Liputan6.com, Jakarta Banyak penutur bahasa Indonesia seringkali bingung dalam menentukan ejaan yang benar untuk kata baku merubah. Hal ini tidak mengherankan karena masih banyak yang kurang memahami tentang kata baku, terutama dalam hal ejaan.
Pengaruh pelafalan yang sering digunakan dalam percakapan juga mempengaruhi pengetahuan mengenai ejaan yang sebenarnya. Selain itu, ketidaktahuan tentang proses morfologi dan kaidah penulisan turut menjadi faktor yang membuat banyak orang meragukan ejaan yang benar untuk kata baku merubah.
Tidak sedikit orang yang masih menggunakan ejaan yang salah, yakni "merubah" untuk merujuk pada perbuatan mengganti situasi atau kondisi dari sesuatu hal, padahal ejaan yang benar seharusnya "mengubah." Oleh karena itu, penting untuk mengetahui ejaan yang benar dan asal katanya agar dapat menggunakan kata baku dengan tepat dalam komunikasi sehari-hari.
Advertisement
Lalu mengapa kata baku yang benar adalah "mengubah", bukan "merubah"? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (30/1/2024).
Apa Itu Kata Baku?
Kata baku dalam bahasa Indonesia merujuk pada bentuk kata yang benar sesuai dengan ejaan standar yang ditetapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pentingnya menggunakan kata baku dalam penulisan adalah untuk memastikan konsistensi dan kejelasan dalam komunikasi tulisan. Dengan menggunakan kata baku, pembaca dapat dengan mudah memahami makna kata yang digunakan tanpa adanya kebingungan.
Contoh-contoh kata baku yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia antara lain adalah "mengubah," "membuat," "menulis," "melakukan," dan lain sebagainya. Penggunaan kata baku ini sangat penting dalam penulisan agar tulisan terlihat lebih terstruktur dan mudah dipahami oleh pembaca.
Advertisement
Fungsi Kata Baku
Kata baku merubah atau mengubah seringkali menjadi bahan perdebatan dalam ejaan bahasa Indonesia. Banyak orang yang masih bingung dan salah dalam menggunakannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara keduanya agar dapat menggunakan kata yang tepat dalam penulisan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai fungsi kata baku merubah atau mengubah beserta penjelasan ejaannya.
1. Sebagai Pemersatu
Kata baku memiliki peran yang sangat penting dalam mempersatukan masyarakat Indonesia yang memiliki beragam suku dan dialek. Dengan adanya kata baku, masyarakat Indonesia dapat menggunakan bahasa yang sama meskipun berasal dari suku atau daerah yang berbeda.
Kata baku membantu dalam menyatukan masyarakat Indonesia dengan memberikan pedoman yang jelas dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Dengan adanya kata baku, kesalahpahaman dalam penggunaan kata dapat diminimalisir, sehingga komunikasi antar masyarakat dari berbagai suku dan daerah dapat berjalan lancar.
Dengan demikian, kata baku berperan sebagai alat yang mempersatukan masyarakat Indonesia dengan memastikan bahwa bahasa yang digunakan tetap konsisten dan dapat dimengerti oleh semua orang Indonesia, tanpa memandang asal suku atau daerah. Sehingga, kata baku tidak hanya sebagai pedoman tata bahasa, tetapi juga sebagai alat yang membantu dalam mempertahankan kesatuan dalam keberagaman masyarakat Indonesia.
2. Pemberi Kekhasan
Ketika membicarakan tentang penggunaan kata-kata baku dalam bahasa Melayu di Asia Tenggara, perlu dicatat bahwa setiap negara memiliki kekhasannya sendiri. Misalnya, ejaan kata baku "merubah" memiliki perbedaan antara bahasa Melayu di Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Di Malaysia, bentuk baku yang digunakan adalah "mengubah," sedangkan di Indonesia bentuk baku yang digunakan adalah "merubah." Sementara di Brunei, ejaan yang digunakan mungkin berbeda lagi. Perbedaan ini juga mencerminkan tujuan dari penggunaan kata-kata baku, yaitu untuk menjaga keaslian dan kekhasan bahasa setiap negara. Dengan mempertahankan ejaan yang berbeda, setiap negara dapat menjaga identitas dan kekayaan bahasa Melayu mereka sendiri. Oleh karena itu, ejaan kata baku memiliki peran penting dalam menjaga keberagaman bahasa Melayu di Asia Tenggara.
3. Meningkatkan Kewibawaan
Dalam menjaga kewibawaan, penggunaan bahasa baku sangatlah penting. Salah satu contoh yang sering keliru adalah penulisan kata "merubah" yang seharusnya "mengubah" sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Dengan memperhatikan ejaan yang benar, kita dapat meningkatkan kewibawaan kita dalam berkomunikasi.
Dalam situasi formal, sangat penting untuk menggunakan bahasa baku dan kosakata yang sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Hal ini akan memberikan kesan profesional dan kredibel kepada orang lain. Hindari penggunaan bahasa non-baku atau singkatan yang tidak sesuai dengan aturan baku yang berlaku.
Dengan menjaga konsistensi penggunaan bahasa baku, kita dapat meningkatkan kewibawaan dalam bidang profesional maupun sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berbicara dengan kata-kata baku saat menghadiri acara formal atau dalam situasi yang membutuhkan kesan yang kuat.
Dengan memperhatikan aturan dan kaidah dalam bahasa baku, kita dapat menunjukkan kecerdasan dan kepatuhan kita terhadap norma-norma yang berlaku. Hal ini akan membantu kita dalam membangun kredibilitas dan kewibawaan di masyarakat.
4. Kerangka Acuan
Kosakata baku dalam bahasa Indonesia dapat disiapkan dengan mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai sumber otoritatif bahasa Indonesia. KBBI dan PUEBI memberikan pedoman dan penjelasan yang jelas mengenai ejaan dan penggunaan kata baku yang benar.
Penggunaan kata baku sangat penting dalam situasi formal, seperti upacara bendera di istana negara. Dalam konteks ini, kata "merubah" tidaklah tepat, yang benar adalah "mengubah." Dalam konteks bahasa formal, penting untuk menggunakan kata baku sesuai dengan pedoman resmi bahasa Indonesia.
Selain itu, kita juga perlu memperhatikan imbuhan dalam penggunaan kata baku. Contohnya, imbuhan "meN-" yang akan berubah menjadi "mem-," seperti "memberikan" dan "membawa," ketika bertemu dengan kata dasar yang berawalan huruf b, f, p, v.
Dengan memahami kosakata baku sesuai dengan KBBI dan PUEBI, kita dapat menghindari kesalahan ejaan dan penggunaan kata yang salah, terutama dalam situasi formal.
Kata Dasar “Ubah”
Dalam Bahasa Indonesia, kata baku merubah yang benar adalah "mengubah". Sebagai kata kerja, "mengubah" digunakan untuk menyatakan perbuatan untuk mengganti suatu kondisi atau keadaan dengan kondisi atau keadaan yang baru. Dengan kata lain, "mengubah" merupakan bentuk yang tepat dan baku untuk menyatakan tindakan perubahan.
Tentu ada alasan mengapa kata baku merubah salah, dan yang benar adalah "mengubah". Hal ini terkait dengan proses morfologi bahasa Indonesia atau pembentukan kata, dari kata dasar menjadi kata beribuhan.
Kata kerja mengubah yang merujuk pada perbuatan yang mengganti suatu situasi atau kondisi menjadi situasi atau kondisi yang baru berasal dari kata dasar "ubah" yang mendapatkan awalan {meN-} untuk menjadikannya kata kerja aktif transitif.
Dalam morfologi bahasa Indonesia, awalan atau prefiks {meN-} dapat berubah bunyi tergantung bunyi awal kata dasar yang diimbuhinya. Sebagai contoh jika kata dasarnya diawali bunyi "b" seperti pada kata dasar "beri", maka bunyi nasal pada prefiks {meN-} akan berubah menjadi "m", mejadi "memberi".
Akan tetapi jika kata dasarnya berawalan huruf vokal, seperti pada contoh kata dasar "ubah", maka bunyi nasal pada prefiks {meN-} akan menjadi "ng" sehingga menjadi "mengubah." Contoh lain misalnya pada kata "unggah" menjadi "mengunggah", pada kata dasar "atur" menjadi "mengatur", pada kata dasar "olah" menjadi "mengolah", dan sebagainya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata baku merubah yang benar adalah merubah.
Advertisement
Apakah “Merubah” Termasuk Kata Baku?
Meski kata "merubah" bukan kata baku untuk merujuk pada perbuatan mengganti situasi atau kondisi pada sesuatu, bukan berarti bahwa merubah tidak termasuk kata baku yang benar. Meski demikian, penting untuk memahami pedoman EYD yang menyatakan bahwa kata baku dalam bentuk infinitif menggunakan awalan "meN-".
Ada dugaan bahwa kesalahan kata baku "merubah" yang banyak digunakan untuk merujuk pada perbuatan mengganti situasi atau kondisi pada sesuatu, terkait dengan kata "berubah." Kata tersebut terbentuk dari awalan "ber-" dan kata dasar "ubah", sehingga membentuk kata kerja intransitif "berubah."
Banyak penutur bahasa Indonesia kemudian berpikir bahwa kata "berubah" terbentuk dari awalan "be-" dan kata dasar "rubah." Inilah kekeliruan yang diduga menjadi alasan adanya kesalah dalam kata baku "merubah." Padahal, "ubah" dan "rubah" adalah dua kata yang yang merujuk pada hal yang berbeda. Jika "ubah" merujuk pada kata kerja mengganti situasi dan kondisi, rubah merujuk pada binatang sejenis anjing.
Dari serangkaian penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa "merubah" adalah kata baku yang benar, namun tidak merujuk pada perbuatan mengganti situasi atau kondisi, namun merujuk pada kondisi yang menyerupai atau berubah menjadi rubah. Sedangkan kata baku yang tepat untuk merujuk pada perbuatan aktif untuk mengubah situasi atau kondisi pada suatu hal, adalah "mengubah."