Liputan6.com, Jakarta Jumlah fi'liyah adalah istilah yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab untuk mengacu pada salah satu aspek penting dalam ilmu nahwu. Istilah ini membahas tentang susunan kata dan struktur kalimat dalam bahasa Arab.
Ilmu nahwu adalah cabang ilmu yang mempelajari aturan-aturan mengenai struktur kalimat dan perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu, juga dikenal dengan sebutan ilmu qawaid atau tata bahasa Arab.
Advertisement
Dalam ilmu nahwu, kalimat dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua jenis berdasarkan fungsi dan kategori kata yang mengawalinya. Jenis pertama adalah jumlah ismiyah, yaitu kalimat yang diawali oleh kata benda. Jenis kedua adalah jumlah fi'liyah, yang merupakan kalimat yang diawali oleh kata kerja.
Advertisement
Untuk memahami lebih dalam mengenai jumlah fi'liyah, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (14/7/2023).
Pengertian Jumlah Fi'liyah
Jumlah Fi'liyah mengacu pada jenis kalimat dalam bahasa Arab yang diawali dengan kata kerja. Jumlah Fi'liyah terdiri dari dua komponen penting, yaitu fi'il (kata kerja) dan fa'il (pelaku atau subyek).
Fi'il, yang berarti kata kerja, merupakan inti dari jumlah Fi'liyah. Fi'il yang digunakan dalam jumlah Fi'liyah harus sesuai dengan fa'il yang mengikutinya. Artinya, bentuk fi'il harus sesuai dengan jenis kelamin fa'il. Jika fa'il merupakan isim mudzakkar (kata benda yang merujuk pada laki-laki), maka fi'il yang digunakan harus berkategori laki-laki.
Pemahaman tentang jumlah Fi'liyah sangat penting dalam analisis kalimat Arab karena memastikan konsistensi antara kata kerja dan subyeknya. Hal ini membantu dalam memahami peran dan hubungan antara kata kerja dan subjek dalam kalimat. Dengan memperhatikan kesesuaian jenis kelamin antara fi'il dan fa'il, para pembelajar bahasa Arab dapat mengkonstruksi kalimat yang gramatikal dan tepat.
Jumlah fi'liyah terdiri atas dua unsur, yaitu fi’il dan fa'il. Fi'il adalah kata kerja, sedangkan fa’il berarti pelaku atau subjek. Fi'il yang digunakan dalam jumlah fi'liyah harus sesuai dengan fa'il-nya. Jika fa’il mengarah pada laki-laki, maka fi’il-nya harus menyesuaikan, begitu pula sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya, simak contoh berikut:
1. Hadir
Laki-laki: حَضَرَ (Hadhara)
Perempuan: حَضَرَتْ (Hadharot)
2. Pulang
Laki-laki: رَجَعَ (Roja’a)
Perempuan: رَجَعَتْ (Roja’at)
Advertisement
Ciri-Ciri Jumlah Fi'liyah
Jumlah Fi'liyah dapat dikenali dengan mudah dilihat dari ciri-cirinya, antara lain sebagai berikut:
1. Menunjukkan Tindakan atau Kegiatan
Ciri-ciri jumlah fi'liyah salah satunya adalah mengandung makna yang berhubungan erat dengan kata kerja berupa kegiatan, perbuatan, maupun tindakan. Jumlah Fi'liyah membawa makna yang terkait dengan kata kerja, yang menggambarkan suatu kegiatan, perbuatan, atau tindakan. Ini berarti bahwa dalam kalimat Jumlah Fi'liyah, ada suatu aksi atau aktivitas yang sedang dilakukan, dilakukan di masa lalu, akan dilakukan, diperintahkan, atau dilarang.
2. Diawali dengan kata Kerja
Ciri-ciri berikutnya dari jumlah fi'liyah adalah diawali dengan kata kerja (fi'il). Jumlah Fi'liyah selalu diawali dengan kata kerja atau fi'il. Fi'il tersebut dapat berupa kata kerja yang merujuk pada masa lampau (madhi), masa sekarang atau masa depan (mudhari), perintah (amr), atau larangan (nahyi). Kata kerja ini menjadi inti kalimat Jumlah Fi'liyah dan menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh subjek.
3. Terikat dengan Waktu
Ciri-ciri berikutnya dari kalimat jumlah fi'liyah adalah terikat dengan waktu. Kalimat Jumlah Fi'liyah terkait dengan waktu dalam berbagai masa. Ini berarti bahwa Jumlah Fi'liyah dapat digunakan untuk menyampaikan kejadian atau tindakan yang terjadi di masa lampau, sedang terjadi sekarang, atau akan terjadi di masa depan. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam penggunaan Jumlah Fi'liyah dalam menyampaikan informasi tentang waktu kejadian.
