5 Risiko CPR untuk Pertolongan Pertama, Bisa Patah Tulang hingga Pneumonia

Risiko CPR adalah patah tulang rusuk hingga pneumonia.

oleh Laudia Tysara diperbarui 03 Nov 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2022, 16:50 WIB
Ilustrasi CPR
Ilustrasi melakukan CPR. Photo by RODNAE Productions from Pexels

Liputan6.com, Jakarta - CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) umumnya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami serangan jantung atau henti jantung. CPR merupakan prosedur penyelamatan nyawa dengan menekan keras di dada/jantung atau memberi napas buatan melalui mulut yang juga berisiko atau ada efek sampingnya.

Apa risiko CPR untuk pertolongan pertama yang dimaksudkan? Para ahli membenarkan adanya risiko CPR. Melansir dari CPR, AED and First Aid Certification Online, pada Rabu (2/11/2022) dijelaskan risiko CPR adalah bisa menyebabkan muntah, patah tulang, cedera otak internal, distensi perut, dan pneumonia.

Meski begitu, tetap penting untuk menyadari bahwa cedera karena CPR pada umumnya tidak fatal. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Decsa Medika Hertanto, Sp.PD melalui akun Instagram centang birunya, pada Rabu (2/11/2022) menegaskan risiko PCR untuk pertolongan pertama tidak seharusnya menghentikan niat menyelamatkan nyawa seseorang.

“Ingat prosedur CPR adalah prosedur penyelamatan nyawa. Jadi tidak usah ragu,” tegasnya.

Jangan ragu dan lanjutkan pijat jantung hingga ada respon dari pasien atau tenaga medis datang. Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang lima risiko CPR untuk pertolongan pertama, Rabu (2/11/2022).

Risiko CPR untuk Pertolongan Pertama

Gambar Ilustrasi Laki-laki Berumur 30-49 Tahun Mengalami Serangan Jantung
Ilustrasi henti jantung. Sumber : Freepik

CPR adalah prosedur medis yang umumnya digunakan untuk mengembalikan detak jantung dan pernapasan bagi penderita henti jantung atau serangan jantung. Prosedur CPR dilakukan dengan menekan keras di dada/jantung atau memberi napas buatan melalui mulut.

Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan, CPR tidak harus dilakukan oleh profesional kesehatan. Melakukan CPR tidak memerlukan sertifikasi khusus atau pelatihan formal, tetapi hanya dibutuhkan pendidikan atau arahan.

CPR adalah pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa seseorang dengan menekan keras bagian dada/jantungnya. Situasi yang harus segera dilakukan ketika jantungnya berhenti berdetak. Tekanan ini dilakukan dengan meniru cara kerja jantung memompa darah. Tujuan melakukan CPR adalah membantu menjaga darah tetap mengalir ke seluruh tubuh.

Jantung yang berhenti berdetak, sama dengan kondisi jantung yang sudah tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh, otak, dan paru-paru. Kondisi ini sangat berisiko menyebabkan kematian dalam hitungan menit tanpa pertolongan pertama seperti CPR.

Meski demikian, risiko CPR untuk pertolongan pertama tetap ada. dr. Decsa menjelaskan risiko CPR atau pijat jantung adalah terjadi patah tulang rusuk atau tulang dada.

“Dalam setiap CPR/pijat jantung, memang ada risiko untuk terjadi patah tulang rusuk/tulang dada,” terangnya.

Risiko CPR untuk pertolongan pertama tidak hanya patah tulang. Melansir dari CPR, AED and First Aid Certification Online, risiko CPR adalah bisa menyebabkan muntah, patah tulang, cedera otak internal, distensi perut, dan pneumonia. Meski begitu, tetap penting untuk menyadari bahwa cedera karena CPR pada umumnya tidak fatal.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Dr. Decsa, risiko PCR untuk pertolongan pertama tidak seharusnya mengentikan niat menyelamatkan nyawa seseorang. Jangan ragu dan lanjutkan pijat jantung hingga ada respon dari pasien atau tenaga medis datang.

“Ingat prosedur CPR adalah prosedur penyelamatan nyawa. Jadi tidak usah ragu,” tegasnya.

Penjelasan Risiko CPR untuk Pertolongan Pertama

Ilustrasi Tulang Rusuk.
Ilustrasi Tulang Rusuk. (Photo by Unsplash)

Ada lima risiko CPR untuk pertolongan pertama sebagaimana dijelaskan sebelumnya, yakni muntah, patah tulang, cedera otak internal, distensi perut, dan pneumonia.

Ini penjelasan tentang risiko CPR untuk pertolongan pertama melansir dari CPR, AED and First Aid Certification Online:

1. Muntah

Kejadian yang paling sering terjadi ketika seseorang mendapat CPR adalah mengalami muntah. Meski tergolong bukan masalah serius, risiko CPR untuk pertolongan pertama ini tergolong berbahaya bagi korban dengan serangan jantung atau henti jantung.

Korban serangan jantung tidak sadar dan tidak akan bisa membersihkan muntahan dari mulutnya. Jika tidak diangkat, maka korban sangat mungkin untuk menyedot (menghirup) muntahan tersebut ke dalam paru-parunya. Lalu jalan napas akan terhalang dan meningkatkan risiko infeksi.

2. Patah Tulang

Risiko CPR untuk pertolongan pertama yang umum terjadi adalah patah tulang. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena kekuatan dan kompresi dada yang lebih dalam cenderung mematahkan tulang rusuk.

Cedera pada tulang dada lainnya yang berhubungan dengan kompresi dada atau risiko CPR adalah fraktur sternum. Ada juga komplikasi yang tidak biasa seperti memar paru-paru, pneumotoraks, dan hemotoraks.

Diungkap, pada pasien dewasa, patah tulang dada terjadi setidaknya seperlima dari patah tulang rusuk. Lalu, patah tulang rusuk atau tulang dada terjadi pada setidaknya sepertiga dari pasien selama CPR.

Pada orang tua, patah tulang rusuk secara signifikan lebih sering terjadi karena kerapuhan dan kelemahan tulang mereka. Patah tulang rusuk sangat berbahaya karena dapat menusuk atau mengoyak paru-paru, limpa, atau hati. Kondisi ini pun akan sangat menyakitkan.

3. Cedera Otak Internal

Cedera otak internal sangat berisiko terjadi pada korban yang mendapat CPR. Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Prosedur CPR membuat otak manusia menerima oksigen 5% lebih sedikit daripada rata-rata.

Maka besar kemungkinan kerusakan otak akan terjadi. Kerusakan otak akan terjadi dalam waktu 4 sampai 6 menit setelah jantung berhenti. Hal ini akan menyebabkan komplikasi kesehatan jangka panjang.

4. Distensi Perut

Risiko CPR untuk pertolongan pertama yang selanjutnya adalah Distensi Perut. Kondisi ini bisa terjadi sebagai akibat dari udara yang dipaksa masuk ke paru-paru, perut pasien henti jantung biasanya menjadi kembung dan penuh dengan udara selama CPR. Maka besar kemungkinan korban akan mengalami kompresi paru-paru dan membuat pernapasan menjadi lebih sulit.

5. Pneumonia Aspirasi

Muntahan dan benda asing (seperti gigi) yang terhirup ke dalam paru-paru adalah risiko CPR yang menyebabkan terjadinya pneumonia aspirasi. Pada korban serangan jantung atau henti jantung, kondisi ini membahayakan karena bisa mempersulit pemulihan atau berakibat fatal jika mereka berhasil bertahan dari CPR.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya