Liputan6.com, Jakarta Di era kemajuan medis yang tak henti-hentinya, dunia telah diserbu oleh berita luar biasa yang baru-baru ini mencengangkan komunitas ilmiah. Ilmuwan telah mencapai terobosan yang luar biasa dengan berhasil menumbuhkan ginjal yang sangat mirip dengan ginjal manusia, namun bukan di dalam tubuh manusia, melainkan di dalam tubuh babi.Â
Penelitian ini mendapat banyak perhatian karena dianggap sebagai salah satu penelitian yang menghasilkan langkah paling penting dalam pengembangan teknologi xenotransplantasi yang memiliki potensi untuk mengubah masa depan transplantasi organ, ke arah yang lebih maju daripada saat ini.
Advertisement
Untuk informasi lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari Daily Mail pada Selasa (12/9/2023).Â
Advertisement
Terobosan dalam Xenotransplantasi: Ilmuwan Tumbuhkan Ginjal Manusia di Dalam Babi
Para peneliti telah menggunakan metode rekayasa genetik yang canggih untuk menciptakan kemungkinan baru dalam transplantasi, dengan mengintegrasikan sel manusia ke dalam embrio babi. Pada awalnya, tantangan besar adalah mengatasi penolakan oleh sistem kekebalan tubuh babi terhadap organ manusia yang ditempatkan di dalamnya. Untuk mengatasi ini, embrio babi dimodifikasi secara genetik agar lebih menerima sel manusia.
Selanjutnya, para ilmuwan menambahkan sel induk 'berpotensi majemuk' manusia ke dalam embrio. Sel ini memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh manusia, termasuk ginjal. Embrio babi yang telah dimodifikasi ini kemudian ditempatkan di dalam babi betina untuk menghasilkan kehamilan, serupa dengan proses fertilisasi in vitro (IVF).
Salah satu hal menarik adalah bahwa setelah hampir sebulan dalam rahim, ginjal dalam embrio babi tersebut sudah memiliki struktur yang mirip dengan ginjal manusia. Mereka bahkan mengembangkan jaringan yang menghubungkan ginjal ke kandung kemih untuk mengeluarkan produk limbah tubuh. Lebih mengejutkan lagi, meskipun tumbuh dalam embrio babi, ginjal tersebut mengandung hingga 60 persen sel manusia dan hanya 40 persen sel babi. Ini membuka pintu untuk potensi penggunaan mereka dalam transplantasi manusia.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun terobosan ini menarik, pertumbuhan organ manusia dalam hewan masih memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mencapai tingkat di mana organ tersebut dapat digunakan dalam transplantasi. Masih ada sejumlah tantangan teknis, seperti integrasi pembuluh darah manusia yang lebih kompleks dan masalah etis yang perlu diatasi. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa sejumlah kecil sel manusia telah masuk ke dalam otak dan sumsum tulang belakang embrio babi, yang memicu pertanyaan etika yang serius.
Advertisement
Teknologi Xenotransplantasi yang Mungkin Merubah Masa Depan Transplantasi Organ
Terobosan dalam xenotransplantasi, yang melibatkan penanaman organ atau jaringan dari satu spesies ke dalam tubuh spesies lain, adalah tonggak penting dalam upaya menyelamatkan nyawa pasien yang memerlukan transplantasi organ. Daftar tunggu panjang bagi organ donor manusia yang langka telah mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi baru. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah xenotransplantasi.
Xenotransplantasi adalah konsep menarik yang telah lama digembar-gemborkan sebagai potensi penyelamat bagi mereka yang mengidap penyakit jantung atau kondisi kronis lain yang memerlukan transplantasi organ. Sebagai alternatif terhadap organ manusia yang langka, xenotransplantasi menggantikan donor manusia dengan organ atau jaringan dari hewan, dalam kasus ini, babi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan panduan tentang xenotransplantasi, dengan penekanan pada perlunya pengawasan nasional yang efektif dan regulasi yang ketat untuk menghindari potensi risiko bagi pasien. Salah satu risiko utama dalam xenotransplantasi adalah reaksi imun tubuh yang dapat menolak organ hewan yang ditanamkan. Itulah mengapa penting untuk terus mengembangkan teknologi seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam penelitian ini.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Terobosan ini membawa harapan besar bagi dunia transplantasi organ, namun juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah mengatasi masalah reaksi imun tubuh terhadap organ babi yang ditanamkan, khususnya dalam hal integrasi pembuluh darah manusia yang lebih rumit. Diperlukan rekayasa genetika yang lebih kompleks untuk mengatasi masalah ini sehingga organ tersebut dapat digunakan dalam transplantasi manusia.
Selain itu, ada pertanyaan etika yang harus dijawab. Sejumlah kecil sel manusia yang masuk ke dalam otak dan sumsum tulang belakang embrio babi menimbulkan kekhawatiran tentang potensi untuk menciptakan makhluk yang memiliki campuran sifat manusia dan babi. Dalam menghadapi tantangan ini, para ilmuwan dan etis harus bekerja bersama untuk mengembangkan pedoman dan batasan yang sesuai.
Namun, terlepas dari tantangan tersebut, ini adalah langkah perintis dalam xenotransplantasi yang menawarkan harapan baru bagi ribuan pasien yang membutuhkan transplantasi organ. Penelitian ini juga membuka pintu untuk eksplorasi lebih lanjut dalam penggunaan hewan sebagai inkubator untuk organ manusia lainnya, seperti jantung dan pankreas. Dengan keseriusan dan dedikasi para ilmuwan, mungkin suatu hari kita akan melihat penggunaan xenotransplantasi sebagai solusi nyata untuk mengatasi kekurangan organ manusia.Â
Advertisement