4. Minimal Terdiri dari 2 Kata
Kalimat Jumlah Fi'liyah setidaknya terdiri dari dua komponen kata, yaitu fi'il (predikat) dan fa'il (subjek). Fi'il adalah kata kerja yang menggambarkan tindakan, sedangkan fa'il adalah subjek yang melakukan tindakan tersebut. Kehadiran kedua komponen ini penting dalam membentuk kalimat Jumlah Fi'liyah yang lengkap.
Dengan memahami ciri-ciri ini, kita dapat mengidentifikasi kalimat Jumlah Fi'liyah dalam bahasa Arab dan memahami karakteristik serta fungsinya dalam membentuk kalimat yang bermakna tindakan atau perbuatan.
Contoh Jumlah Fi'liyah Berdasarkan Subjeknya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah fi'liyah terdiri atas dua unsur, yaitu fi'il dan fa'il. Fi'il adalah kata kerja, sedangkan fa’il berarti pelaku atau subjek. Fi'il yang digunakan dalam jumlah fi'liyah harus sesuai dengan fa'il-nya. Jika fa'il mengarah pada laki-laki, maka fi'ilnya harus menyesuaikan, begitu pula sebaliknya.
Untuk memahami kalimat jumlah fi'liyah, penting untuk melihat langsung bentuk kalimatnya dengan berbagai macam subjek, antara lain sebagai berikut:
Contoh Jumlah Fi'liyah untuk Isim Mudzakkar (laki-laki) tanpa penambahan ta' sukun di akhir fi'il (kata kerja):
1. الأُستَاذُ حَضَرَ إِلَى الْمَدْرَسَةِ = Guru (laki-laki) telah datang/hadir ke sekolah.
2. الأُستَاذُ رَجَعَ مِنَ الْمَدْرَسَةِ = Guru (laki-laki) telah pulang dari sekolah.
3. الأُستَاذُ دَخَلَ إِلَى الْفَصْلِ = Guru (laki-laki) telah masuk ke dalam kelas.
4. الأُستَاذُ عَلَّمَ فِي الْفَصْلِ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ = Guru (laki-laki) mengajar di kelas hingga waktu dzuhur.
Contoh Jumlah Fi'liyah untuk Isim Muannats (perempuan) dengan penambahan ta' sukun di akhir fi'il (kata kerja):
1. الأُستَاذَةُ حَضَرَتْ إِلَى الْمَدْرَسَةِ = Guru (perempuan) telah datang/hadir ke sekolah.
2. الأُستَاذَةُ رَجَعَتْ مِنَ الْمَدْرَسَةِ = Guru (perempuan) telah pulang dari sekolah.
3. الأُستَاذَةُ دَخَلَتْ إِلَى الْفَصْلِ = Guru (perempuan) telah masuk ke dalam kelas.
4. الأُستَاذَةُ عَلَّمَتْ فِي الْفَصْلِ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ = Guru (perempuan) mengajar di kelas hingga waktu dzuhur.
Dalam kalimat Jumlah Fi'liyah, fi'il (kata kerja) dan fa'il (subjek) digunakan untuk menyampaikan tindakan yang dilakukan oleh subjek laki-laki atau perempuan. Penambahan ta' sukun di akhir fi'il digunakan ketika subjeknya adalah perempuan. Dengan memahami contoh-contoh tersebut, kita dapat lebih memahami penggunaan Jumlah Fi'liyah dalam bahasa Arab.
Advertisement
Contoh Jumlah Fi'liyah yang Menunjukkan Keterangan Waktu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu ciri jumlah fi'liyah adalah terikat dengan waktu, baik itu masa lampau, sekarang, maupun masa depan. Adapun contoh jumlah fi'liyah yang menunjukkan keterangan waktu:
1. Jumlah Fi'liyah Madhi (Lampau)
Muhammad telah pergi ke sekolah.
Contoh: ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إِلَى الْـمَدْرَسَةِ
2. Jumlah Fi'liyah Mudhari (Sedang/akan terjadi)
Muhammad sedang / akan pergi ke sekolah.
Contoh: يَذْهَبُ مُحَمَّدٌ إِلَى الْـمَدْرَسَةِ
3. Jumlah Fi'liyah Amr (Perintah)
Wahai Muhammad pergilah ke sekolah!
Contoh: يَا مُحَمَّدُ اِذْهَبْ إِلَى الْـمَدْرَسَة
4. Jumlah Fi'liyah Nahyi (Larangan)
Jangan pergi ke sekolah, wahai Muhammad!
Contoh: لَا تَذْهَبْ إِلَى الْـمَدْرَسَةِ يَا مُحَمَّدُ
Dalam Jumlah Fi'liyah ini, digunakan kata kerja (fi'il) untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh subjek, dalam hal ini Muhammad. Setiap jenis Jumlah Fi'liyah memiliki keterangan waktu yang berbeda, seperti lampau (madhi), sedang/akan terjadi (mudhari), perintah (amr), dan larangan (nahyi). Contoh-contoh tersebut memberikan pemahaman lebih lanjut tentang penggunaan Jumlah Fi'liyah dalam bahasa Arab.