Liputan6.com, Jakarta Optimis adalah istilah yang sering kali muncul saat kamu berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Optimis dan pesimis merupakan dua kata yang merujuk pada keyakinan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.
Optimis adalah sikap berpikir positif yang ditunjukkan seseorang saat menghadapi berbagai macam aspek kehidupan. Lawan kata optimis adalah pesimis, yaitu orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Menerapkan sikap optimis pada kehidupan sehari-hari tentunya penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena orang yang memiliki sikap optimis cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, sehingga kualitas hidupnya pun baik.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (18/9/2021) tentang optimis adalah.
Optimis adalah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, optimis adalah sikap berpikir positif yang ditunjukkan seseorang saat menghadapi berbagai macam aspek kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Sementara itu, optimisme adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan atau sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.
Lawan kata optimis adalah pesimis, yang berarti orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya). Pesimis juga diartikan sebagai orang yang mudah putus (tipis) harapan. Sikap pesimis ini sangat berbeda dengan optimis. Seseorang dengan sikap pesimis cenderung menyalahkan diri sendiri atas sebuah masalah dan memiliki pikiran bahwa masalah ini akan bertahan selamanya dan memengaruhi kehidupannya.
Oleh karena itu, optimis adalah sikap yang harus dimiliki dan dibiasakan setiap orang. Pasalnya, penelitian menunjukkan bahwa orang yang bersikap optimis cenderung memiliki umur yang lebih panjang. Orang yang memiliki sikap optimis adalah orang yang memiliki pikiran akan masa depan yang baik dan sudut pandang yang positif dalam melihat suatu perkara.
Advertisement
Aspek Optimisme
Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa. Seligman menamakan cara atau gaya yang menjadi kebiasaan individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan (explanatory style).
Gaya penjelasan yang dipakai merupakan indikator optimis atau pesimisnya seseorang. Gaya penjelasan tersebut lebih dari sekadar apa yang dikatakan seseorang ketika menemui kegagalan melainkan juga merupakan kebiasaan berpikir yang dipelajari sejak masa kanak-kanak dan masa remaja menurut Darmaji.
Dasar dari gaya penjelasan tersebut terbentuk melalui cara pandang terhadap diri dan lingkungannya, apakah dirinya merasa berharga dan layak atau tidak.
Menurut Seligman (1991), gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Permanensi, merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu temporer dan permanen. Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau kejadian yang menekan dengan cara menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan kata-kata "selalu", dan "tidak pernah", sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yang terjadi dengan kata-kata "kadang-kadang", dan melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen atau tetap.
2. Pervasivitas, adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal.
3. Personalisasi, yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab, intenal dan eksternal.
Cara Menerapkan Sikap Optimis
Sikap optimis memang sangat penting diterapkan dalam kehidupan. Seperti Liputan6.com kutip dari Alodokter, cara menerapkan atau membiasakan sikap optimis adalah sebagai berikut:
Berpikir positif
Kamu harus melatih pikiran kamu bahwa kamu dapat melakukan berbagai macam hal baik yang akan membawamu menuju gerbang kesuksesan. Contohnya, meyakini bahwa kamu mampu belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.
Syukuri hal kecil
Kamu harus mensyukuri segala hal apa pun yang kamu telah lakukan dengan baik di hari itu. Setelah melakukan aktivitas seharian, luangkan waktu setidaknya 10 menit untuk memikirkan hal-hal positif yang berhasil diraih pada hari itu, bahkan dari kejadian yang tidak menyenangkan sekalipun.
Berhenti menyalahkan diri sendiri
Saat kegagalan menghampiri, jangan sepenuhnya menyalahkan diri sendiri. Kamu harus membiasakan diri untuk membuat pola pikir bahwa kesalahan yang dilakukan bisa diperbaiki dan bisa menjadi pembelajaran di kemudian hari. Jadikan kegagalan tersebut sebagai dorongan untuk berupaya lebih giat agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik di kemudian hari.
Hindari kata-kata negatif
Kurangi kebiasaan menggunakan kosakata yang negatif dalam melakukan berbagai macam hal. Ubah ungkapan “saya tidak bisa” atau “ini tidak akan berhasil” dengan ungkapan yang lebih positif seperti “saya harus mencoba” atau “ini bisa diusahakan”. Ungkapan positif mampu membangun pemikiran yang positif pula, sehingga menimbulkan perilaku kerja yang bersemangat dan berorientasi pada harapan kesuksesan.
Jadikan masa lalu sebagai pelajaran
Jangan terperangkap pada masa lalu, tapi jadikanlah masa lalu sebagai sebuah pelajaran yang berharga. Cobalah untuk fokus dengan apa yang perlu dikerjakan hari ini dan apa yang perlu direncanakan satu per satu untuk masa depan.
Bergaul dengan orang-orang berpikiran positif
Jika orang-orang di sekitar banyak yang memberikan aura negatif atau bahkan sengaja menghambat kesuksesanmu, mungkin kini saatnya kamu mencari suasana baru dalam pergaulan. Carilah teman yang mampu berpikir positif dalam menghadapi sesuatu, sehingga kamu dapat menjadi orang yang memiliki pikiran positif pula.
Advertisement