Memahami Gejala Awal Buta Warna pada Anak dan Cara Jitu Menghadapinya

Buta warna tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak.

oleh Miranti diperbarui 16 Sep 2024, 09:49 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2024, 09:49 WIB
Anak Membaca Buku
Ilustrasi Anak Membaca Buku Credit: pexels.com/Andrea

Liputan6.com, Jakarta Menurut Colour Blind Awareness, sekitar 1 dari 12 pria dan 1 dari 200 wanita mengalami kondisi buta warna. Diperkirakan ada sekitar 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita buta warna.  Kondisi buta warna dapat mempengaruhi penglihatan warna seseorang dalam tingkatan ringan, sedang, atau berat.

Sekitar 40% siswa dengan buta warna tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini. Tidak hanya orang dewasa atau lansia yang bisa terkena, tetapi anak-anak juga berisiko mengalami buta warna. Kehidupan sehari-hari anak-anak bisa terganggu oleh kondisi ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk memahami kondisi buta warna yang mungkin dialami oleh anak mereka. 

Artikel ini akan membahas tentang beberapa cara mengenali tanda-tanda awal buta warna pada anak. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (16/9/24):

Tanda awal buta warna pada anak

anak dengan cat di tangan
Gejala yang paling mencolok adalah saat anak tidak mampu mengenali berbagai warna. (Foto: Pexels/Alexander Grey)

Melansir dari Colour Blind Awareness, gejala utama buta warna pada anak adalah kesulitan dalam membedakan warna dan sering kali membuat kesalahan dalam melabeli warna tertentu. Ada berbagai gejala lain yang bisa menjadi indikasi bahwa seorang anak mungkin mengalami buta warna.

Anak mungkin kesulitan mengidentifikasi warna merah dan hijau saat mewarnai.  Selain itu, gejala lainnya dapat terlihat ketika anak mengalami kesulitan mengidentifikasi warna di ruangan yang cenderung gelap, karena pengenalan warna lebih mudah dilakukan di ruangan yang terang.

Untuk memeriksa secara sederhana apakah anak Anda mengalami buta warna, Anda bisa memberikan selembar kertas putih polos dan satu set pensil warna dengan berbagai warna. Goreskan warna-warna tersebut secara acak di atas kertas agar anak tidak bisa menghafal urutannya, lalu minta anak untuk mengidentifikasi semua warna yang ada di kertas itu.

Namun, ini hanyalah pemeriksaan sederhana yang tidak formal. Untuk mendapatkan diagnosis yang akurat, sebaiknya periksakan anak ke dokter mata.

Mendukung aktivitas harian anak dengan buta warna

Krayon
Sekolah perlu memberikan dukungan tambahan bagi siswa yang mengalami buta warna. (Foto: Pexels/Pixabay)

Di sekolah, anak-anak yang mengalami buta warna memerlukan dukungan ekstra dari pihak sekolah. Ketika seorang anak didiagnosis buta warna, penting untuk segera memberitahukan sekolah agar mereka memahami kondisi anak tersebut dan dapat menyesuaikan metode pengajaran sesuai kebutuhannya.

Di rumah, orangtua harus memberikan dukungan emosional agar anak tidak merasa berbeda dari teman-temannya. Orangtua perlu menjelaskan bahwa menjadi buta warna bukanlah sesuatu yang memalukan dan tidak seharusnya menghalangi anak untuk bergaul dengan teman-temannya. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh pengertian tentang kondisi buta warna yang dialami anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya