralgia, lemas, dan sakit kepala.

Reaksi lain yaitu alergi. Kondisi ini bisa berupa biduran (urtikaria), anafilaksis (alergi parah hingga sesak napas), dan pingsan.

Ketiga reaksi di atas tidak cuma menjadi KIPI vaksin COVID-19. Semua vaksin memiliki KIPI yang sama.

Gejala ringan dan berat

Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Beberapa KIPI ringan ini contohnya adalah pusing, mual, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri di tempat suntikan, kelelahan, malaise (perasaan lelah, tidak nyaman, dan kurang enak badan), dan demam.

Sementara KIPI berat adalah istilah yang termasuk KIPI serius dan reaksi berat lainnya. Yang termasuk KIPI berat seperti kejang, trombositopenia, Hypotonic Hyporensponsive Episode (HHE), hingga menangis terus menerus (pada anak).

Perbedaan antara KIPI serius dan KIPI berat

Ada perbedaan antara istilah KIPI serius dan KIPI berat. KIPI serius adalah istilah resmi yang dipakai oleh Uppsala Monitoring Center (UMC), yaitu setiap kejadian medis yang tidak diinginkan terjadi pada setiap dosis vaksin yang diberikan yang menyebabkan kematian, dan memerlukan perawatan medis di rumah sakit atau perawatan lanjutan di rumah sakit, atau menyebabkan kecacatan yang permanen, atau mengancam jiwa.

KIPI berat merupakan istilah yang lebih luas, termasuk reaksi berat terhadap vaksin dan reaksi lainnya yang berat. Reaksi berat ini tidak selalu menjadi masalah yang berkepanjangan.

 

KIPI COVID-19

ilustrasi vaksin
ilustrasi vaksin. Photo by Daniel Schludi on Unsplash

Menurut Prof. DR.Dr.Hindra Irawan Satari, SpA(K),MTropPaed selaku Ketua Komnas KIPI dalam paparan tertulisnya, KIPI COVID-19 adalah KIPI dengan perhatian khusus (Adverse Event Special Interest/AESI). Deteksi dan pelaporan kejadian ikutan pasca imunisasi COVID-19 yang tepat waktu adalah langkah pertama dalam memastikan keamanan vaksin.

Deteksi KIPI Covid dilakukan melalui surveilans pasif. Hal ini melibatkan penerima vaksin, penyedia layanan kesehatan dan staf di fasilitas perawatan kesehatan atau imunisasi yang mendeteksi KIPI dan melaporkannya secara berjenjang sesuai SOP di PMK 12/2017.

Pasien yang mengalami gangguan kesehatan KIPI diberikan pengobatan dan perawatan selama proses investigasi dan pengkajian kausalitas.

Komite Pencegahan Pengendalian KIPI

Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari soal vaksin AstraZeneca. (Dok: KPCPEN)
Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari soal vaksin AstraZeneca. (Dok: KPCPEN)

Untuk memantau dan menanggulangi KIPI vaksin COVID-19, menteri kesehatan bersama gubernur telah membentuk Komite Pencegahan Pengendalian KIPI. Komite Pencegahan Pengendalian KIPI ini terdiri dari Komite Nasional PP-KIPI dan Komite Daerah PP-KIPI. Komite ini bekerja secara independen melakukan pengkajian laporan KIPI yang ada di Indonesia.

Komnas PP-KIPI merupakan komite independen yang melakukan pengkajian untuk penanggulangan laporan KIPI di tingkat nasional. Sementara Komda PP-KIPI merupakan komite independen yang melakukan pengkajian untuk penanggulangan laporan KIPIdi tingkat daerah provinsi.

Dari laporan yang diterima, kasus yang terjadi adalah KIPI ringan dan koinsiden (tidak berhubungan dengan pemberian vaksinasi tersebut).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya