Mengenal Toxic Relationship Beserta Ciri-ciri yang Kerap Tidak Disadari

Sayangnya toxic relationship sering kali tidak disadari, padahal toxic relationship yang dibiarkan terjadi selama jangka waktu yang panjang dapat memberi dampak buruk bagi orang-orang yang ada di dalamnya.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 23 Des 2022, 19:30 WIB
Diterbitkan 23 Des 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)
Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang pasti ingin menjalin hubungan yang nyaman dan aman dengan orang-orang di sekitarnya. Namun terkadang beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada pada hubungan racun atau toxic relationship. 

Konflik pasti terjadi antara dua orang atau lebih yang menjalin hubungan, baik itu pertemanan, pacaran, maupun hubungan keluarga. Namun, apabila konflik tersebut merugikan salah satu maupun semua pihak yang ada dalam hubungan tersebut tanpa bisa ditemukan solusinya maka hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai toxic relationship.

Sayangnya toxic relationship sering kali tidak disadari, padahal toxic relationship yang dibiarkan terjadi selama jangka waktu yang panjang dapat memberi dampak buruk bagi orang-orang yang ada di dalamnya. Berikut ulasan Liputan6.com tentang apa itu toxic relationship dan ciri-cirinya yang kerap tidak disadari oleh korbannya dari berbagai sumber, Jumat (23/12/2022).

Mengenal Toxic Relationship

Toxic Relationship
Ilustrasi Pasangan Credit: pexels.com/VeraArsic

Perasaan sedih, sendiri, terancam secara fisik maupun mental yang timbul dari sebuah hubungan dapat menjadi pertanda toxic relationship. Hubungan yang sehat, harusnya memberikan perasaan aman dan disayangi pada orang yang terlibat di dalamnya. Namun pada toxic relationship, salah satu pihak biasanya akan berupaya untuk mendominasi pihak lainnya, maupun memanipulasi orang lain (gaslighting) untuk mengontrolnya.

Dalam toxic relationship salah satu pihak juga dapat sekadar mempermainkan perasaan tulus yang dimiliki oleh orang lain(breadcrumbing). Tidakan ini juga dapat kerap disebut PHP atau Pemberi Harapan Palsu. Silent Treatment saat marah juga dapat menjadi bentuk kekerasan mental dalam toxic relationship.

Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang terjebak dalam toxic relationship. Lebih parahnya lagi, hubungan ini sering kali membuat salah satu pihak merasa tertekan. Inilah mengapa toxic relationship tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Orang yang terjebak dalam toxic relationship berpotensi kehilangan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Hal ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengenali tanda-tanda toxic relationship dan segera mengambil keputusan yang tepat jika itu terjadi pada hubunganmu.

Selain dapat menurunkan harga diri, toxic relationship bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, depresi. Ditambah lagi, beban mental ini bukannya tidak mungkin menyebabkan gangguan kesehatan fisik, misalnya gangguan psikosomatik.

Keluar dari toxic relationship memang bukan perkara mudah. Tapi perlu diingat bahwa setiap orang berharga, jangan biarkan hubungan racun menghancurkan diri Anda. Sebesar apa pun rasa sayang pada seseorang, percayalah bahwa Anda pantas untuk bersama dengan orang yang bisa menghargai, menghormati, dan menyayangi dengan tulus.

Minta bantuan dari orang lain bila merasa kesulitan untuk keluar dari toxic relationship. Bila perlu, cobalah berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan saran dari profesional agar dapat mengatasi atau mengakhiri hubungan beracun ini.

Ciri-Ciri Toxic Relationship

Ilustrasi toxic relationship
Ilustrasi toxic relationship (Foto: Unsplash.com/Henri Pham)

1. Kontrol Berlebihan

Tanda toxic relationship yang paling terlihat jelas adalah adanya kontrol berlebihan dari salah satu pihak pada pihak lainnya. Sebagai contoh, seorang pasangan yang memaksakan kehendaknya terhadap hidup pasangannya. Sehingga seluruh pilihan hidup yang dijalani harus berdasarkan keputusan salah satu pihak pasangan tersebut.

Orang tersebut juga mungkin akan mengutarakan kalimat yang membuat pasangannya harus menuruti kemauannya, misalnya “Aku bersikap seperti ini karena aku sayang sama kamu.” Jika pasangannya tidak menurutinya, orang tersebut bisa saja menuding pasangannya tidak menyayanginya. Hal ini memaksa pasangannya untuk mengikuti keinginannya.

2. Sulit Menjadi Diri Sendiri

Kontrol berlebihan membuat seseorang yang berada dalam toxic relationship sulit untuk menjadi dirinya sendiri. Orang yang berada dalam toxic relationship akan selalu bersikap seperti apa yang diinginkan oleh orang yang disayangi, bukan apa yang ia inginkan. 

3. Kurang Dukungan

Hubungan yang sehat adalah hubungan yang selalu memberi dukungan satu sama lain. Pada toxic relationship, setiap pencapaian yang diperoleh akan dianggap menjadi kompetisi.

Bahkan, salah satu pihak bisa tidak senang jika kamu berhasil melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya bangga. Alih-alih mendapat dukungan dan apresiasi, malah mendapatkan perkataan kasar dan kritik tidak membangun yang malah menghambat kesuksesan orang tersebut.

4. Cemburu Berlebih

Rasa cemburu dalam hubungan antar pasangan sebenarnya merupakan reaksi yang wajar sebagai salah satu bentuk kepedulian. Namun, hubungan akan menjadi toxic jika rasa cemburu ini berlebihan atau membuat pasangan melakukan hal yang ekstrem, misalnya menyita handphone-mu atau melabrak orang yang ia cemburui.

Hubungan juga dikatakan toxic saat pasangan sudah terlalu posesif. Dia selalu mau tahu tentang segala kegiatan sehari-hari kamu dan akan marah jika kamu tidak segera menjawab pesan singkatnya. Selain itu, terkadang dia juga melarang kamu untuk tidak lagi memakai jenis pakaian tertentu yang mungkin menarik perhatian orang lain.

5. Tidak Jujur

Kejujuran merupakan salah satu pondasi untuk membentuk hubungan yang sehat. Ketika salah satu pihak yang berada dalam sebuah hubungan sering berbohong dan menutupi banyak hal, itu dapat menjadi tanda toxic relationship.

6. Melakukan Kekerasan Fisik

Selain kekerasan mental dari ucapan dan tindakan, suatu hubungan dikatakan toxic jika sudah ada kekerasan fisik di dalamnya. Pasangan yang tidak sehat secara emosional sering kali akan “main tangan” jika terjadi perselisihan dalam hubungan. Apa pun konfliknya, kekerasan fisik tidak bisa dibenarkan, ya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya