Penyakit Autoimun, Gejala, Penyebab, Komplikasi, Cara Mengobati, dan Mencegahnya

Autoimun adalah ketika sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel sehat.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Jan 2024, 17:20 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2024, 17:20 WIB
ilustrasi papula. Sumber: pixabay
Mengalami peradangan di wajah. (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit autoimun adalah kondisi yang memerlukan pemahaman mendalam karena melibatkan respons tidak normal dari sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Gejala penyakit autoimun bisa sangat bervariasi, mulai dari ruam kulit, pegal-pegal, hingga kelelahan berlebihan.

Pentingnya mengenali gejala penyakit autoimun tidak hanya terletak pada pemahaman kondisi tersebut, tetapi juga pada kesadaran akan perlunya pemeriksaan medis segera ketika gejala mencurigakan muncul. Diagnosis dini berperan penting dalam pengelolaan penyakit autoimun, mengingat banyak dari kondisi ini belum dapat disembuhkan sepenuhnya.

Melalui pemeriksaan yang tepat waktu, pengobatan dapat dimulai lebih awal, membantu meredakan gejala, dan mencegah risiko komplikasi serius yang dapat terjadi jika penyakit autoimun tidak ditangani secara tepat. Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit autoimun melibatkan kerusakan organ tubuh, gangguan saraf, dan masalah kesehatan mental.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang apa itu penyakit autoimun, gejala, faktor risiko, cara mengobati, mencegah, dan komplikasinya, Jumat (26/1/2024).

Sistem Kekebalan Tubuh Menyerang Sel Sehat

Ilustrasi sakit, rumah sakit
Wanita berbaring di keranjang tidur kamar sakit. (Photo by Andrea Piacquadio from Pexels)

Penyakit autoimun adalah kondisi serius yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang keliru menyerang sel-sel sehat di dalam tubuhnya sendiri. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menjelaskan bahwa respon imun yang terjadi pada penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh dan mengganggu fungsi fisiologis secara keseluruhan.

Tanda klasik penyakit autoimun adalah adanya peradangan pada bagian tubuh tertentu. Sebagai ilustrasi, Healthline menyebutkan bahwa sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari penyakit dan infeksi, pada kondisi autoimun, malah merusak sel-sel sehat.

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan tubuh memiliki kemampuan untuk membedakan sel asing dan sel tubuh yang sehat. Namun, pada individu dengan penyakit autoimun, sistem ini keliru mengidentifikasi bagian tubuh, seperti persendian atau kulit, sebagai benda asing. Sebagai akibatnya, terjadi pelepasan protein atau autoantibodi yang menyerang sel-sel sehat.

Faktor Risiko Penyakit Autoimun

Faktor-faktor risiko penyakit autoimun mencakup:

  1. jenis kelamin perempuan,
  2. riwayat keluarga yang memiliki penyakit serupa,
  3. kelebihan berat badan atau obesitas,
  4. merokok,
  5. penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, serta
  6. paparan bahan kimia atau cahaya matahari.

Sebagai contoh, infeksi bakteri atau virus, seperti virus Epstein Barr, juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun.

Penyakit autoimun mencakup lebih dari 80 jenis, dan meskipun gejalanya dapat bervariasi, beberapa gejala umum melibatkan kelelahan, pegal otot, ruam kulit, demam ringan, rambut rontok, kesulitan konsentrasi, serta sensasi kesemutan di tangan dan kaki.

Adanya keragaman penyakit autoimun, diagnosis yang tepat menjadi kunci untuk penanganan yang efektif. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor risiko dan karakteristik penyakit autoimun menjadi esensial dalam upaya pencegahan dan pengelolaan kondisi ini.

1. Muncul Ruam pada Kulit

ParsleyHealth melaporkan bahwa salah satu gejala awal yang mungkin terabaikan adalah seringnya muncul ruam pada kulit tanpa penyebab pasti. Ruam merah, gatal, bercak, atau bersisik yang muncul dan menghilang dapat menjadi tanda peradangan di dalam tubuh, menandakan potensi penyakit autoimun seperti lupus atau psoriasis. Bahkan, kondisi kulit seperti jerawat dan eksim juga dapat menjadi indikator hiperaktivitas sistem kekebalan tubuh yang mendasari.

2. Mengalami Pegal, Nyeri Otot, hingga Sendi

Selanjutnya, gejala penyakit autoimun dapat mencakup pegal-pegal, nyeri otot, dan nyeri sendi yang persisten tanpa penyebab yang jelas. Ini bisa menjadi tanda dari kondisi seperti tiroiditis Hashimoto, lupus, atau artritis reumatoid. Jika seluruh tubuh terasa sakit tanpa adanya aktivitas fisik yang berat, disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah atau bahkan rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan autoimun.

3. Mengalami Lelah Berlebihan

Kelelahan yang berlebihan juga dapat menjadi gejala penyakit autoimun. Jika seseorang merasa lelah meskipun sudah mendapatkan tidur berkualitas selama 8 jam, hal ini bisa menandakan disfungsi kekebalan. Terkadang, kelelahan juga dapat menjadi tanda anemia penyakit kronis yang terkait dengan peradangan dalam tubuh, menjadi salah satu gejala awal defisiensi autoimun.

4. Sering Gangguan Pencernaan

Sakit perut yang persisten juga dapat menjadi gejala penyakit autoimun, meskipun dapat disebabkan oleh berbagai faktor lain seperti gangguan pencernaan atau reaksi terhadap makanan tertentu. Namun, jika ketidaknyamanan perut terjadi secara rutin, penyakit autoimun seperti Crohn atau celiac dapat menjadi perhatian.

5. Rambut Sering Rontok

Rambut rontok juga dapat terkait dengan penyakit autoimun, seperti penyakit Graves dan alopecia areata. Contohnya, dalam kasus Graves, penyakit autoimun dapat memicu rambut menjadi rapuh dan rontok, disertai dengan gejala lain seperti insomnia, mudah tersinggung, penurunan berat badan, dan tangan gemetar.

Pemahaman akan gejala-gejala ini menjadi krusial untuk mendeteksi dini dan mengelola penyakit autoimun. Seiring dengan itu, peran konsultasi medis dan pemeriksaan yang tepat sangat penting dalam menangani kondisi ini dengan efektif.

Kapan Harus ke Dokter?

Gejala penyakit autoimun dapat muncul kapan saja, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala berlangsung lebih dari satu minggu.

Rekomendasi dari Eka Hospital, bahwa dokter akan melakukan diagnosis melalui pemeriksaan gejala dan berbagai tes spesifik, seperti tes autoantibodi dan tes darah lengkap. Pemberian obat untuk meredakan gejala serta terapi khusus sesuai dengan gejala yang muncul juga dapat menjadi bagian dari penanganan penyakit autoimun.

Cara Mengobati Penyakit Autoimun

Arti Mimpi Seputar Rumah Sakit
Wanita diinfus di rumah sakit. Credit: unsplash.com/Stephen

Pengobatan penyakit autoimun, yang pada umumnya belum dapat disembuhkan, fokus pada meredakan gejala dan mencegah flare. Metode pengobatan bervariasi tergantung pada jenis penyakit dan tingkat keparahannya. Obat-obatan seperti NSAIDs dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan demam, sementara obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, digunakan untuk menghambat perkembangan penyakit.

Terapi anti-TNF, seperti infliximab, dapat diberikan untuk mencegah peradangan pada penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis dan psoriasis.

Terapi pengganti hormon juga menjadi bagian penting dari pengobatan, khususnya jika penyakit autoimun menghambat produksi hormon di dalam tubuh. Contohnya, penderita diabetes tipe 1 menerima suntikan insulin untuk mengatur kadar gula darah, sementara penderita tiroiditis memerlukan pemberian hormon tiroid.

Komplikasi Penyakit Autoimun

Meskipun pengobatan dapat membantu mengelola gejala, penyakit autoimun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, deep vein thrombosis, dan kerusakan organ seperti hati atau ginjal. Bahkan, kondisi ini juga dapat berkontribusi terhadap gangguan mental seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Cara Mencegah Penyakit Autoimun

Pencegahan penyakit autoimun tidak selalu mungkin karena faktor genetik yang sering terlibat. Namun, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko, seperti

  1. berolahraga secara rutin,
  2. menjaga berat badan tetap ideal, dan
  3. tidak merokok.

Penggunaan alat pelindung saat bekerja dapat membantu menghindari paparan bahan kimia yang dapat memicu penyakit autoimun. Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan juga menjadi langkah preventif untuk menghindari infeksi virus dan bakteri yang dapat memicu reaksi autoimun. Meskipun belum ada langkah pasti untuk mencegah penyakit autoimun, upaya pencegahan ini dapat berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya