Ciri-ciri Puisi, Jenis, Unsur, dan Contohnya yang Perlu Diketahui

Ciri-ciri puisi dapat dikenali dengan memahami pengertian puisi terlebih dahulu.

oleh Husnul Abdi diperbarui 28 Jun 2023, 00:40 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 00:40 WIB
Ciri-ciri Puisi
Ciri-ciri Puisi (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri puisi dapat dikenali dengan memahami pengertian puisi terlebih dahulu. Puisi adalah suatu karya sastra tertulis yang mana isinya adalah ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantik dan mengandung irama, rima serta ritma pada penyusunan larik maupun baitnya.

Selain itu, menurut HB Jassin, puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang didalamnya mengandung suatu fikiran-fikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan. Puisi bisa mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dalam mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan struktur batinnya.

Beberapa penyair besar Indonesia yang telah menghasilkan karya-karya fenomenal, seperti Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, hingga Joko Pinurbo memiliki gaya bahasa masing-masing.

Ciri-ciri puisi bisa diketahui dari unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Dalam membuat puisi, kamu perlu memahami berbagai aspek yang penting dalam membuat dan menyusun puisi. Oleh karena itu, kamu perlu mengenali jenis, ciri-ciri, unsur dan tentunya contoh puisi.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (20/8/2020) tentang ciri-ciri puisi.

Jenis-Jenis Puisi

puisi
puisi | unsplash.com/@timothylbrock

Sebelum mengenali ciri-ciri puisi, kamu tentunya harus mengetahui jenis-jenis puisi terlebih dahulu. Jenis puisi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu puisi lama dan puisi baru.

Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan lama seperti jumlah baris, jumlah bait, bunyi sajak atau rima, jumlah suku kata pada tiap baris, dan irama. Berikut beberapa jenis puisi lama:

Mantra, adalah sajak yang berisi ucapan-ucapan yang masih dianggap mempunyai suatu kekuatan gaib.

Pantun, adalah bentuk puisi lama yang memiliki ciri-ciri puisi yang bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri 8 hingga 12 suku kata, dua baris awal pantun merupakan sampiran, dan dua baris akhir merupakan isi, dan tiap bait terdiri dari 4 baris.

Karmina, adalah jenis pantun lebih pendek.

Gurindam, adalah jenis puisi lama yang terdiri dari dua baris dalam satu bait, bersajak a-a-a-a, dan berisi nasihat-nasihat.

Syair, adalah jenis puisi lama yang berasal dari negara Arab, mempunyai ciri tiap bait terdiri 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau sebuah cerita.

Talibun, adalah jenis puisi lama yang memiliki ciri-ciri puisi seperti sebuah pantun genap, yang tiap baitnya terdiri dari sebuah bilangan genap seperti 6, 8, maupun 10 baris.

Puisi Baru

Puisi baru adalah sebuah puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan tertentu layaknya puisi lama. Jenis puisi baru ini memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan dengan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, maupun rima. Berikut beberapa jenis puisi baru:

Balada, adalah sebuah puisi yang berisi cerita-cerita. Balada terdiri dari 3 bait, masing-masing bait terdiri dari 8 larik, larik pertama memiliki skema rima a-b-a-b-b-c-c-d, kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c, dan skema rima yang terakhir dalam satu bait pertama digunakan sebagai referensi dalam bait-bait selanjutnya.

Himne, adalah puisi baru yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan, tanah air, pahlawan, dan Lembaga.

Ode, adalah puisi baru yang berisi sanjungan bagi orang yang berjasa. Nada dan gaya Ode sangatlah resmi, bernada anggun, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi maupun suatu peristiwa.

Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup.

Romansa, adalah puisi yang berisi luapan perasaan penyair tentang cinta kasih.

Elegi, adalah puisi yang berisi sebuah kesedihan.

Satire, adalah puisi yang berisi sindiran atau kritikan.

Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris atau puisi seuntai.

Terzinaa, adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris.

Kuatrain, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris.

Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 5 baris.

Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 6 baris.

Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 7 baris.

Oktaf atau Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 8 baris.

Soneta, adalah jenis puisi baru yang memiliki ciri-ciri puisi terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi 2, pada 2 bait pertama terdiri 4 baris, dan pada 2 bait kedua terdiri 3 baris

Ciri-ciri Puisi

Ciri-ciri Puisi
Ciri-ciri Puisi (Sumber: Pixabay)

Setelah mengetahui berbagai jenis puisi, selanjutnya kamu bisa mengenal ciri-ciri puisi. Kamu bisa mengenali ciri-ciri puisi lama dan ciri-ciri puisi baru sebagai berikut:

Ciri-ciri puisi lama

- Puisi lama memiliki ciri-ciri puisi yang biasanya berisi puisi rakyat dan tidak ada nama pengarangnya.

- Masih terikat aturan seperti jumlah baris setiap bait, sajak, serta jumlah suku kata pada setiap baris.

- Biasanya disampaikan dari mulut ke mulut atau disebut sastra lisan.

- Menggunakan majas tetap dan klise.

- Berisi cerita kerajaan, fantastis, serta istanasentris.

 

Ciri-ciri puisi baru

- Nama pengarang jelas.

- Secara lisan maupun tertulis.

- Tidak terikat aturan rima, jumlah baris, dan suku kata.

- Mempunyai bentuk yang rapi dan simetris.

- Persajakan akhir yang teratur.

- Majas dinamis dan berubah-ubah.

- Berisi tentang sebuah kehidupan.

- Memakai pola sajak pantun dan syair meskipun dengan pola yang lain.

- Umumnya puisi 4 seuntai.

- Di setiap baris atasnya sebuah gatra atau kesatuan sintaksis.

- Di setiap gatra terdiri dua kata, pada umumnya 4 sampai 5 suku kata.

Unsur dan Struktur Puisi

Puisi
puisi | unsplash.com/@thoughtcatalog

Mengenali jenis dan ciri-ciri puisi tentunya belum lengkap tanpa mengenal unsur-usnurnya. Puisi memiliki 2 unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang terkandung dalam puisi dan memengaruhi puisi sebagai karya sastra. Unsur intrinsik puisi adalah diksi, imaji, majas atau gaya bahasa, bunyi, rima, ritme, dan tema.

Diksi, adalah pemilihan kata dengan mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam suatu puisi keseluruhan.

Imaji atau daya bayang, adalah membangun puisi dengan menggunakan kata-kata yang konkret dan khas untuk menimbulkan imaji visual, auditif, ataupun taktil.

Majas atau gaya bahasa, adalah bahasa yang dipakai penyair untuk mengungkapkan suatu ide dengan cara yang tidak biasa, atau kata bermakna kiasan.

Bunyi, adalah kata-kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa tertentu.

Rima, adalah persamaan bunyi atau perulangan bunyi dalam puisi yang bertujuan menimbulkan efek keindahan.

Ritme, adalah dinamika suara dalam puisi agar tidak dirasa monoton bagi penikmat puisi. Tema adalah ide atau gagasan pokok yang ingin disampaikan pengarang.

Unsur Ekstrinsik Puisi

Unsur ekstrinsik puisi terdiri dari aspek historis, aspek psikologis, aspek filsafat, dan aspek religius. Aspek historis adalah unsur kesejarahan puisi. Aspek psikologis adalah aspek kejiwaan pengarang yang termuat dalam puisi. Aspek filsafat adalah berkaitan erat dengan karya sastra secara keseluruhan. Aspek religius adalah mengacu pada tema yang umum diangkat dalam puisi oleh penyair.

Struktur Puisi

Struktur dalam puisi terbagi menjadi dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik puisi adalah metode penyampaian hakikat puisi, terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata konkret, majas, dan rima atau irama. Sedangkan struktur batin puisi adalah tema puisi, rasa, nada, dan tujuan dibuatnya puisi.

Contoh Puisi

Chairil Anwar
Chairil Anwar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Aku

Karya: Chairil Anwar

 

Kalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang 'kan merayu

Tidak juga kau

 

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

 

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

 

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya