Liputan6.com, Jakarta Apa itu fobia merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut berlebihan terhadap situasi, objek, atau tempat yang sebenarnya tidak membahayakan. Dalam kebanyakan kasus, penderita fobia menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan, namun mereka tetap tidak dapat mengendalikannya. Dampaknya bisa sangat mengganggu, bahkan menyebabkan kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Beberapa penderita juga rentan mengalami gangguan mental lain seperti depresi, panic attack, dan isolasi sosial.
Apa itu fobia terjadi ketika ketakutan yang dirasakan tidak sebanding dengan tingkat bahaya yang sesungguhnya. Selain itu, fobia juga ditandai dengan ketakutan yang berlangsung lebih dari enam bulan dan mengganggu kesehatan mental serta aktivitas harian. Penderita fobia sering kali menghindari objek atau situasi yang mereka takuti sebagai strategi untuk mengurangi rasa cemas yang mereka alami. Hal ini membedakan fobia dengan rasa takut biasa yang dapat dialami oleh siapa pun terhadap suatu hal tertentu.
Penting untuk mengenali apa itu fobia dengan baik karena penanganannya membutuhkan pendekatan yang tepat sesuai dengan jenis fobia yang dialami oleh individu tersebut. Berikut ulasan lebih lanjut tentang apa itu fobia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/4/2024).
Advertisement
Jenis-jenis Fobia
Apa itu fobia dapat diidentifikasi menjadi dua kategori utama, yaitu fobia spesifik dan fobia kompleks.
Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah jenis fobia yang umumnya mulai berkembang sejak masa anak-anak atau remaja, berikut diantaranya.
Aerophobia atau Aviophobia: Takut terbang atau ketakutan terhadap penerbangan.
- Acrophobia: Takut pada ketinggian, menghindari tempat-tempat tinggi seperti gunung atau gedung tinggi.
- Anuptaphobia: Takut akan kesendirian atau tidak memiliki pasangan hidup.
- Ablutophobia: Phobia terhadap mandi atau membersihkan diri.
- Astraphobia: Takut pada petir atau kilat.
- Claustrophobia: Takut pada tempat yang sempit.
- Latrophobia: Takut pada dokter atau situasi medis.
- Ombrophobia: Takut pada hujan atau cuaca buruk.
- Pagophobia: Takut pada es atau benda beku.
- Pogonophobia: Takut pada jenggot.
- Nomophobia: Takut saat tidak menggunakan gadget atau berada jauh dari gadget.
- Trypophobia: Takut pada lubang yang saling berdekatan.
Fobia Kompleks
Fobia kompleks memiliki dampak yang lebih mengganggu daripada fobia spesifik dan seringkali berkembang saat individu memasuki usia dewasa, berikut di antaranya.
- Fobia Sosial: Takut dalam situasi sosial, seperti bertemu orang baru atau berbicara di depan kelompok.
- Agoraphobia: Ketakutan berlebihan pada tempat terbuka atau situasi di mana sulit mendapatkan pertolongan.
Baik fobia spesifik maupun kompleks memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari penderitanya. Pengenalan dan pemahaman yang lebih dalam tentang jenis-jenis fobia ini dapat membantu dalam penanganan yang tepat dan pemulihan individu yang terkena dampak fobia.
Advertisement
Penyebab Fobia
Fobia terhadap suatu hal memiliki beberapa penyebab yang dapat menjelaskan mengapa kondisi ini muncul, berikut di antaranya.
Kejadian Trauma
Pengalaman traumatis seperti kecelakaan atau insiden yang sangat mengganggu secara emosional dapat menyebabkan fobia. Contohnya, seseorang yang mengalami turbulensi parah saat terbang dapat mengembangkan fobia terhadap naik pesawat atau ruang yang tertutup.
Lingkungan
Lingkungan sekitar juga dapat berperan dalam munculnya fobia. Jika seseorang tumbuh di lingkungan di mana orang-orang terdekatnya memiliki ketakutan tertentu, hal itu dapat memengaruhi individu tersebut untuk mengembangkan fobia serupa.
Pengelolaan Stres yang Kurang Tepat
Stres yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan cemas dan depresi. Hal ini kemudian mempengaruhi kemampuan individu untuk beradaptasi dengan situasi atau tempat yang menjadi pemicu fobia. Kurangnya penanganan terhadap stres dapat memperburuk kondisi cemas dan depresi, yang pada akhirnya dapat memicu munculnya fobia.
Selain penyebab tersebut, terdapat juga faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami fobia seperti berikut.
Riwayat Keluarga atau Faktor Genetik
Jika ada anggota keluarga dengan riwayat fobia, individu tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami fobia juga karena faktor genetik.
Cedera Psikologis atau Peristiwa Traumatis
Pengalaman traumatis atau cedera psikologis masa lalu dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan fobia di masa depan.
Karakteristik Individu
Karakteristik seperti rasa malu yang berlebihan, sikap pesimis, atau sensitivitas yang tinggi juga dapat menjadi faktor risiko dalam pengembangan fobia.
Usia
Anak-anak atau remaja yang masih dalam tahap perkembangan emosional dan kognitifnya berisiko lebih tinggi mengalami fobia karena kurangnya pengalaman dan keterampilan dalam mengatasi ketakutan.
Pengalaman Mendengar atau Mendapat Informasi yang Menakutkan
Informasi yang menakutkan atau pengalaman yang intens, seperti mendengar tentang kecelakaan pesawat, juga dapat menjadi pemicu dalam munculnya fobia.
Gejala yang Dirasakan Pengidap Fobia
Apa itu fobia tidak hanya memunculkan gejala psikis seperti rasa takut, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi fisik individu yang mengalami gangguan tersebut. Berikut adalah beberapa gejala fisik yang umum terjadi pada pengidap fobia:
1. Disorientasi atau Bingung
Pengidap fobia dapat mengalami perasaan bingung dalam menghadapi situasi atau objek yang menjadi pemicu ketakutannya.
2. Pusing dan Sakit Kepala
Gejala fisik lainnya meliputi pusing dan sakit kepala yang mungkin terjadi saat menghadapi situasi atau objek yang menimbulkan rasa takut.
3. Dada Terasa Sesak dan Nyeri
Sensasi sesak atau nyeri pada dada bisa dialami oleh pengidap fobia, terutama saat mereka berada dalam situasi yang membuat mereka cemas.
4. Sesak Napas
Ketegangan dan kecemasan yang dirasakan dapat menyebabkan pengidap fobia mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas.
5. Detak Jantung Meningkat
Kondisi fisik seperti detak jantung yang meningkat adalah respon alami tubuh terhadap situasi yang menimbulkan rasa takut.
6. Tubuh Gemetar dan Berkeringat
Pengidap fobia seringkali mengalami gemetar pada tubuh dan berkeringat secara berlebihan saat berada di situasi yang memicu ketakutan.
7. Telinga Berdengung
Beberapa individu mungkin mengalami sensasi telinga berdengung atau tinnitus saat menghadapi stimulus yang membuat mereka takut.
8. Selalu Ingin Buang Air Kecil
Rasa cemas dan ketegangan yang dialami dapat menyebabkan sensasi ingin selalu buang air kecil pada pengidap fobia.
9. Mulut Terasa Kering
Gejala fisik lainnya yang umum adalah mulut terasa kering, yang bisa disebabkan oleh kecemasan yang berlebihan.
Sayangnya, banyak orang seringkali meremehkan atau bahkan memberikan candaan kepada pengidap fobia, padahal bahaya menakuti seseorang yang memiliki fobia dapat sangat fatal bagi kesejahteraan dan kesehatan mental mereka. Penting bagi masyarakat untuk lebih memahami dan mendukung individu yang mengalami fobia agar mereka dapat mendapatkan penanganan dan bantuan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Advertisement
Pengobatan Fobia
Pengobatan fobia melibatkan beberapa langkah yang dimulai dengan diagnosis dari dokter. Proses diagnosis apa itu fobia melibatkan wawancara medis mendalam untuk memahami gejala yang muncul pada pengidap fobia. Dokter juga akan meninjau riwayat medis pengidap, termasuk riwayat penyakit kejiwaan, kehidupan sosial, dan histori penggunaan obat-obatan untuk membantu menegakkan diagnosis dengan lebih tepat.
Setelah diagnosis dilakukan, pengobatan fobia biasanya melibatkan kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi. Berikut beberapa metode pengobatan yang umum digunakan.
1. Terapi Eksposur
Metode ini bertujuan untuk mengubah sudut pandang pengidap terhadap subjek atau situasi yang menimbulkan ketakutan. Terapi eksposur membantu pengidap untuk secara bertahap dan terkontrol menghadapi ketakutannya, sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan.
2. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT adalah jenis terapi yang menggabungkan terapi eksposur dengan teknik kognitif dan perilaku. Terapi ini lebih berfokus pada cara mengendalikan pikiran dan perasaan pengidap serta mengubah pola pikir yang merugikan.
Selain psikoterapi, pengobatan fobia juga dapat melibatkan pemberian obat-obatan tertentu yang bertujuan untuk mengurangi gejala yang muncul. Jenis obat yang diresepkan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis fobia dan kebutuhan individu.
Selain pengobatan medis dan psikoterapi, perawatan rumahan juga dapat menjadi bagian penting dalam mengatasi fobia. Ini bisa termasuk melakukan teknik relaksasi, latihan pernapasan, dan strategi mengatasi stres yang membantu pengidap untuk menekan dan mengendalikan rasa cemas serta ketakutan yang muncul.