15 Pantun Kemerdekaan 17 Agustus yang Lucu dan Penuh Makna, Ramaikan HUT RI

Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaannya yang ke-79 pada tanggal 17 Agustus 2024.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 12 Agu 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 09:00 WIB
15 Pantun Kemerdekaan 17 Agustus yang Lucu dan Penuh Makna, Ramaikan HUT RI
Ilustrasi panjat pinang, lomba 17 Agustusan. (Photo by Zoraya Project on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaannya yang ke-79 pada tanggal 17 Agustus 2024. Peringatan ini menandai momen bersejarah ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda pada tahun 1945. Seluruh rakyat Indonesia akan berkumpul untuk memperingati perjuangan para pahlawan dan merayakan pencapaian bangsa selama hampir delapan dekade terakhir.

Perayaan HUT RI ke-79 ini diharapkan akan berlangsung meriah di seluruh penjuru negeri. Berbagai acara tradisional seperti upacara bendera, lomba panjat pinang, dan karnaval akan digelar untuk memeriahkan suasana.

Untuk menambah keceriaan perayaan, masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kreatif, termasuk membuat dan membagikan pantun lucu di media sosial. Pantun-pantun ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk mengekspresikan rasa cinta Tanah Air dan semangat persatuan.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai 15 pantun Kemerdekaan 17 Agustus yang lucu dan penuh makna yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (12/8/2024).

1. Contoh Pertama

15 Pantun Kemerdekaan 17 Agustus yang Lucu dan Penuh Makna, Ramaikan HUT RI
Ilustrasi bendera Indonesia, nasionalisme, upacara bendera. (Photo by Mufid Majnun on Unsplash)

Beli mangga di pasar Minggu

Pulangnya naik becak roda tiga

Merdeka bukan berarti tidur minggu

Ayo bangun, kerja untuk negara

 

2. Contoh Kedua

Pergi ke pantai bawa roti

Jangan lupa bawa selai kacang

Proklamasi dibacakan Bung Karni

Bung Hatta di sebelah malah nguap panjang

 

3. Contoh Ketiga

Makan sate pakai lontong

Jangan lupa bumbu kacangnya

Upacara bendera jangan ngantong

Nanti dikira patung pancoran yang aslinya

 

4. Contoh Keempat

Beli ketupat di warung Pak Mahmut

Dimakan sama rendang sapi

Lomba makan kerupuk bikin gembung perut

Tapi tetap semangat demi gengsi

 

5. Contoh Kelima

Pergi ke mall beli sepatu

Pulangnya mampir beli durian

Panjat pinang bikin baju baru

Eh malah kena getah jadi penuh coretan

 

6. Contoh Keenam

Pergi ke restoran untuk makan

Setelah itu pergi ke lautan

Agar terhindar dari penjajahan

Marilah kita menjaga persatuan

 

7. Contoh Ketujuh

Pergi ke kebun memetik leci

Saat memetik harus hati-hati

Merah berani putih suci

Engkau pahlawan selalu di hati

 

8. Contoh Kedelapan

Pergi ke kebun petik rambutan

Sekalian metik buah duku

Lomba tarik tambang seru-seruan

Yang kalah nyemplung ke lumpur, lucu

 

9. Contoh Kesembilan

Jalan-jalan ke pantai Bengkulu

Lalu pergi berenang ke tepi hulu

Merah putih bendera negaraku

Indonesia jaya selalu

 

10. Contoh Kesepuluh

Beli bakwan jagung di warung Bu Siti

Tambah sambal agar lebih nikmat

HUT RI bikin kantor sepi

Bolos kerja, alasan cinta tanah air yang tepat

 

11. Contoh Kesebelas

Pergi ke Kota Jayapura

Saat pulang bertemu Adam

Mari menjaga kesatuan negara

Agar kita hidup tentram

 

12. Contoh Keduabelas

Beli martabak di pinggir jalan

Isinya cokelat dan kacang

Pawai obor jangan kebablasan

Nanti rumah tetangga ikut terbakar, kan bingung

 

13. Contoh Ketigabelas

Jalan-jalan ke rumah Rara

Di rumah Rara ketemu Rita

Setiap tanggal 17 Agustus jalanilah upacara

Untuk mengenang jasa pahlawan kita

 

14. Contoh Keempatbelas

Jalan-jalan ke pinggir kali

Lihat gadis sedang mandi

Hidupkan semangat berkali-kali

Walaupun merdeka cuma sekali

 

15. Contoh Kelimabelas

Beli gado-gado di Pasar Baru

Tambah kerupuk udang biar renyah

HUT RI moment nostalgia yang seru

Ingat masa SD lomba, yang menang cuma dapat tepuk tangan meriah

Mengenal Pantun

15 Pantun Kemerdekaan 17 Agustus yang Lucu dan Penuh Makna, Ramaikan HUT RI
Ilustrasi pantun, puisi. (Image by vecstock on Freepik)

Pantun adalah sebuah bentuk puisi tradisional Melayu. Pantun merupakan warisan budaya yang kaya makna dan fungsi. Terdiri dari empat baris dalam satu bait, pantun memiliki struktur unik di mana dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris terakhir disebut isi. Sampiran berfungsi sebagai pengantar rima dan irama, sementara isi mengandung pesan utama pantun. Keunikan pantun juga terletak pada pola rimanya yang khas, yaitu a-b-a-b, di mana baris pertama dan ketiga memiliki rima yang sama, begitu pula dengan baris kedua dan keempat.

Akar sejarah pantun dapat ditelusuri hingga berabad-abad lalu dalam tradisi lisan Melayu. Istilah "pantun" sendiri diperkirakan berasal dari kata "patuntun" dalam bahasa Minangkabau, yang berarti "petuntun" atau penuntun. Seiring waktu, pantun menyebar luas ke berbagai wilayah Nusantara, termasuk Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Dalam perjalanannya, pantun diadaptasi oleh berbagai suku dan daerah, masing-masing memberikan sentuhan khas sesuai dengan budaya lokalnya.

Pantun memiliki beragam tujuan dan fungsi dalam masyarakat. Sebagai media komunikasi, pantun digunakan untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau bahkan kritik sosial secara halus dan tidak langsung. Dalam konteks hiburan, pantun sering muncul dalam acara-acara sosial untuk mencairkan suasana. Tidak hanya itu, pantun juga berperan penting dalam pendidikan moral, menjadi wadah untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan kepada generasi penerus.

Lebih dari sekadar sarana komunikasi, pantun juga menjadi alat pelestarian budaya. Melalui pembuatan dan penyampaian pantun, kekayaan bahasa dan tradisi lisan terus dijaga dan diwariskan. Pantun juga memberi ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan kreativitas dan kecerdasan linguistik mereka. Dalam konteks adat, pantun bahkan memiliki fungsi diplomatik, sering digunakan dalam upacara-upacara tradisional seperti pernikahan atau perundingan antar kelompok.

Keberadaan pantun terus berlanjut hingga era modern, beradaptasi dengan perkembangan zaman. Saat ini, pantun tidak hanya ditemui dalam konteks tradisional, tetapi juga dalam media sosial dan kampanye-kampanye kreatif. Fleksibilitas pantun dalam menyampaikan berbagai pesan, mulai dari ungkapan cinta hingga kritik sosial, membuatnya tetap relevan dan digemari. Dengan demikian, pantun tidak hanya menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, tetapi juga menjadi cerminan kekayaan dan keluwesan budaya Melayu dalam menghadapi perubahan zaman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya