Efek Vaksin Booster Sinovac hingga Zifivax, 5 Gejala Ini Bisa Muncul

Efek vaksin booster umumnya serupa dengan efek vaksinasi dosis pertama dan kedua.

oleh Laudia Tysara diperbarui 07 Agu 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 08:30 WIB
FOTO: Jadi Syarat Mudik, Polda Metro Jaya Gelar Vaksinasi Booster
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin booster untuk disuntikkan kepada warga di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (5/4/2022). Kegiatan vaksinasi yang digelar Ditreskrimum Polda Metro Jaya ini menyediakan 1.000 dosis vaksin Pfizer dan Astrazeneca. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Memahami efek vaksin booster menjadi penting di tengah upaya pemerintah menggalakkan program vaksinasi dosis ketiga. Vaksin booster merupakan dosis tambahan yang diberikan setelah vaksinasi primer untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap COVID-19.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat untuk lima jenis vaksin booster di Indonesia, yaitu Pfizer, Moderna, Sinovac, AstraZeneca, dan Zifivax. 

Efek vaksin booster umumnya serupa dengan efek vaksinasi dosis pertama dan kedua, namun intensitasnya dapat bervariasi. Beberapa efek yang umum terjadi meliputi nyeri di lokasi suntikan, kelelahan, sakit kepala, dan demam ringan. Meski jarang terjadi, efek samping yang lebih serius seperti reaksi alergi berat tetap perlu diwaspadai.

Untuk mengatasi efek vaksin booster yang ringan, disarankan untuk beristirahat cukup, minum air putih yang banyak, dan mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan. Jika timbul gejala yang lebih berat atau berkepanjangan, penerima vaksin dianjurkan untuk segera menghubungi tenaga kesehaan terdekat.

Pemahaman yang baik tentang efek vaksin booster dapat membantu masyarakat lebih siap menghadapi proses vaksinasi dosis ketiga ini.

Berikut Liputan6.com ulas penjelasan lengkap efek samping vaksin booster tersebut, Rabu (7/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Lima Jenis Vaksin Booster dengan Izin EUA

Melansir dari Kementerian Kesehatan RI, pemerintah Indonesia terus menggalakkan program vaksinasi booster atau dosis ketiga di tengah masyarakat. Vaksin booster ini dapat diakses secara gratis oleh seluruh masyarakat, sama seperti vaksinasi primer (dosis 1 dan 2).

Tujuan utama pemberian vaksin booster adalah untuk meningkatkan dan memperpanjang perlindungan tubuh terhadap virus COVID-19, terutama menghadapi munculnya varian baru.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) kepada lima jenis vaksin sebagai vaksin booster. Melansir dari laman resmi BPOM, kelima vaksin tersebut adalah Sinovac atau Coronavac dari PT Bio Farma, Comirnaty oleh Pfizer, AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac), Moderna, dan Zifivax.

Masing-masing vaksin ini telah melalui proses evaluasi ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya sebagai vaksin booster. Efek vaksin booster dari kelima jenis ini telah dipelajari dalam uji klinis dan pemantauan pasca-pemasaran.

Persetujuan ini mencakup penggunaan vaksin booster secara homolog (vaksin booster sama dengan vaksin primer) dan heterolog (vaksin booster berbeda dengan vaksin primer). Keputusan ini diambil setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap data keamanan dan efikasi dari masing-masing vaksin.

Efek vaksin booster yang diamati selama proses evaluasi menunjukkan profil keamanan yang dapat diterima dan peningkatan respon imun yang signifikan.


1. Efek Vaksin Booster Sinovac

Vaksinasi Dosis Ketiga untuk Tenaga Kesehatan
Vaksinator mengambil serum vaksin Moderna saat vaksinasi dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Senin (9/8/2021). Jumlah nakes yang menjadi prioritas penerima vaksin sebanyak 1.468.764 orang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Melansir dari laporan BPOM, efek vaksin booster Sinovac meliputi:

  1. Reaksi lokal atau nyeri pada lokasi suntikan
  2. Tingkat keparahan efek samping umumnya grade satu dan dua

Efek samping ini biasanya ringan dan dapat hilang dalam beberapa hari. Nyeri pada lokasi suntikan merupakan reaksi normal yang menunjukkan sistem imun tubuh sedang bekerja.

2. Efek Vaksin Booster Pfizer

Berdasarkan data yang dirilis BPOM, efek vaksin booster Pfizer dapat berupa:

  1. Nyeri pada lokasi suntikan
  2. Nyeri otot
  3. Nyeri sendi
  4. Demam

Efek samping ini umumnya ringan hingga sedang dan berlangsung singkat. Demam biasanya hilang dalam 1-2 hari, sementara nyeri otot dan sendi dapat berlangsung beberapa hari lebih lama.

3. Efek Vaksin Booster AstraZeneca

Melansir dari informasi BPOM, efek vaksin booster AstraZeneca meliputi:

  1. Nyeri di lokasi suntikan
  2. Kemerahan
  3. Gatal
  4. Pembengkakan
  5. Sakit kepala
  6. Meriang atau demam
  7. Mual
  8. Rasa lelah

Efek samping ini umumnya ringan hingga sedang dan hilang dalam beberapa hari. Sakit kepala dan kelelahan biasanya berlangsung 1-2 hari, sementara nyeri di lokasi suntikan dapat bertahan hingga seminggu.

4. Efek Vaksin Booster Moderna

Berdasarkan data yang disampaikan BPOM, efek vaksin booster Moderna dapat berupa:

  1. Rasa lemas
  2. Sakit kepala
  3. Meriang atau demam
  4. Mual

Efek samping ini umumnya ringan dan berlangsung singkat. Rasa lemas dan sakit kepala biasanya hilang dalam 1-2 hari, sementara demam jarang berlangsung lebih dari 24 jam.

 


5. Efek Vaksin Booster Zifivax

Melansir dari laporan BPOM, efek vaksin booster Zifivax meliputi:

  1. Nyeri pada lokasi suntikan
  2. Nyeri otot atau myalgia
  3. Sakit kepala
  4. Merasa kelelahan
  5. Demam
  6. Mual
  7. Diare (tingkat keparahan grade satu dan dua)
  8. Rasa mual

Efek samping ini umumnya ringan hingga sedang. Nyeri pada lokasi suntikan dan kelelahan biasanya hilang dalam beberapa hari, sementara gejala gastrointestinal seperti mual dan diare jarang berlangsung lebih dari 24 jam.

Penting untuk dicatat bahwa efek vaksin booster dapat bervariasi antara individu. Sebagian besar orang mengalami efek samping ringan yang hilang dalam beberapa hari. Namun, jika efek samping berlangsung lama atau memburuk, disarankan untuk segera menghubungi tenaga kesehatan.

Melansir dari evaluasi BPOM, frekuensi, jenis, dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dilaporkan setelah pemberian dosis booster pada umumnya bersifat ringan dan sedang.

Ini menunjukkan bahwa meskipun efek vaksin booster mungkin tidak nyaman, vaksin-vaksin ini umumnya aman dan manfaatnya dalam melindungi dari COVID-19 jauh melebihi risiko efek samping jangka pendek.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya