Liputan6.com, Jakarta Perundungan atau bullying dianggap sebagai tindakan yang merugikan dan mengancam kehidupan seseorang, baik bagi korban maupun pelakunya. Dampak bullying bagi korban dan pelaku tidak hanya terbatas pada aspek psikologis, tetapi juga memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Bagi korban, bullying dapat menyebabkan stres kronis yang berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Mereka mungkin mengalami depresi, kecemasan dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Stres yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan dan penurunan daya tahan tubuh.
Advertisement
Dampak bullying bagi korban dan pelaku cukup kompleks, di mana korban perundungan rentan mengalami gangguan makan, sedangkan pelaku berisiko mengalami gangguan emosi, seperti gangguan kecemasan dan depresi. Pelaku bullying seringkali mengalami kesulitan, dalam menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain di sekitarnya.Â
Advertisement
Untuk melindungi kesehatan korban dan pelaku perundungan, penting bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari perundungan ini. Pendidikan dan pengawasan yang efektif di sekolah, dukungan emosional dan pengembangan kemampuan sosial, dapat membantu mengurangi insiden perundungan dan mempromosikan lingkungan yang aman dan sehat. Berikut ini dampak bullying bagi korban dan pelaku yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (24/4/2024).Â
Dampak Bullying Bagi Korban
Menurut pandangan Iswan Saputro, M.Psi., seorang Psikolog, efek dari perilaku perundungan (bullying) terhadap korban bisa sangat bervariasi dan kompleks. Berikut adalah beberapa dampak yang bisa dirasakan oleh korban:
1. Keterpaparan pada Berbagai Emosi
Salah satu dampak yang signifikan dari bullying, terutama yang bersifat verbal, adalah pengaruhnya terhadap kondisi emosional korban. Biasanya, korban bullying mengalami rentetan emosi yang kompleks seperti rasa takut, sedih dan amarah. Dampak tersebut dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk gejala depresi, gangguan pencernaan, atau kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial.
2. Gangguan pada Kemampuan Kognitif
Psikolog Iswan menyoroti bahwa bullying juga dapat mengganggu kemampuan kognitif korban. Hal ini membuat korban sulit untuk berkonsentrasi, memproses informasi baru, dan membuat keputusan karena adanya rasa cemas yang menetap. Bahkan, dalam konteks pendidikan, dampak bullying juga dapat menghambat proses belajar mengajar di sekolah.
3. Kehilangan Kepercayaan Diri
Bullying, terutama jika melibatkan kekerasan fisik, dapat meruntuhkan kepercayaan diri korban secara signifikan. Bekas luka yang timbul sebagai akibat dari perundungan, bisa meninggalkan trauma psikologis yang mengakibatkan korban merasa tidak percaya diri. Selain itu, bullying seksual juga dapat memunculkan perasaan rendah diri dan tidak berharga.
4. Dampak Fisik dan Psikosomatis
Penurunan kepercayaan diri yang terjadi akibat bullying, juga dapat memicu munculnya gejala-gejala psikosomatis. Hal ini terjadi karena pikiran korban dikuasai oleh emosi negatif seperti takut, cemas dan sedih, yang kemudian berdampak pada kondisi fisik mereka. Gejala psikosomatis yang bisa muncul termasuk penyakit pencernaan, tremor, atau mimisan.
5. Isolasi Sosial
Salah satu dampak sosial dari bullying adalah korban cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena takut akan menghadapi perlakuan yang sama. Mereka juga mungkin menghindari media sosial tertentu karena rasa takut dan kecemasan.
6. Kesulitan dalam Membentuk Hubungan yang Sehat
Dampak jangka panjang dari bullying adalah membuat korban sulit untuk membentuk hubungan yang saling percaya dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kepercayaan terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama mereka yang memiliki kesamaan dengan pelaku bullying.
7. Pemicu Gangguan Mental
Perundungan, baik dalam bentuk verbal, non-verbal, atau fisik, dapat memicu terjadinya gangguan mental yang serius. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa peristiwa hidup yang menimbulkan stres, seperti bullying, dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan seperti depresi, kecemasan, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Advertisement
Dampak Bullying Bagi Pelaku
Selain membawa dampak yang serius bagi korban, perundungan juga menciptakan konsekuensi yang kompleks bagi para pelakunya. Ironisnya, banyak dari para pelaku ini tidak menyadari betapa beratnya dampak psikologis yang timbul dari tindakan perundungan yang mereka lakukan. Namun, ketika kita melihat lebih dalam, kita dapat menemukan bahwa perilaku perundungan ini juga memengaruhi kesejahteraan mental dan sosial para pelakunya.
Berikut adalah beberapa dampak yang terkait dengan perilaku perundungan bagi para pelaku:
1. Terbiasa dengan Perilaku Impulsif
Salah satu dampak yang mencolok dari perilaku perundungan, adalah kecenderungan pelaku untuk berperilaku secara impulsif. Mereka seringkali tidak mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka, lebih memprioritaskan kebutuhan dan emosi sesaat. Misalnya, ketika mereka melakukan perundungan, seringkali mereka tidak memikirkan bagaimana tindakan tersebut akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis korban, atau hubungan interpersonal mereka di masa depan.
2. Berkurangnya Kemampuan Empati
Dampak dari perundungan juga termanifestasi dalam penurunan kemampuan empati para pelaku. Perilaku perundungan, terutama yang bersifat verbal, seringkali melibatkan pengurangan sensitivitas terhadap perasaan dan pengalaman emosional korban. Para pelaku cenderung menjadi kurang peduli dengan penderitaan orang lain dan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan atau kepuasan pribadi mereka sendiri. Hal ini dapat mengarah pada terputusnya hubungan sosial yang sehat dan saling mendukung.
3. Meningkatnya Perilaku Agresif
Para pelaku perundungan yang tidak ditangani dengan baik atau tidak mendapat bimbingan yang tepat dapat mengalami peningkatan perilaku agresif. Mereka mungkin menjadi terbiasa dengan menggunakan kekerasan verbal atau non-verbal sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka atau mengekspresikan emosi negatif. Akibatnya, mereka dapat menjadi lebih cenderung untuk menggunakan kekerasan atau intimidasi dalam berbagai situasi, bahkan di luar konteks perundungan.
4. Munculnya Perilaku Antisosial yang Lebih Parah
Seiring berjalannya waktu, dampak perundungan juga dapat memperburuk perilaku antisosial para pelaku. Tanpa intervensi yang tepat, mereka mungkin mulai melibatkan diri dalam perilaku kriminal yang lebih serius, seperti pencurian, kekerasan fisik, atau bahkan tindakan yang melanggar hukum yang lebih ekstrem. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan alienasi dari masyarakat, serta berpotensi membahayakan keselamatan dan kesejahteraan orang lain di sekitar mereka.
5. Mendapat Label Negatif dari Lingkungan
Selain dampak internal yang mereka hadapi, para pelaku perundungan juga seringkali menghadapi stigma sosial dari masyarakat sekitar mereka. Mereka mungkin dianggap sebagai individu yang mengganggu ketertiban sosial, kurangnya empati, atau bahkan berpotensi berbahaya bagi lingkungan mereka. Akibatnya, mereka mungkin sulit untuk membangun hubungan yang sehat dan mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemulihan.
Bullying dan Penyebabnya
Bullying adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan niat untuk menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi orang lain secara terus-menerus. Biasanya, tindakan bullying ini terjadi di tempat-tempat seperti sekolah, tempat kerja, atau bahkan di dunia maya. Berikut adalah beberapa penyebab yang memicu seseorang kerap melakukan bullying:
Lingkungan Keluarga yang Tidak Sehat
Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama di mana seseorang belajar tentang interaksi sosial dan norma-norma perilaku. Jika terdapat hubungan yang tidak sehat atau pola asuh yang agresif di dalam keluarga, hal ini dapat menjadi penyebab seseorang memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, menciptakan suasana rumah yang hangat dan harmonis sangatlah penting.
Pola Asuh yang Terlalu Keras
Penggunaan hukuman fisik sebagai metode pendidikan anak dapat membentuk karakter yang agresif dan kasar pada anak. Hal ini dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan dan perilaku intimidasi terhadap orang lain sebagai bentuk penyelesaian masalah atau pemenuhan kebutuhan pribadi.
Pengalaman Pribadi sebagai Korban Bully
Orang yang pernah menjadi korban bullying dalam pengalaman hidupnya seringkali berpotensi untuk menjadi pelaku bullying di masa depan. Ini mungkin sebagai bentuk pelampiasan atas perlakuan yang mereka terima sebelumnya, yang menunjukkan pentingnya mendeteksi perubahan perilaku pada individu yang pernah mengalami bullying.
Kurangnya Perhatian dari Lingkungan
Kurangnya perhatian atau kasih sayang dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat mendorong seseorang untuk mencari perhatian dengan cara negatif, seperti melakukan tindakan bullying. Hal ini bisa menjadi upaya untuk mendapatkan perhatian yang diinginkan atau untuk menyalurkan emosi negatif yang mereka alami.
Desire untuk Memiliki Kekuasaan dan Kontrol
Orang yang memiliki keinginan untuk mengendalikan situasi dan orang lain, mungkin cenderung menggunakan intimidasi dan kekerasan, sebagai cara untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini seringkali terkait dengan pola asuh yang tidak tepat atau gangguan kepribadian.
Dorongan untuk Populer dan Dikenal
Beberapa individu mungkin mencari popularitas dengan cara yang tidak sehat, termasuk dengan melakukan bullying. Mereka mungkin menggunakan perilaku intimidasi untuk mendapatkan pengakuan dan kepopuleran di lingkungan sosial mereka.
Kurangnya Pendidikan dan Empati
Kurangnya pendidikan moral dan sosial serta kurangnya kemampuan untuk berempati, dapat menyebabkan seseorang tidak menyadari dampak negatif dari perilaku bullying. Pendidikan yang mempromosikan empati dan kesadaran sosial dapat membantu mencegah perilaku bullying.
Tekanan dari Lingkungan Sosial
Terkadang, seseorang mungkin terlibat dalam perilaku bullying sebagai upaya untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada di lingkungannya. Mereka mungkin merasa perlu untuk bersikap agresif atau menindas orang lain agar dapat diterima dalam kelompok atau untuk menghindari menjadi sasaran bullying sendiri.
Â
Advertisement
Cara Mengatasi Bullying
Sosialisasi tentang Bullying
Pemahaman yang lebih baik tentang apa itu perundungan dan bagaimana cara mengenali serta mengatasi situasi tersebut merupakan langkah awal yang krusial. Seluruh anggota komunitas sekolah, dari guru hingga petugas kebersihan, perlu diberi pemahaman yang komprehensif tentang perundungan. Melalui sosialisasi yang efektif, seperti poster anti-perundungan, pesan dalam pembelajaran, atau saat acara sekolah, kita dapat meminimalkan potensi terjadinya perundungan di lingkungan sekolah.
Membuat Aturan yang Tegas
Pentingnya memiliki aturan yang jelas dan tegas terkait perundungan tidak boleh diabaikan. Mulai dari aturan kelas hingga aturan sekolah secara keseluruhan, semua pihak harus mengetahui konsekuensi dari perilaku perundungan. Penerapan aturan yang konsisten dan tegas dapat membuat para pelaku perundungan merasa jera dan mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan tersebut.
Deteksi Perundungan Sejak Dini
Setelah dilakukan sosialisasi, penting bagi siswa untuk menjadi lebih peka dan cepat dalam mendeteksi perilaku perundungan. Dengan deteksi yang cepat dan responsif, kita dapat menghentikan bibit-bibit perundungan sebelum situasi semakin memburuk. Hal ini mencakup penghinaan, ejekan terhadap penampilan fisik, pemerasan, atau tindakan fisik yang menyakitkan.
Memberikan Dukungan pada Korban
Korban perundungan seringkali merasa terisolasi dan cemas setelah mengalami kejadian tersebut. Mereka membutuhkan dukungan dari teman-teman dan lingkungan sekolah mereka. Penting bagi kita untuk selalu memberikan dukungan kepada korban perundungan, menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi situasi sulit ini.
Menjadi Contoh yang Baik
Lingkungan sekolah yang aman dan mendukung memerlukan kontribusi dari setiap individu. Sebagai siswa, kita harus berhati-hati dalam tindakan dan perkataan kita, menghindari kata-kata atau tindakan yang dapat dianggap sebagai perundungan. Sikap dan perilaku positif kita akan menjadi contoh bagi siswa lainnya.
Melawan Perundungan
Melawan perundungan tidak selalu berarti menggunakan kekerasan atau tindakan serupa. Salah satu cara yang efektif adalah dengan melaporkan kejadian perundungan kepada guru atau staf sekolah yang berwenang. Dengan demikian, sekolah dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Membantu Pelaku Mengubah Perilaku
Bagi mereka yang sudah memahami apa itu perundungan, penting untuk membantu pelaku perundungan menghentikan perilaku buruk mereka. Ini melibatkan memberikan pemahaman tentang empati dan dampak negatif dari perundungan, serta mendorong mereka untuk mengubah perilaku mereka menuju yang lebih positif dan membangun.