Apakah Anxiety Berbahaya? Pahami Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Anxiety disorder dapat membatasi kehidupan sosial dan emosional individu

oleh Husnul Abdi diperbarui 20 Apr 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2024, 11:30 WIB
Ilustrasi social anxiety disorder, gangguan kecemasan
Ilustrasi Ilustrasi social anxiety disorder, gangguan kecemasan. (Photo by JESSICA TICOZZELLI: https://www.pexels.com/photo/woman-in-face-mask-touching-head-in-anxiety-5670759/)

Liputan6.com, Jakarta Anxiety disorder adalah kondisi mental yang kerap dianggap sepele, tetapi sebenarnya dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari seseorang. Kondisi ini ditandai dengan perasaan khawatir dan cemas yang berlebihan, bahkan tanpa alasan yang jelas. Penderita Anxiety Disorder sering kali merasakan gejala yang intens seperti detak jantung yang cepat, keringat berlebihan, dan kesulitan tidur.

Anxiety Disorder dapat memengaruhi individu dari segala usia dan latar belakang. Banyak orang berpikir bahwa gangguan ini hanya dialami oleh orang dewasa, padahal kenyataannya, anak-anak dan remaja juga rentan terhadap Anxiety Disorder.

Dalam beberapa kasus, gejala gangguan ini dapat terlihat sejak usia dini dan berlanjut hingga masa dewasa. Oleh karena itu, pemahaman dan penanganan yang tepat terhadap Anxiety Disorder diperlukan sejak dini agar penderita dapat menjalani kehidupan yang normal dan berkualitas.

Anxiety Disorder dapat membatasi kehidupan sosial dan emosional individu. Penderita sering kali menghindari situasi atau tempat yang memicu kecemasan, sehingga membatasi partisipasi mereka dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, Anxiety Disorder juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, seperti hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan. Oleh karena itu, penyuluhan dan dukungan dari lingkungan yang positif sangatlah penting untuk membantu para penderita mengatasi dan mengendalikan Anxiety Disorder mereka.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (20/4/2024) tentang apakah anxiety berbahaya.

Apakah Anxiety Berbahaya?

Anxiety atau gangguan kecemasan
Sumber: Unsplash

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan sering kali dianggap remeh oleh sebagian orang. Padahal, kecemasan yang berlebihan dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental seseorang. Apakah anxiety berbahaya? Jawabannya adalah ya. Kecemasan yang terus-menerus dapat memengaruhi fungsi kognitif, fisik, dan emosional seseorang.

Salah satu dampak yang paling umum dari apakah anxiety berbahaya adalah gangguan tidur. Orang dengan kecemasan sering mengalami kesulitan tidur atau insomnia, yang dapat menyebabkan kelelahan, penurunan daya konsentrasi, dan gangguan mental lainnya. Selain itu, apakah anxiety berbahaya juga dapat memperburuk gangguan kesehatan fisik seperti penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, dan masalah kulit.

Dalam beberapa kasus, apakah anxiety berbahaya juga dapat menyebabkan depresi. Orang yang menderita kecemasan berkepanjangan dapat mengalami perasaan sedih yang intens, hilangnya minat dalam aktivitas sehari-hari, energi yang rendah, dan ideasi yang mengarah pada bunuh diri. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami kecemasan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Jadi, apakah anxiety berbahaya bukanlah gangguan yang bisa dianggap remeh. Kecemasan yang tidak terkendali dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala kecemasan dan mencari bantuan profesional jika mengalami kecemasan yang berkepanjangan atau berat.

Penyebab Anxiety

Ilustrasi orang dengan tekanan
Inositol dapat membantu mengurangi gejala pada anxiety. (Foto: Pexels/Andrew Neel)

Anxiety disorder adalah gangguan kecemasan yang sering kali memengaruhi kualitas hidup seseorang. Apakah anxiety berbahaya bisa kamu cegah dengan mengenali penyebabnya. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kecemasan. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang umum:

1. Faktor genetik dan riwayat keluarga: Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan mengalami anxiety disorder dapat diwarisi dari keluarga. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dekat yang menderita kecemasan, maka risiko untuk mengembangkan gangguan serupa meningkat.

2. Perubahan kimia dalam otak: Disfungsi neurotransmitter seperti serotonin dan norepinefrin dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan munculnya gejala kecemasan.

3. Pengalaman trauma: Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, pelecehan seksual, atau kecelakaan serius dapat memicu munculnya anxiety disorder. Peristiwa traumatis ini dapat menyebabkan rasa takutan serta ketidakmampuan untuk mengontrol pikiran yang merugikan.

4. Stres kronis: Tekanan dan stres yang berkepanjangan dalam kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Stres kronis dapat memicu terjadinya kecemasan yang berkelanjutan.

5. Penyalahgunaan zat: Adanya kecanduan atau penyalahgunaan zat seperti alkohol, obat-obatan terlarang, atau obat resep tertentu dapat menyebabkan timbulnya anxiety disorder.

Ketika menghadapi gangguan kecemasan, penting untuk mencari bantuan profesional dalam menangani kondisi ini. Spesialis kesehatan dapat membantu dalam mendiagnosis penyebab kecemasan dan memberikan pengobatan yang tepat.

Gejala Anxiety

perempuan yang mengalami relationship anxiety
perempuan yang mengalami relationship anxiety//copyright pexels/MART PRODUCTION

Gejala Anxiety Disorder atau gangguan kecemasan umum adalah kondisi psikologis yang ditandai oleh rasa takut, kekhawatiran yang berlebihan, serta perasaan cemas yang terus menerus. Berikut ini adalah gejala utama yang sering dialami oleh individu yang mengidap Anxiety Disorder:

1. Gangguan tidur: Penderita sering mengalami sulit tidur, sulit memulai tidur, atau terbangun secara mendadak di tengah malam.

2. Sensasi fisik yang tidak menyenangkan: Peningkatan denyut jantung, keringat berlebihan, gemetar, perut kembung, nyeri otot, dan sakit kepala.

3. Pikiran yang tidak terkendali: Penderita merasa sulit untuk mengendalikan pikiran-pikiran negatif, berlebihan, dan obsessive.

4. Ketegangan dan mudah terganggu: Penderita sering merasa tegang, stress, dan mudah gelisah, bahkan jika tidak ada alasan yang jelas.

5. Kehilangan konsentrasi: Sulit fokus dan konsentrasi pada tugas sehari-hari, akibat terganggunya pikiran dan perasaan cemas.

6. Perubahan emosional: Sering merasa cepat marah, mudah terganggu, gelisah dan mudah menangis. Mood juga bisa berubah secara drastis.

7. Perasaan putus asa: Penderita sering merasa cemas berlebihan yang membuat merasa putus asa dan memiliki pikiran untuk meninggal.

8. Fobia dan kecemasan sosial: Mudah gelisah, takut, dan menghindari situasi-situasi sosial atau tempat-tempat yang menimbulkan rasa takut yang berlebihan.

Demikianlah beberapa gejala yang sering muncul pada individu yang mengidap Anxiety Disorder. Penting untuk mengenali gejala ini dan segera mencari bantuan medis jika gejala-gejala ini mengganggu kehidupan sehari-hari.

Cara Mengatasi Anxiety

beberapa cara mengatasi relationship anxiety
beberapa cara mengatasi relationship anxiety//copyright pexels/shvets production

Apakah anxiety berbahaya adalah kondisi mental yang ditandai oleh rasa khawatir yang berlebihan dan berkelanjutan. Dalam mengatasi kecemasan ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Mengenali gejala kecemasan: Mengetahui tanda-tanda kecemasan seperti detak jantung cepat, perasaan gelisah, sulit tidur, dan kesulitan berkonsentrasi adalah langkah awal dalam mengatasi kecemasan.

2. Membuat jadwal harian: Merencanakan kegiatan harian secara teratur dapat membantu mengurangi kecemasan karena memberikan perasaan kontrol dan rutinitas yang stabil.

3. Berolahraga secara teratur: Berolahraga secara teratur dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan. Olahraga menghasilkan endorfin, hormon yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres.

4. Mempraktikkan teknik relaksasi: Teknik pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau aromaterapi adalah metode yang dapat membantu mengurangi kecemasan dengan menenangkan pikiran dan tubuh.

5. Hindari konsumsi stimulan berlebihan: Mengurangi atau menghindari konsumsi kafein, makanan berat, dan alkohol dapat membantu mengurangi gejala kecemasan.

6. Cari dukungan sosial: Membicarakan kecemasan dengan orang terdekat atau bergabung dengan kelompok dukungan dapat membantu meredakan pikiran yang cemas dan memberikan kenyamanan emosional.

Mengatasi kecemasan membutuhkan kesabaran dan perencanaan. Jika kecemasan terus berlanjut atau mengganggu fungsi sehari-hari, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan yang tepat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya