Liputan6.com, Jakarta Istilah khusnul khotimah adalah kata yang diucapkan saat ada orang meninggal dalam Islam. Kata khusnul khotimah sering kali disamakan dengan husnul khotimah, padahal kedua kata tersebut memiliki definisi yang berbeda.
Khusnul khotimah adalah seseorang yang meninggal dalam keadaan hina. Sedangkan husnul khotimah adalah kematian seseorang yang baik. Melihat pengertian dari kata tersebut, tentu akan sangat fatal bila ada seseorang yang mengucapkan khusnul khotimah kepada orang yang meninggal.
Khusnul khotimah adalah kata yang perlu diketahui definisinya oleh setiap umat Muslim. Hal ini untuk mengurangi kesalahan dalam berucap. Berikut Liputan6.com ulas mengenai definisi khusnul khotimah yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (30/12/2022).
Advertisement
Definisi Khusnul Khotimah
Dalam bahasa Arab, khusnul artinya adalah hina atau buruk dan khotimah artinya sebuah akhir. Dengan begitu, definisi khusnul khotimah adalah kematian atau akhir atau meninggal yang hina. Hal ini akan menjadi fatal apabila kemudian ada orang yang meninggal kemudian kamu mengucapkan atau menuliskan, “semoga meninggal dengan khusnul khotimah” yang artinya semoga berakhir dalam keadaan hina. Jika seorang Muslim merespons saudaranya yang meninggal dengan kalimat “khusnul khatimah”, maka ia berdoa mendekatinya. Hal seperti ini jelas dilarang dalam ajaran Islam.
Advertisement
Ciri-Ciri Khusnul Khotimah
Adapun beberapa ciri-ciri dari kematian khusnul khotimah, yakni:
1. Tidak mengucapkan dua kalimat syahadat saat wafat.
2. Marah dan mencela qadha Allah.
3. Merasa terlepas dari rencana-Nya.
4. Bersikap munafik dan riya.
5. Lalai mengingat Allah.
Perbedaan Khusnul Khotimah dengan Husnul Khotimah
Setelah mengetahui definisi khusnul khotimah, anda perlu mengetahui perbedaanya dengan husnul khotimah supaya tidak salah dalam berucap apabila ada orang meninggal. Husnul khotimah adalah kematian atau akhir hidup yang baik. Istilah 'husnul' berasal dari kata 'hasan' yang berarti baik dan 'khotimah' yang berarti baik.
Kalimat ini secara terperinci tidak ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia, namun bukan istilah yang asing di telinga orang Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Istilah ini digunakan untuk mengungkapkan akhir kehidupan yang baik atau kondisi yang baik saat menghadapi kematian.
Advertisement
Tingkatan Husnul Khotimah
Hal ini dikemukakan oleh Abdul Latif Abdullah Al-Jibrini dengan mengatakan:
“Husnul khatimah memiliki tingkatan, paling sederhana ketika seseorang mati masih menjaga iman dan islamnya. Kemudian diatasnya, saat menjelang kematian seseorang, ia senantiasa sibuk dalam mengingat Allah, larut dalam mencintai kebenaran dan sunnah nabinya serta sangat merindu bertemu dengan Yang Maha AlHaq, Allah. Lalu tingkatan paling tinggi adalah mereka yang menjelang kematiannya menjaga tingkatan pertama dan kedua serta di akhir hayatnya dapat mengucapkan kalimat tauhid ‘laa ilaaha illallah’”(Al-Jibrini, 2007).
Pendapat tersebut menyatakan bahwa husnul khatimah itu terdapat tiga tingkatan yakni pertama, mati dalam menjaga keyakinannya sebagai muslim. Menurut pendapat di atas, seorang muslim masih dapat dikategorikan sebagai orang yang bisa mendapat husnul khatimah bagaimanapun kualitas amaliyah ibadah sehari-harinya, asalkan pada saat dia wafat masih dalam keyakinan Allah sebagai Tuhannya dan Rasulullah sebagai utusanNya. Hal ini didasari pada firman Allah dalam Al-Qur`an Surat Ali Imran [3] ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Kedua, seseorang yang mati dalam keadaan ia senantiasa menjaga kewajiban dan sunnah-sunnahnya, karena menjaga kewajiban dan sunnah itu hal yang Allah cintai. Dalam satu Hadis Qudsi riwayat Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu `anhu, Rasulullah meriwayatkan dari Allah berfirman:
“...Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya...”.
Ketiga, seorang muslim yang menjaga kewajiban dan sunnahnya serta di akhir hayatnya mampu melafadzkan kalimat tauhid. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari sahabat Abdullah bin Mas`ud radhiallahu `anhu:
“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘laa ilaaha illallah’, maka dia akan masuk surga”.
Dari keterangan yang dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa seseorang dapat dikatakan mati dalam keadaan husnul khatimah setidaknya pada saat ia mati masih berpegang pada keyakinannya sebagai muslim. Dan jauh lebih utama, seseorang betul-betul akan mendapatkan husnul khatimah manakala keyakinannya tersebut tercermin dalam parktik menjalankan kewajiban dan sunnah-sunnahnya secara istiqamah dan ihsan.
Tanda-tanda Husnul Khatimah
Dalam bukunya Ath-Thariq Ila Husnil Khatimah, Mahmud Al-Mishri menyebutkan tiga puluh satu tanda seseorang mendapatkan husnul khatimah. Berikut rinciannya:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat saat wafat.
2. Mengeluarkan keringat dingin di dahi.
3. Meninggal pada hari jumat atau malamnya.
4. Syahid di medan perang.
5. Tersungkur dari kudanya.
6. Tersepak oleh untanya.
7. Tersengat hewan berbisa.
8. Berdoa dan berharap syahid dengan jujur.
9. Terseret ombak.
10. Tenggelam.
11. Diterkam hewan buas.
12. Tersedak.
13. Berpegang teguh pada agamanya di saat fitnah melanda.
14. Terperosok dari gunung.
15. Penjaga perbatasan saat jihad fi sabilillah.
16. Yang menasehati pemimpin tiran dan dzalim dengan amar maruf nahi munkar.
17. Wafat saat beramal shaleh.
18. Beroda dengan doa Nabi Yunus as. empat puluh kali saat sakitnya.
19. Wafat terkena wabah.
20. Tertimpa reruntuhan.
21. Wafat karena penyakit perut.
22. Wanita yang meninggal saat nifas.
23. Wafat karena kebakaran.
24. Wafat karena penyakit lambung.
25. Meninggal karena membela agama.
26. Meninggal karena membela diri.
27. Meninggal karena membela keluarga.
28. Meninggal karena mempertahankan harta benda.
29. Meninggal saat berperang fi sabilillah.
30. Mati terkena penyakit TBC.
31. Meninggal di Madinah Al-Munawwarah.
Advertisement