Mengenal Mammoth, Gajah Purba yang Punah

Salah satu spesies mammoth yang paling terkenal adalah mammoth berbulu atau Mammuthus primigenius, juga dikenal sebagai mammoth Siberia.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 18 Sep 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 22:30 WIB
Woolly mammoth
Replika mammoth berbulu yang diduga menjadi santapan manusia Neanderthal. (Sumber The Guardian)

Liputan6.com, Jakarta Mammoth merupakan salah satu hewan purba yang cukup ikonik dan menarik perhatian, terutama karena ukurannya yang luar biasa besar dan kemampuannya bertahan hidup di era es. Hewan ini sering kali digambarkan sebagai simbol zaman prasejarah, dengan gadingnya yang melengkung, tubuh berbulu tebal, dan kekuatan fisik yang mengesankan. 

Sebagai salah satu kerabat dekat gajah modern, mammoth beradaptasi dengan sangat baik untuk hidup di lingkungan tundra yang keras selama zaman Pleistosen, ketika suhu bumi jauh lebih dingin dibandingkan saat ini. Meskipun sudah punah ribuan tahun lalu, fosil dan sisa-sisa bangkai mammoth yang terawetkan dengan baik di lapisan es Siberia memberikan wawasan berharga tentang kehidupannya. 

Para ilmuwan bahkan telah berhasil mempelajari DNA mammoth, yang memungkinkan kita untuk memahami lebih dalam evolusi dan adaptasi hewan ini terhadap perubahan iklim yang dramatis. Selain itu, mammoth berbulu yang paling terkenal, Mammuthus primigenius, memainkan peran penting dalam kehidupan manusia purba, baik sebagai sumber makanan maupun inspirasi dalam seni gua. Berikut ulasan lebih lanjut tentang mammoth yang Liputan6.com rangkum dari laman britannica.com, Rabu (18/9/2024).

Mammoth Nenek Moyang Gajah

Kerangka Mammoth
Gambar selebaran yang dirilis pada 6 November 2019 menunjukkan taring raksasa mammoth yang ditemukan di Tultepec, Meksiko. Meksiko telah menjadi tempat penemuan mamut yang mengejutkan di waktu-waktu sebelumnya. (Photo by HO / INAH / AFP)

Mammoth yang tergolong dalam genus Mammuthus, adalah kelompok gajah purba yang sudah punah dan fosilnya ditemukan di deposit Pleistosen di hampir setiap benua kecuali Australia dan Amerika Selatan, serta di deposit Holosen awal di Amerika Utara. Zaman Pleistosen dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu dan berakhir 11.700 tahun yang lalu, sedangkan Zaman Holosen dimulai 11.700 tahun lalu dan berlanjut hingga sekarang.

Salah satu spesies mammoth yang paling terkenal adalah mammoth berbulu atau Mammuthus primigenius, juga dikenal sebagai mammoth Siberia. Spesies ini paling banyak ditemukan di lapisan tanah beku permanen di Siberia, yang sering kali menyediakan sisa-sisa bangkai yang terawetkan dengan sangat baik. Fosil gading mammoth begitu melimpah sehingga pada masa lalu sempat diekspor dari Siberia ke China dan Eropa pada zaman pertengahan.

Berdasarkan bukti ilmiah, populasi kecil mammoth berbulu kemungkinan bertahan hidup di Amerika Utara hingga sekitar 10.500 hingga 7.600 tahun yang lalu. Bahkan, pada tahun 2015, ditemukan bukti dari fosil gigi yang menunjukkan populasi kecil mammoth bertahan di Pulau Wrangel, sebuah pulau di wilayah Arktik di lepas pantai Rusia, hingga 4.300 tahun yang lalu sebelum akhirnya punah akibat perkawinan sedarah dan hilangnya keragaman genetik.

DNA mammoth tertua yang pernah ditemukan, yang juga merupakan DNA hewan tertua yang diketahui, berasal dari lebih dari satu juta tahun lalu dan kemungkinan milik nenek moyang langsung dari mammoth berbulu. Mammoth sering kali digambarkan dalam seni manusia purba, seperti lukisan gua di Eropa yang menggambarkan kawanan mammoth. Ada juga kasus di mana bangkai mammoth beku yang mulai mencair telah dijadikan makanan untuk anjing sledding.

Karakteristik dan Habitat Mammoth

BAB
Mammoth berbulu wol. (foto: News.co.nz)

Mammoth memiliki beragam spesies dalam genus Mammuthus. Kebanyakan mammoth memiliki ukuran yang hampir sama dengan gajah modern. Misalnya, mammoth imperial Amerika Utara (Mammuthus imperator) bisa mencapai tinggi bahu hingga 4 meter. Sebaliknya, ada spesies mammoth kerdil yang berevolusi di pulau-pulau terpencil. 

Mammoth berbulu terkenal dengan mantel bulu tebal berwarna coklat kekuningan yang panjangnya bisa mencapai 50 cm. Di bawah kulit tebal mereka terdapat lapisan lemak yang bisa mencapai ketebalan 8 cm, yang membantu mereka bertahan dalam kondisi iklim dingin yang ekstrem. Tengkorak mereka berbentuk kubah tinggi, dengan telinga yang relatif kecil, yang merupakan adaptasi untuk meminimalkan kehilangan panas. Gading mereka sangat panjang, melengkung ke bawah, dan pada mammoth jantan yang lebih tua, bisa melengkung hingga menyilang satu sama lain.

Mammoth hidup di habitat tundra stepa, yaitu ekosistem yang terdiri dari semak rendah, sedges, dan rerumputan, yang tersebar luas di Eurasia dan Amerika Utara selama zaman Pleistosen. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa beberapa populasi mammoth mungkin juga hidup di hutan di wilayah Amerika Serikat bagian tengah.

Kepunahan dan Warisan Genetika Mammoth

mammoth-130911-b.jpg
Kepunahan dan Warisan Genetika Mammoth

Mammoth berbulu adalah salah satu spesies terakhir dari genus Mammuthus yang bertahan hidup hingga sekitar 10.000 tahun yang lalu. Kepunahan mammoth dipengaruhi oleh perubahan iklim yang menyebabkan hilangnya habitat dingin mereka, serta perburuan oleh manusia purba. 

Populasi mammoth di Pulau St. Paul, Alaska, bertahan hingga sekitar 5.600 tahun yang lalu. Sementara di Pulau Wrangel, mereka bertahan hingga 4.300 tahun yang lalu sebelum akhirnya punah akibat perkawinan sedarah dan hilangnya keragaman genetik.

Fosil mammoth berbulu sangat membantu ilmuwan untuk mempelajari struktur tubuh dan kebiasaan hidup mammoth. Fosil gading mammoth yang diawetkan dengan baik sangat berlimpah dan pernah diekspor ke China dan Eropa. Bangkai mammoth yang ditemukan dalam kondisi beku kadang-kadang begitu terawetkan sehingga dagingnya dapat dimakan oleh anjing pada zaman modern.

Selain itu, gigi fosil mammoth telah memungkinkan ilmuwan untuk meneliti DNA mereka, dan beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kemajuan teknologi genetika dan kloning bisa memungkinkan kebangkitan kembali mammoth berbulu di masa depan.

Meskipun mammoth sudah lama punah, mereka terus menarik perhatian para ilmuwan dan masyarakat umum, dengan studi genetika terbaru memberikan wawasan lebih lanjut tentang evolusi dan kehidupan hewan-hewan besar yang pernah menguasai dunia ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya