7 Fakta Gelombang Panas di India, Prediksi Suhu Ekstrem di Tahun 2024

Departemen Meteorologi India (IMD) memperkirakan suhu di Delhi dan kota-kota utara lainnya akan mencapai 45-46 derajat Celsius.

oleh Laudia Tysara diperbarui 30 Jun 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2024, 10:00 WIB
Gelombang Panas Terjang India
Seorang ibu membantu putrinya untuk minum air pada suatu hari di musim panas di Amritsar pada tanggal 25 April 2024. (Narinder NANU/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Mengapa perlu memahami adanya fakta gelombang panas di India? Gelombang panas yang melanda India tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga pada ekonomi dan lingkungan. Adanya lebih dari 1,4 miliar penduduk, dampak gelombang panas di India dapat mempengaruhi jutaan orang.

Penyebab utama gelombang panas di India adalah perubahan iklim yang semakin ekstrem. Menurut Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG), fenomena ini terjadi karena pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi yang berkepanjangan. Pola ini mengakibatkan suhu permukaan meningkat secara signifikan dan menyebabkan periode panas yang berkepanjangan.

Prediksi gelombang panas di India tahun 2024 menunjukkan kondisi yang lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Departemen Meteorologi India (IMD) memperkirakan suhu di Delhi dan kota-kota utara lainnya akan mencapai 45-46 derajat Celsius. Kondisi ini akan berlangsung lebih lama, menyebabkan risiko kesehatan dan ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat. 

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam sejumlah fakta gelombang panas di India, Minggu (30/6/2024).

1. Penyebab Gelombang Panas di India

Gelombang Panas India
Para pejabat mengatakan, kamar mayat penuh setelah 54 lansia yang menderita berbagai masalah kesehatan, meninggal akibat gelombang panas. Beberapa keluarga diminta untuk membawa pulang jenazah kerabatnya. (AP Photo/Rajesh Kumar Singh)

Fenomena gelombang panas yang terjadi di India dan sejumlah negara lain disebut sebagai bagian dari dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem. Menurut Badan Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas atau "heat wave" didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih.

Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Indonesia menjelaskan bahwa untuk suatu fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suhu maksimum harian di suatu lokasi harus melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

BMKG menjelaskan bahwa gelombang panas biasanya terjadi karena berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar dan bertahan selama beberapa hari. Pola ini berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas, yang menyebabkan pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi), sehingga suhu permukaan meningkat.

Sistem tekanan tinggi ini menciptakan umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer, yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini juga menyulitkan aliran udara dari daerah lain untuk masuk ke area tersebut, memperparah kondisi panas yang terjadi.

Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut. Ini yang membuat semakin sulit bagi awan untuk tumbuh, sehingga memperpanjang periode gelombang panas.

2. Dampak Nyata Krisis Iklim

Perubahan iklim telah memperburuk frekuensi dan intensitas gelombang panas di India. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu global naik, yang pada gilirannya meningkatkan kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas. Gelombang panas ini tidak hanya menyebabkan suhu yang tidak nyaman, tetapi juga membawa dampak serius bagi kesehatan masyarakat, pertanian, dan infrastruktur.

Pada 2023, misalnya, gelombang panas di India menyebabkan suhu mencapai 46 derajat Celsius di negara bagian Uttar Pradesh, memicu lebih dari 300 kebakaran hutan, dan menimbulkan krisis listrik karena peningkatan permintaan energi untuk pendinginan. Gelombang panas ini juga berdampak pada produktivitas kerja dan ekonomi, serta meningkatkan risiko kesehatan seperti sengatan panas dan dehidrasi.

3. Dampak Kesehatan bagi Masyarakat India

Gelombang panas di India telah mengakibatkan dampak serius pada kesehatan masyarakat, terutama bagi bayi, orang lanjut usia, dan penderita penyakit kronis. Pada Mei 2022, suhu di beberapa wilayah Delhi bahkan mencapai 49,2 derajat Celsius.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih intens. Menurut penelitian dari Cambridge, 90% wilayah India rentan terhadap risiko kesehatan seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Penelitian ini dipublikasikan di PLOS Climate.

4. Kerugian Ekonomi dan Sosial

Gelombang panas di India tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga pada ekonomi dan sosial. Pada tahun 2023, suhu mencapai 46 derajat Celsius di negara bagian Uttar Pradesh, memicu lebih dari 300 kebakaran hutan.

Gelombang panas ini juga mengakibatkan krisis listrik karena pembangkit listrik membakar lebih banyak batu bara untuk memenuhi kebutuhan listrik. Peneliti Cambridge memperkirakan bahwa pada tahun 2030, panas yang ekstrem akan memangkas kapasitas kerja di luar ruangan sebesar 15% dan dapat merugikan India 8,7% dari PDB pada akhir abad ini.

 

5. Terjadinya Penutupan Sekolah Akibat Gelombang Panas

Suhu Panas di India Kian Mengkhawatirkan
Pihak berwenang India memperingatkan akan munculnya potensi kekurangan air di tengah-tengah gelombang panas yang sedang berlangsung. (Arun SANKAR/AFP)

Pada tanggal 21 Mei 2024, suhu di kota Delhi mencapai 47,4 derajat Celsius. Akibatnya, pihak berwenang memutuskan untuk menutup sekolah lebih awal guna melindungi siswa dari cuaca ekstrem. Gelombang panas di India ini tidak hanya mempengaruhi Delhi, tetapi juga negara bagian lain seperti Haryana, Madhya Pradesh, Punjab, dan Rajasthan.

Biro cuaca India telah memperingatkan kondisi ini sebelumnya, mengingat suhu yang mencapai puncaknya di Najafgarh, Delhi. Menurut Hindustan Times bahwa suhu ini merupakan yang terpanas di seluruh negeri.

6. Pemerintah Sempat Meremehkan Gelombang Panas

Menurut penelitian, pemerintah India telah meremehkan bahaya gelombang panas di India. Mereka mengandalkan penilaian kerentanan iklim yang menunjukkan persentase yang lebih kecil dari negara tersebut menghadapi risiko tinggi akibat perubahan iklim. Hal ini dapat menghambat upaya India untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB.

Selain itu, kepadatan penduduk, kurangnya akses ke listrik, air, sanitasi, dan perawatan kesehatan, serta kondisi perumahan yang buruk membuat penduduk Delhi, terutama yang berpenghasilan rendah, lebih rentan terhadap panas. Menurut laporan The Guardian dan India Meteorological Department (IMD), suhu panas ini terkait dengan aliran udara dari barat laut dan rendahnya kelembaban karena musim hujan yang jarang terjadi.

7. Di Tahun 2024 Akan Lebih Lama dan Lebih Hebat

Pada tahun 2024, gelombang panas di India diperkirakan akan lebih panjang dan lebih intens dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Departemen Meteorologi India (IMD) telah mengeluarkan peringatan bahwa negara tersebut kemungkinan akan menghadapi kondisi cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. IMD menyatakan bahwa gelombang panas ini akan berlangsung lebih lama dan dengan suhu yang lebih tinggi.

Pada tiga hari sebelumnya, suhu di 10 lokasi di Wilayah Ibu Kota Nasional (NCR), yang meliputi Delhi dan beberapa distrik di negara bagian tetangga Uttar Pradesh, Haryana, dan Rajasthan, mencapai 45 derajat Celsius. Kondisi ini merupakan indikasi awal dari parahnya gelombang panas di India tahun ini.

Menurut prakiraan IMD, suhu maksimum di Delhi dan kota-kota utara lainnya diperkirakan akan berkisar antara 45 hingga 46 derajat Celsius. Prediksi ini menunjukkan bahwa puncak gelombang panas belum tercapai dan suhu akan tetap tinggi dalam beberapa hari mendatang.

Gelombang panas di India ini tidak hanya berdampak pada suhu udara tetapi juga menimbulkan berbagai masalah lain seperti kekeringan, kekurangan air, dan peningkatan risiko kebakaran hutan. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk mengambil langkah-langkah mitigasi seperti penutupan sekolah dan peringatan kesehatan bagi masyarakat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya