Liputan6.com, Jakarta Berbicara tentang film komedi provokatif, tidak dapat dilewatkan untuk membahas The Interview. Film ini dirilis pada tahun 2014 dan menjadi polemik yang cukup besar. Sebuah karya dari dua sutradara terkenal, Seth Rogen dan Evan Goldberg, The Interview mengisahkan tentang dua jurnalis yang direkrut oleh CIA, setelah mereka berhasil mengatur wawancara dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Baca Juga
Advertisement
Dalam film ini, James Franco dan Seth Rogen berperan sebagai jurnalis yang ditugaskan CIA untuk membunuh Kim Jong-un selama wawancara. Menghadirkan komedi yang provokatif, The Interview sempat menuai kontroversi yang cukup besar. Hal ini disebabkan adanya penghadangan dari pemerintah Korea Utara yang menganggap film ini sebagai "tindakan perang", sehingga menyebabkan Sony Pictures sebagai produsen film harus menghadapi serangan cyber.
Meskipun demikian, film ini juga meraih popularitas dan pujian dari banyak penonton dan kritikus. The Interview berhasil memadukan komedi dengan kritik politik yang terkadang pahit, namun tetap menghibur. Komedi yang dihadirkan mampu membuat penonton tertawa, sekaligus merenung tentang kebebasan pers dan politik. Film ini membuka pembicaraan tentang batasan kebebasan berekspresi dalam dunia perfilman.
The Interview menjadi bukti, bahwa film komedi dapat menjadi alat untuk mengutarakan kritik tanpa harus kehilangan unsur hiburan. Berikut ini sinopsis dan kontroversi film The Interview yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (10/5/2024).
Sinopsis
Film "The Interview" mengisahkan tentang Dave Skylark (diperankan oleh James Franco) dan produsernya Aaron Rapoport (diperankan oleh Seth Rogen), yang memandu acara populer "Skylark Tonight". Ketika popularitas acara mereka menyebar hingga ke Korea Utara, mereka mengetahui bahwa pemimpin negara tersebut, Kim Jong-un (diperankan oleh Randall Park), adalah penggemar setia acara mereka. Terinspirasi oleh kesempatan langka ini, Skylark dan Rapoport bertekad untuk mewawancarai Kim Jong-un sebagai langkah untuk memperkuat reputasi mereka sebagai jurnalis.
Namun, rencana mereka diketahui oleh CIA yang kemudian merekrut mereka, untuk membantu menjatuhkan Kim Jong-un. Rapoport setuju dengan rencana tersebut karena dijanjikan imbalan besar. Tanpa diduga, keduanya akhirnya berada di Korea Utara, siap untuk menjalankan misi tersebut.
Namun, realitas di lapangan jauh dari yang mereka bayangkan. Mereka mulai meragukan siapa yang sebenarnya bisa dipercaya dan mempertanyakan prioritas mereka. Permasalahan semakin rumit ketika Dave mulai merasa dekat dengan Kim Jong-un, melihat sisi manusiawi dari sosok yang sering digambarkan sebagai musuh besar.
"The Interview" dirilis sekitar enam tahun yang lalu, namun segera menuai kontroversi. Pada Juni 2014, Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat, terkait perilisan film tersebut. Mereka menganggap film ini sebagai provokasi dan ancaman terhadap keamanan negara. Pemerintah Korea Utara mengancam akan memberikan tindakan balasan yang tegasm, jika pemerintah AS mendukung film tersebut.
Â
Advertisement
Jadi Kontroversi
Film "The Interview" telah menjadi salah satu film yang sangat kontroversial karena cara penggambarannya terhadap sosok Kim Jong-un dan kehidupan di Korea Utara. Awalnya, naskah film ini direncanakan untuk mempertontonkan Kim Jong-il sebagai target pembunuhan. Namun, setelah kematian Jong-il pada tahun 2011, Seth Rogen dan Evan Goldberg, para penulis skenario, memutuskan untuk mengubah premis cerita dan menempatkan fokus pada Jong-un.
Film ini membawa konsep komedi politik yang sarat akan satir, di mana sindiran terhadap Kim Jong-un, Korea Utara, bahkan Amerika Serikat sendiri sangat kentara. Upaya para pembuat film dalam menyajikan sindiran politik ini memang berani dan kreatif, mengikuti jejak film-film komedi politik Amerika lainnya, meskipun dengan risiko yang cukup besar karena berpotensi memancing reaksi emosional dari Korea Utara.
Pada Juni 2014, pemerintah Korea Utara mengancam akan mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat, jika Sony Pictures terus mendistribusikan film ini. Sebagai akibatnya, Sony memutuskan untuk menunda perilisan film dari Oktober hingga Desember, sambil melakukan penyuntingan ulang agar film tersebut tidak terlalu menghina Korea Utara.
Namun, masalah tidak berhenti sampai di situ. Pada November 2014, sistem komputer Sony mengalami serangan siber yang diduga dilakukan oleh "Guardians of Peace", sebuah kelompok yang dituduh memiliki kaitan dengan Korea Utara oleh FBI. Kelompok tersebut mengancam akan melakukan serangan teroris terhadap bioskop-bioskop yang memutar film "The Interview".
Dampak dari ancaman ini menyebabkan sebagian besar jaringan bioskop terkemuka enggan menayangkan film tersebut. Untuk mengatasi situasi tersebut, Sony memutuskan untuk merilis "The Interview" dalam format digital secara daring pada tanggal 25 Desember 2014, diikuti dengan perilisan terbatas di beberapa bioskop pada hari berikutnya. Langkah ini diambil sebagai solusi untuk memastikan agar film tersebut tetap dapat disaksikan oleh penonton, meskipun dalam format yang berbeda dari yang semula direncanakan.   Â
Memahami Karakter James Franco dan Seth Rogen
Dikarenakan kontroversi yang menyelimuti, banyak orang menjadi penasaran untuk menonton film "The Interview". Namun, pertanyaannya adalah, apakah film komedi ini benar-benar mengecewakan? Jawabannya, tidak juga. Meskipun film ini terkadang terlalu berlebihan dalam menggambarkan kondisi buruk Korea Utara, namun sebagai hiburan, "The Interview" masih berhasil menghibur, meskipun tidak mencapai tingkatan yang terbaik.
Salah satu faktor yang membuat film ini layak dinikmati adalah kehadiran duet Seth Rogen dan James Franco, yang telah terbukti menjadi andalan dalam film-film komedi sebelumnya. Keduanya memegang peran dengan baik dan menjadi pilar kuat dalam pengembangan jalan cerita, termasuk dalam menggambarkan sosok Kim Jong-un yang diperankan oleh Randall Park.
Selain itu, penampilan Lizzy Caplan (sebagai Agen Lacey) dan Diana Bang (sebagai Sook-yin Park) juga memberikan warna tersendiri dalam menghidupkan suasana komedi satir dalam film "The Interview". Kehadiran Rogen dan Franco dalam film ini juga menunjukkan chemistry yang luar biasa, seperti yang telah terlihat dalam film-film sebelumnya seperti "This Is the End" (2013). Keduanya terlihat nyaman dalam beradu akting, mampu menyajikan komedi yang segar dan menghibur.
James Franco, sebagai salah satu aktor besar Hollywood, juga menunjukkan kemampuan aktingnya yang unik dalam memerankan karakter yang flamboyan dan eksentrik. Di sisi lain, Seth Rogen, sebagai Aaron Rapaport, menunjukkan kembali kekompakan duetnya dengan Franco, menampilkan kekonyolan dan keceriaan yang menjadi ciri khasnya. Secara keseluruhan, meskipun "The Interview" mungkin tidak menjadi film komedi yang fenomenal, namun kehadiran duet Rogen-Franco dan atmosfer komedi satir yang diciptakan tetap membuatnya layak untuk dinikmati.
Advertisement