6 Bukti Penyebaran Agama Islam di Nusantara Dilakukan Damai, Simak Teorinya

Penyebaran agama Islam di Nusantara diawali oleh pedagang asal Gujarat, Persia, dan Arab.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Okt 2023, 19:25 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2023, 19:25 WIB
Festival Tradisi Islam Nusantara Bawa Berkah Bagi Ratusan UMK Banyuwangi
Ratusan pedagang UMK berbagai jenis berjejer memadati area dan jalanan sekitar di Stadion Diponegoro Banyuwangi. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran agama Islam di Nusantara adalah sebuah sejarah yang kompleks dan cukup memukau. Ada berbagai bukti yang menunjukkan bahwa penyebaran Islam dilakukan secara damai, dan ini bisa dijelaskan dengan beberapa teori yang menggambarkan keterlibatan berbagai budaya dan tradisi dalam perpindahan agama ini.

Menurut Nana Supriatna dalam bukunya berjudul Sejarah, penyebaran agama Islam di Nusantara atau Indonesia diawali oleh pedagang asal Gujarat, Persia, dan Arab. Para pedagang ini dapat masuk ke Nusantara karena adanya kegiatan perdagangan yang terjadi saat itu.

Dalam buku berjudul Sejarah Indonesia Kelas X (2020), Atlas Sejarah Indonesia: Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia (2019), dan sumber lainnya, bukti penyebaran agama Islam di Nusantara masing-masing dikelompokkan dalam enam teori.

Meski demikian, sebenarnya sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. Beberapa sejarawan berpendapat Islam mulai memasuki Indonesia pada abad ke-7 M, sementara ada pandangan lain yang menyatakan Islam baru benar-benar menyebar di Indonesia pada abad ke-13 M. 

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang bukti penyebaran agama Islam di Nusantara yang dimaksudkan, Kamis (26/10/2023).

1. Bukti Menurut Teori Gujarat

Semarak Tahun Baru Islam di Nusantara
Sejumlah pelajar dari berbagai daerah mengikuti pawai menyambut pergantian Tahun Baru Islam dengan membunyikan kentongan bambu di Indramayu, Jawa Barat, Jumat (24/10/2014). (Antara Foto/Dedhez Anggara)

Pertama, ada bukti penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan secara damai yang mengaitkannya dengan Gujarat, India. Batu Nisan Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh dan nisan makam salah satu Walisongo, Maulana Malik Ibrahim, menunjukkan kesamaan dalam corak dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.

Selain itu, ada catatan dari seorang penjelajah terkenal, Marco Polo, yang singgah di Perlak pada tahun 1292 M. Ia mencatat bahwa banyak penduduk Perlak sudah memeluk Islam. Ini menunjukkan bagaimana perdagangan dan kontak dengan India, khususnya Gujarat, telah memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

2. Bukti Menurut Teori Persia

Selanjutnya, bukti penyebaran agama Islam di Nusantara menurut teori Persia. Terdapat bukti berupa peringatan 10 Muharram atau Hari Asyura di Nusantara, seperti upacara Tabuik/Taur di Sumatera Barat. Tradisi pembuatan bubur Syuro di Pulau Jawa juga mencerminkan pengaruh agama Islam dari Persia.

Selain itu, ada bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai berupa kesamaan antara ajaran Sufi Persia dengan ajaran Islam di Nusantara. Lalu, ada penggunaan istilah Persia untuk mengeja huruf Arab, yang menunjukkan pengaruh budaya Persia dalam pengembangan bahasa dan agama.

Bukti seni kaligrafi yang serupa di beberapa batu nisan juga menunjukkan bahwa seni Islam telah memengaruhi seni Nusantara. Terdapat pula bukti penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan secara damai, berupa banyak penganut Syiah pada awal masuknya Islam ke Nusantara. Ini menunjukkan keragaman dalam pemahaman agama.

Terakhir, perkampungan Leran di Gresik memiliki makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah dengan nisan bergaya kaligrafi Arab bergaya Kufi. Ini menunjukkan pengaruh dari berbagai budaya Islam, termasuk Persia, dalam perkembangan agama di Nusantara.

3. Bukti Menurut Teori Arab (Teori Makkah)

Jokowi Buka Festival Sholawat Nusantara Piala Presiden
Suasana pembukaan Festival Sholawat Nusantara Piala Presiden di Jawa Barat (24/2). Melalui festival ini, Jokowi mengajak rakyat Indonesia khususnya umat Islam untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti. (Liputan6.com/Pool/Rusman-Biro Pers Setpres)

Teori Arab (Teori Makkah) memberikan bukti bahwa penyebaran Islam di Nusantara melibatkan pengaruh dari wilayah Arab. Sejak pertengahan abad ke-7 M, perkampungan Arab sudah ada di pantai barat Sumatera, menciptakan hubungan yang kuat antara wilayah ini dengan Makkah, pusat agama Islam.

Di Barus, Sumatera Utara, bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai, yakni terdapat makam kuno dengan batu nisan yang mencatat bahwa seorang muslim bernama Syekh Rukunuddin wafat pada tahun 672 M, menggambarkan keberadaan Islam yang sudah ada pada saat itu.

Selain itu, Kerajaan Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan yang menganut mazhab Syafi'i, menunjukkan pengaruh dari Arab dalam pemahaman agama. Penggunaan gelar "Al Malik" di nama raja-raja Samudra Pasai juga mencerminkan pengaruh Arab dalam struktur pemerintahan.

4. Bukti Menurut Teori Cina

Di sisi lain, Teori Cina juga memberikan bukti penting tentang penyebaran Islam di Nusantara. Ada banyak bukti sejarah yang menunjukkan migrasi orang-orang Muslim Cina dari Kanton ke Asia Tenggara, terutama Palembang, pada sekitar tahun 879 M.

Gaya arsitektur Cina yang terlihat dalam masjid tua di Pulau Jawa juga mencerminkan pengaruh Cina dalam pengembangan tempat ibadah Islam. Raja pertama Demak, Raden Patah, memiliki keturunan Cina, dan gelar-gelar raja Demak ditulis dengan menggunakan istilah dan bahasa Cina.

Selain itu, komunitas pedagang Muslim Cina tersebar di berbagai pelabuhan di Nusantara. Hal ini yang menunjukkan peran penting mereka dalam penyebaran agama Islam di wilayah ini dan menjadi bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai.

5. Bukti Menurut Teori Bangladesh

Mendatangi makam 9 wali penyebar agama Islam di Nusantara terutama di Tanah Jawa. (Istimewa)
Mendatangi makam 9 wali penyebar agama Islam di Nusantara terutama di Tanah Jawa. (Liputan6.com/Moch Harun Syah)

Teori Bangladesh (Teori Benggali) adalah salah satu aspek yang menggambarkan bagaimana penyebaran agama Islam di Nusantara memiliki hubungan dengan wilayah Benggali. Dalam hal ini, dapat dipahami lebih mendalam tentang pengaruh Benggali dalam membentuk sejarah Islam di Nusantara.

Bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai, mencakup informasi tentang batu nisan Malik al-Saleh yang memiliki kemiripan dengan batu nisan makam Muslim di Benggali. Hal ini menandakan seni dan budaya yang terkandung dalam batu nisan tersebut memiliki kesamaan dengan Benggali. Kemiripan ini dapat mencerminkan interaksi budaya yang erat antara Nusantara dan Benggali pada saat itu.

Selain itu, bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai juga mencakup dugaan bahwa sejumlah tokoh terkemuka di Samudera Pasai memiliki latar belakang keturunan Benggali.

Ini menunjukkan bahwa Benggali memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan Islam di wilayah Samudera Pasai. Kemungkinan adanya migrasi atau hubungan perdagangan yang kuat antara Benggali dan Nusantara pada masa itu menjadi salah satu faktor penyebaran Islam di wilayah ini.

6. Bukti Menurut Teori India

Teori India (Teori Coromandel dan Malabar) membuka jendela ke pengaruh yang kuat dari India dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Sementara ada beberapa perdebatan mengenai kesesuaian nisan Malik al-Saleh dengan Gujarat, catatan sejarah menunjukkan bahwa pada awalnya, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu.

Namun, perubahan signifikan terjadi ketika Cambay, Gujarat, bertransisi menjadi wilayah Muslim hanya satu tahun setelah kematian sultan pertama Samudera Pasai pada tahun 1297 M. Ini bukti penyebaran agama Islam di Nusantara secara damai dan berkembang pesat di wilayah tersebut dalam waktu relatif singkat.

Peranan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara juga dimainkan oleh pedagang dari wilayah India, khususnya dari Coromandel dan Malabar. Mereka aktif terlibat dalam perdagangan antara India dan Nusantara, membawa bersama mereka pengaruh budaya dan agama Islam. Demikian, unsur-unsur budaya dan agama dari India, terutama mazhab fikih Syafi'i, diperkenalkan di wilayah Nusantara.

Kesamaan mazhab fikih Syafi'i antara Coromandel, Malabar, dan sejumlah wilayah di Nusantara menunjukkan adanya hubungan budaya dan agama yang erat antara India dan Nusantara.

Ini menandakan bahwa Islam tidak hanya berkembang sebagai agama, tetapi juga membawa bersama unsur-unsur budaya dan ajaran ke wilayah-wilayah yang berbeda di Nusantara. Keseluruhan, Teori India membantu kita memahami pentingnya peran India dalam membentuk sejarah agama Islam di Nusantara dan keragaman budayanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya