Flu Singapura pada Anak dan Gejalanya, Umumnya Menyebar Melalui Kontak Langsung

Flu Singapura pada anak bisa menunjukkan beberapa gejala seperti demam tinggi, sakit tenggorokan, hingga hilangnya nafsu makan.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 30 Apr 2024, 11:59 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 10:15 WIB
Dokter Ungkap Perbedaan Luka di Mulut Akibat Flu Singapura atau HFMD dengan Sariawan Biasa
Dokter Ungkap Perbedaan Luka di Mulut Akibat Flu Singapura atau HFMD dengan Sariawan Biasa. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Liputan6.com, Jakarta Flu Singapura juga dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD), adalah penyakit yang umumnya menyerang anak-anak. Gejala utama flu Singapura pada anak adalah demam tinggi, di mana bisa mencapai 39 derajat Celsius. Selain itu, anak juga akan mengalami nyeri pada tenggorokan dan mengalami penurunan nafsu makan. 

Flu Singapura pada anak disebabkan oleh virus yang umumnya menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, seperti air liur, lendir hidung dan feses. Penularan virus juga bisa terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Oleh karena itu, menjaga kebersihan merupakan tindakan penting untuk mencegah penyebaran flu Singapura.

Meskipun flu Singapura pada anak umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, pengobatan yang tepat dapat membantu meredakan gejala dan mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan biasanya berfokus pada meredakan demam dan mengurangi rasa sakit pada luka mulut. Disarankan juga untuk memberikan anak makanan dengan tekstur lembut dan dingin, untuk mengurangi rasa nyeri pada luka mulut.

Berikut ini gejala dan penyebab flu Singapura pada anak yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/4/2024).

Apa itu Flu Singapura pada Anak?

Mencegah Flu Singapura pada anak
Mencegah Flu Singapura pada anak ketika mudik lebaran. (Foto: Freepik)

Flu Singapura yang juga dikenal sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (HMFD), merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi sangat menular. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, terutama mereka yang masih kecil atau bahkan balita, meskipun kasus pada orang dewasa juga terjadi. 

Ketika seseorang mengidap Flu Singapura terutama anak-anak, tubuhnya bisa menunjukkan beberapa gejala yang mungkin timbul, seperti demam tinggi, sakit tenggorokan, hilangnya nafsu makan, serta adanya luka seperti lepuhan pada lidah, gusi dan bagian dalam pipi, yang biasanya berwarna merah. Ruam merah juga dapat muncul, sehingga bayi serta balita cenderung menjadi rewel dan mudah marah. Beberapa anak juga mungkin mengalami sakit perut.

Perlu diperhatikan bahwa masa inkubasi Flu Singapura, yaitu periode dari infeksi awal hingga timbulnya gejala, berlangsung selama tiga hingga enam hari. Selama masa ini, anak-anak mungkin mengalami demam dan sakit tenggorokan, yang seringkali menyebabkan kehilangan nafsu makan dan rasa tidak enak badan. Oleh karena itu, perawatan yang tepat dan pemantauan terhadap gejala yang muncul sangat penting untuk memastikan pemulihan yang optimal bagi anak yang terkena Flu Singapura.

Penyebab dan Faktor Risiko

Flu singapura
(Foto: Unsplash/Kelly Sikkema)

Penyebab Flu Singapura pada anak adalah virus Coxsackievirus strain A16, yang termasuk dalam kelompok virus yang disebut Enterovirus. Virus ini menyebar dengan cepat dari satu individu ke individu lainnya. Pada awalnya, virus menyerang jaringan mulut, amandel, dan sistem pencernaan sebelum menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, menyebabkan gejala yang dapat diamati.

Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang baik mungkin memiliki risiko infeksi yang tidak signifikan, tetapi anak-anak di bawah 10 tahun cenderung lebih rentan terhadap penyakit ini. Flu Singapura dapat menyebar melalui berbagai cara, termasuk melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin, air liur, ludah, atau cairan dari luka kulit yang melepuh, serta kontaminasi dari kotoran penderita.

Proses penularan biasanya terjadi beberapa hari setelah infeksi, sebelum munculnya ruam. Ruam tersebut cenderung mengering dalam waktu sekitar 10 hari dan tidak menular ke orang lain. Meskipun demikian, virus dapat tetap hidup dalam tinja penderita selama berminggu-minggu setelah ruam hilang, sehingga penting untuk memeriksakan anak ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat.

Faktor risiko utama untuk Flu Singapura adalah usia, dengan anak-anak di bawah 10 tahun memiliki risiko tertinggi, terutama mereka yang berada di pusat penitipan anak. Namun, berita baiknya adalah anak-anak biasanya mengembangkan kekebalan terhadap penyakit ini seiring bertambahnya usia, karena tubuh membentuk antibodi setelah terpapar virus. Meskipun demikian, remaja dan orang dewasa tetap memiliki risiko tertular.

Selain usia, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena Flu Singapura termasuk kurangnya kebersihan diri dan paparan yang tinggi terhadap lingkungan tempat umum. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri dan menghindari paparan yang berlebihan terhadap lingkungan yang berpotensi terinfeksi adalah langkah-langkah penting untuk mencegah penyakit ini.

Perawatan dan Penanganan

Flu Singapura
(Foto: Unsplash/CDC)

Dalam kebanyakan kasus, infeksi virus yang menyebabkan Flu Singapura akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari tanpa memerlukan pengobatan khusus. Namun, dokter mungkin merekomendasikan perawatan untuk meredakan gejala dan mempercepat proses penyembuhan.

Orang tua dapat melakukan beberapa perawatan mandiri untuk membantu anak yang terinfeksi penyakit menular ini. Beberapa perawatan Flu Singapura yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Penggunaan Obat Penurun Demam: Parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk meredakan demam yang biasanya terjadi pada anak yang terinfeksi Flu Singapura.
  2. Konsumsi Minuman Dingin: Minuman dingin dapat membantu mengurangi rasa sakit pada tenggorokan yang seringkali menyertai penyakit ini.
  3. Hindari Makanan dan Minuman Asam serta Pedas: Menghindari makanan dan minuman yang bersifat asam dan pedas dapat membantu mengurangi iritasi pada mulut dan tenggorokan.
  4. Pemberian Makanan Lunak: Memberikan makanan yang lunak dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan saat menelan makanan.
  5. Pertahankan Hidrasi: Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan gejala lainnya.
  6. Istirahat Cukup: Memastikan anak beristirahat yang cukup setiap harinya akan membantu tubuhnya mempercepat proses penyembuhan.
  7. Penggunaan Krim Anti Gatal: Jika ruam atau gatal-gatal muncul, penggunaan krim anti gatal dapat membantu meredakan ketidaknyamanan dan mempercepat proses penyembuhan.

Selain perawatan mandiri, mengajarkan anak untuk mencuci tangan secara teratur dapat membantu mengurangi risiko penularan virus penyebab Flu Singapura. Anak juga perlu diberitahu untuk tidak menyentuh wajah atau area mulutnya, tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Jika anak mengalami gejala seperti demam dan sakit tenggorokan, penting untuk menghindari kontak dengan orang lain setelah ruam muncul untuk mengurangi penyebaran virus yang sangat menular ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya