Pertolongan Pertama DBD pada Anak, Pahami Gejala dan Fase DBD

Memberikan pertolongan pertama yang tepat sangat penting dalam kasus DBD. Pertolongan pertama yang tepat dapat mencegah risiko terburuk dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi anak untuk pulih. 

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 02 Apr 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2024, 12:30 WIB
DBD.
Ilustrasi anak terjangkit DBD. (Foto: Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Penyakit demam berdarah atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala awal DBD mirip dengan flu, seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam pada tubuh. Namun, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, DBD dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan bahkan berpotensi mengancam nyawa.

Salah satu kemungkinan terburuk yang bisa terjadi jika DBD terlambat mendapat penanganan adalah kegagalan organ. Virus dengue dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah dan menyebabkan perdarahan internal yang serius. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan organ vital seperti hati, jantung, dan paru-paru. Meningkatnya risiko perdarahan juga dapat menyebabkan syok hemoragik, yang merupakan kondisi kritis yang membutuhkan perawatan medis darurat.

Karena itulah, memberikan pertolongan pertama yang tepat sangat penting dalam kasus DBD. Pertolongan pertama yang tepat dapat mencegah risiko terburuk dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi anak untuk pulih. Jangan mengabaikan gejala awal DBD dan selalu waspada terhadap kondisi anak. Dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan mendapatkan penanganan medis yang sesuai, risiko terburuk akibat DBD dapat diminimalisir dan anak memiliki peluang yang lebih baik dalam proses pemulihan.

Berikut adalah sejumlah langkah pertolongan pertama DBD pada anak yang bisa kita lakukan, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (2/4/2024).

 

Gejala DBD pada Anak

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang umum terjadi di Indonesia. DBD pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala-gejala DBD pada anak agar dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat.

Beberapa gejala yang umum muncul pada anak yang menderita DBD antara lain:

  1. Demam tinggi: Demam dapat mencapai 39-40°C selama 2-7 hari. Suhu tubuh anak akan terus meningkat dan sukar dikendalikan.
  2. Nyeri di belakang mata: Anak yang terinfeksi DBD sering mengalami nyeri di belakang mata. Nyeri ini bisa terasa sangat intens dan membuat anak merasa tidak nyaman.
  3. Nyeri sendi dan otot: Anak yang terkena DBD sering merasakan nyeri pada sendi dan otot mereka. Ini bisa membuat mereka merasa lemah dan sulit untuk bergerak.
  4. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit: Bintik-bintik merah yang disebut petechiae sering muncul pada kulit anak yang mengalami DBD. Terkadang, bintik-bintik ini juga bisa membesar menjadi bintik-bintik memar yang lebih besar.
  5. Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan: Anak yang menderita DBD seringkali mengalami mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Ini bisa menyebabkan dehidrasi dan kehilangan berat badan.

Jika melihat gejala-gejala ini pada anak Anda, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis dan memberikan perawatan yang diperlukan. DBD pada anak harus ditangani dengan cepat dan tepat agar dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.

Pahami Fase DBD pada Anak

Demam
Orangtua perlu waspada gejala DBD jika anak demam tinggi dan tidak bisa menerima cairan.(Foto: Ilustrasi AI)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD terjadi dalam beberapa fase yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, yakni fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan. 

1. Fase Demam

Fase demam pada Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak adalah salah satu fase awal dari penyakit ini. Pada fase ini, anak akan mengalami gejala demam tinggi yang berlangsung selama 2-7 hari. Fase demam ini juga dapat dibagi menjadi dua sub-fase, yaitu fase demam awal dan fase demam tinggi. Pada fase demam awal, anak mungkin mengalami gejala seperti demam mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Anak juga dapat merasa lemah dan lelah selama fase ini.

Selanjutnya, setelah beberapa hari, anak akan memasuki fase demam tinggi. Pada fase ini, anak akan mengalami demam yang lebih tinggi, dengan suhu tubuh mencapai 39-40 derajat Celsius. Selain itu, anak juga dapat mengalami gejala tambahan seperti mual, muntah, ruam pada kulit, nyeri perut, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Hal penting yang perlu diperhatikan pada fase demam ini adalah untuk menjaga kesehatan anak dan mengelola gejala demam. Anak perlu istirahat yang cukup, minum air yang cukup, dan mengonsumsi makanan yang sehat untuk menjaga kekuatan tubuh. Pemberian obat penurun panas seperti paracetamol dapat membantu mengatasi demam yang tinggi. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat kepada anak.

Selama fase demam, penting juga untuk memantau anak dengan cermat untuk memastikan tidak ada penurunan jumlah trombosit yang signifikan atau tanda-tanda perdarahan lainnya. Bila terjadi perdarahan pada gusi, hidung, atau kulit, segera konsultasikan dengan dokter.

Penting untuk diingat bahwa fase demam DBD dapat berlangsung beberapa hari dan kemudian anak akan memasuki fase kritis yang membutuhkan perawatan medis intensif. Oleh karena itu, jika anak mengalami demam tinggi yang tidak kunjung membaik atau mengalami gejala tambahan, segera bawa anak ke dokter untuk penanganan yang tepat.

2. Fase Kritis

Fase kritis merupakan fase yang terjadi pada hari ke-4 hingga ke-6 setelah demam pertama kali muncul pada anak yang terkena demam berdarah dengue (DBD). Fase ini ditandai dengan munculnya gejala yang lebih parah dan berbahaya dibanding fase sebelumnya.

Gejala pada fase kritis ini antara lain adalah muntah terus-menerus, pendarahan dari hidung dan gusi, nyeri perut, serta munculnya tanda-tanda seperti muntah darah dan buang air besar berdarah. Pada beberapa kasus, fase kritis ini dapat berkembang menjadi berbahaya, seperti penurunan tiba-tiba jumlah trombosit dan peningkatan tanda-tanda perdarahan.

Oleh karena itu pada fase kritis ini, kondisi anak perlu mendapatkan pertolongan pertama dengan segera. Langkah-langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan cairan oral rehydration solution (ORS) untuk mencegah dehidrasi, mengontrol pendarahan dengan menekan hidung atau memasukkan kompres dingin pada gusi, dan memberikan obat penurun demam yang diresepkan oleh dokter.

Selain itu, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis jika gejala-gejala tersebut muncul. Pada fase kritis ini, penanganan yang lebih intensif diperlukan oleh tenaga medis. Dengan penanganan yang tepat dan cepat, diharapkan anak dapat pulih dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih parah akibat DBD.

3. Fase Pemulihan

Setelah melewati fase kritis, anak yang mengalami DBD juga harus melewati fase pemulihan. Fase ini merupakan tahap di mana tubuh anak secara perlahan mulai pulih dari penurunan kondisi kesehatan saat mengalami DBD.

Selama fase pemulihan, ada beberapa tanda dan perubahan yang dapat diamati pada si Kecil. Pertama, hasil pemeriksaan laboratorium seperti jumlah trombosit akan mulai meningkat. Selain itu, nilai hematokrit anak juga akan kembali normal. Tanda lainnya adalah nafsu makan anak yang akan meningkat. Anak mungkin akan mulai tertarik dan mampu mengonsumsi makanan dengan normal.

Selain itu, bayi atau anak yang sebelumnya tampak lesu dan mengantuk akan menjadi lebih ceria dan aktif seperti biasanya. Mereka juga akan kembali memiliki energi yang cukup untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Selama fase pemulihan, frekuensi buang air kecil anak juga akan normal kembali. Ini menandakan bahwa ginjal anak sudah mulai berfungsi dengan baik untuk menyaring cairan tubuh.

Meskipun fase pemulihan berarti kondisi anak yang semakin membaik, perlu diingat bahwa proses ini membutuhkan waktu yang bervariasi untuk tiap anak. Oleh karena itu, peran orang tua dan keluarga dalam memberikan dukungan serta asupan gizi yang baik sangatlah penting agar pemulihan anak bisa berjalan dengan lancar.

Langkah Pertolongan Pertama DBD pada Anak

DBD.
Ilustrasi anak terserang DBD. (Foto: Shutterstock)

Salah satu kemungkinan terburuk yang bisa terjadi jika DBD terlambat mendapat penanganan adalah kegagalan organ. Karena itulah, memberikan pertolongan pertama yang tepat sangat penting dalam kasus DBD. Berikut langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk memberikan pertolongan pertama DBD pada anak:

1. Berikan Kompres Hangat

Pertolongan pertama pada anak yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) merupakan hal yang sangat penting. Salah satu langkah penting dalam pertolongan pertama DBD pada anak adalah dengan melakukan kompres hangat. Kompres hangat dapat membantu menurunkan suhu tubuh yang tinggi pada anak dan memberikan rasa nyaman bagi mereka.

Langkah-langkah dalam melakukan kompres hangat sangatlah mudah. Pertama, siapkan air hangat dengan suhu yang nyaman agar tidak terlalu panas dan tidak membahayakan kulit anak. Kemudian, basahi kain bersih dengan air hangat tersebut dan peras hingga tidak terlalu basah. Tempelkan kain yang sudah dibasahi pada dahi anak, pelipat siku, dan pergelangan kaki. Secara bertahap, suhu tubuh anak akan berangsur-angsur menurun setelah beberapa kali mengganti kain yang sudah menjadi dingin.

Kompres hangat secara umum sangat efektif sebagai pertolongan pertama dalam mengatasi demam anak, termasuk dalam kasus DBD. Proses penurunan suhu tubuh dengan menggunakan kompres hangat membantu mengurangi kepanasan pada anak, sehingga mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi. Selain itu, memberikan kompres hangat juga dapat memberikan rasa nyaman pada anak yang sedang demam. Dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan cepat, kita dapat memberikan bantuan awal yang penting untuk anak yang mengalami DBD.

2. Berikan Banyak Asupan Cairan

Ketika seorang anak mengalami gejala demam berdarah dengue (DBD), penting untuk memberikan pertolongan pertama yang tepat. Salah satu langkah yang penting adalah memberikan banyak minum kepada anak tersebut.

DBD menciptakan risiko dehidrasi yang tinggi bagi anak-anak. Gejala DBD seperti diare, demam, dan muntah-muntah dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang signifikan. Oleh karena itu, memberikan banyak minum adalah cara yang efektif untuk menjaga agar tubuh tetap terhidrasi.

Minuman yang diberikan haruslah berupa air putih atau sup kaldu ayam dengan sayuran. Air putih membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang, sementara sup kaldu ayam dengan sayuran memberikan nutrisi tambahan yang penting bagi tubuh yang sedang dalam proses pemulihan.

Terkadang, anak-anak bosan minum air putih. Jus jambu segar bisa menjadi alternatif yang enak bagi anak-anak yang mungkin tidak terlalu tertarik dengan rasa air putih yang netral. Jus jambu segar mengandung banyak vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk menyokong daya tahan tubuh anak.

Dalam mengatasi DBD pada anak, memberikan banyak minum adalah langkah penting untuk mencegah dehidrasi. Pastikan minuman yang diberikan sesuai dengan rekomendasi seperti air putih, sup kaldu ayam dengan sayuran, atau jus jambu segar. Dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat, kita dapat membantu anak-anak dalam proses pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi yang serius.

3. Berikan Banyak Asupan Nutrisi

Pemberian makanan bergizi sangatlah penting dalam membantu pemulihan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala yang umum dialami penderita DBD adalah demam tinggi, mual, muntah, dan gangguan pada sistem pencernaan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi untuk membantu mempercepat pemulihan.

Beberapa jenis makanan yang bergizi dan dapat diberikan kepada penderita DBD pada anak antara lain:

  1. Buah-buahan segar: Buah-buahan seperti jeruk, mangga, pisang, dan anggur mengandung vitamin C dan serat yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses pemulihan.
  2. Sayuran hijau: Bayam, wortel, dan brokoli adalah contoh sayuran hijau yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Makanan ini membantu meningkatkan kekebalan dan menyediakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.
  3. Protein: Daging ayam, ikan, dan telur mengandung protein yang penting untuk pembentukan sel-sel baru dalam tubuh. Protein juga membantu dalam memperbaiki jaringan yang rusak akibat penyakit DBD.

Memberikan makanan bergizi bagi penderita DBD pada anak adalah langkah penting dalam membantu mempercepat pemulihan. Pastikan untuk memilih makanan yang mudah dicerna, kaya nutrisi, dan tetap menjaga kebutuhan cairan tubuh dengan meminum air putih yang cukup. Dengan memberikan perhatian pada asupan makanan yang tepat, penderita DBD dapat memulihkan kondisi kesehatannya secara optimal.

4. Biarkan Anak Banyak Tidur

Anak-anak yang menderita demam berdarah dengue (DBD) membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu tubuh mereka pulih. Tidur yang cukup dan berkualitas dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Berikut adalah beberapa langkah-langkah pertolongan pertama DBD pada anak dengan membiarkan mereka banyak tidur:

  1. Atur Suasana Kamar Tidur yang Nyaman: Pastikan kamar tidur anak memiliki suasana yang tenang dan nyaman. Gunakan pencahayaan yang lembut, atur suhu ruangan yang nyaman, dan pilih kasur yang empuk. Bantal dan selimut yang nyaman juga penting untuk membantu anak merasa rileks dan nyaman saat tidur.
  2. Hindari Gangguan Tidur: Sediakan lingkungan tidur yang bebas gangguan. Matikan televisi atau alat elektronik lainnya yang dapat mengganggu tidur anak. Hindari mendengarkan musik atau suara yang terlalu keras di sekitar kamar tidur.
  3. Batasi Penggunaan Gadget: Jauhkan gadget dari kamar tidur anak. Cahaya layar gadget dapat mengganggu proses tidur dan mempengaruhi kualitas tidur mereka. Pastikan anak tidak menggunakan gadget sebelum tidur.
  4. Dukungan Keluarga: Mintalah anggota keluarga lainnya untuk tidak membuat kebisingan yang berlebihan di sekitar kamar tidur anak. Suara gaduh dapat mengganggu tidur anak dan memperlambat proses penyembuhan.

Dengan mengatur suasana kamar tidur yang nyaman, menghindari gangguan tidur seperti TV dan gadget, serta meminta anggota keluarga lainnya untuk tidak berkegiatan terlalu bising, kita dapat memberikan pertolongan pertama DBD pada anak melalui membiarkan mereka banyak tidur. Pastikan anak-anak kita mendapatkan istirahat yang cukup untuk membantu proses penyembuhan mereka.

5. Berikan Obat Pereda Nyeri

Saat pertolongan pertama pada anak yang mengalami DBD, kita juga perlu memberikan obat pereda nyeri. Salah satu obat yang disarankan adalah paracetamol.

Paracetamol dapat membantu mengatasi demam, sakit kepala, dan nyeri yang sering kali dialami oleh anak saat demam berlangsung. Namun, penting untuk memperhatikan dosis yang diberikan dan mengikuti petunjuk dokter atau apoteker dalam penggunaannya.

Selain itu, perlu dihindari penggunaan aspirin dan ibuprofen pada anak yang mengalami DBD. Kedua obat ini berisiko meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan, yang dapat memperburuk kondisi anak.

Selain memberikan obat pereda nyeri, mandi dengan air hangat juga dapat membantu menurunkan demam saat anak mengalami DBD. Mandi dengan air hangat dapat membantu menyejukkan tubuh anak dan meredakan demam yang dialami.

Dalam memberikan obat pereda nyeri kepada anak yang mengalami DBD, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat memberikan petunjuk yang lebih rinci tentang dosis dan cara penggunaannya. Tetap pantau kondisi anak dan segera konsultasikan ke dokter jika ada perubahan yang signifikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya