Liputan6.com, Jakarta Ustaz Maulana, tokoh agama terkenal Indonesia, menjadi perhatian publik karena kesetiaannya pada mendiang istri, Nur Aliyah, yang meninggal pada 2019. Melalui sebuah wawancara dengan media, ia mengungkapkan belum berencana menikah lagi dan memilih melanjutkan perjuangan istrinya serta fokus mengurus anak-anak. Untuk menjaga diri dari hawa nafsu, Ustaz Maulana rutin menjalankan Puasa Nabi Idris. Lantas apa itu puasa Nabi Idris?
Puasa Idris adalah ibadah puasa yang dilakukan oleh Nabi Idris AS. Nabi Idris merupakan keturunan keenam Nabi Adam dan Siti Hawa yang dikenal sebagai sosok pintar sekaligus penemu tulis menulis.
Diketahui, Nabi idris memiliki amalan puasa setiap hari disiang hari sepanjang masa dan solat sepanjang malam setelah berbuka sampai matahari terbit. Nabi Idris sendiri dikenal sebagai seorang nabi yang yang pintar sekaligus penemu tulis menulis.
Advertisement
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai hukum puasa Nabi Idris beserta bacaan niat dan keutamaannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (18/9/2024).
Mengenal Puasa Nabi Idris
Nabi Idris dikenal sebagai sosok nabi yang tekun dalam menjalankan ibadah puasa. Beliau termasyhur sebagai figur kenabian yang konsisten melaksanakan puasa hampir sepanjang tahun. Dalam kitab Qashash al-Anbiya karya Ibnu Katsir, terdapat pembahasan mendalam mengenai kesalehan dan ragam ibadah Nabi Idris, dengan penekanan khusus pada praktik puasanya yang luar biasa.
Diketahui berdasarkan pendapat para ulama, Nabi Idris diketahui menjalankan puasa Dahr, yaitu berpuasa setiap hari tanpa jeda, kecuali pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa dalam syariat, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Praktik puasa ini menunjukkan tingkat dedikasi dan ketaatan yang tinggi dalam beribadah kepada Allah SWT.
Puasa Dahr yang dilakukan Nabi Idris diakui sebagai bentuk ibadah sunnah yang sangat menantang dan tidak diwajibkan dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, praktik puasa ini sering kali dilakukan oleh individu-individu tertentu dengan tingkat ketakwaan yang luar biasa pada masanya.
Dalam konteks modern, meskipun puasa Dahr tidak dianjurkan secara umum, semangat dan dedikasi Nabi Idris dalam beribadah tetap menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka, termasuk dalam menjalankan puasa sunnah yang lebih moderat sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Advertisement
Bacaan Niat Puasa Nabi Idris dan Waktunya
Bagi anda yang ingin menjalankan ibadah puasa Nabi Idris, berikut adalah niat yang bisa dibaca sebelum memulai puasa:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Bacaan Latin: Nawaitu shauma ghodin sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: "Saya niat berpuasa sunah esok hari karena Allah Ta’ala."
Puasa Nabi Idris bisa dilakukan sebagai puasa sunnah kapan saja, meskipun beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau sering berpuasa pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah. Amalan ini sangat dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bisa dilakukan dengan niat yang tulus serta penuh keikhlasan.
Hukum Puasa Nabi Idris
Nabi Idris adalah seorang nabi yang dikenal tekun dalam menjalankan ibadah. Dalam riwayat, disebutkan bahwa beliau tidak pernah melewatkan puasa sepanjang hidupnya. Bahkan, setiap malam setelah berbuka, Nabi Idris melanjutkan dengan shalat sepanjang malam hingga terbit fajar. Ibadah puasa yang beliau jalankan merupakan wujud pengabdian total kepada Allah SWT.
Dalam Surat Maryam ayat 56-57, Allah SWT berfirman tentang Nabi Idris:
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka, kisah Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (QS. Maryam: 56-57).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Nabi Idris memiliki derajat yang tinggi karena kesalehan dan ibadahnya yang konsisten, termasuk dalam menjalankan puasa. Meskipun begitu, hukum puasa Nabi Idris tidak tertulis secara ekspilit dalam Al-Qur’an mauoun Hadis.
Namun jika Ustaz Maulana melakukan puasa ini sebagai bentuk ketekunan pribadi dan tidak meyakini bahwa hal tersebut adalah bagian dari syariat yang diwajibkan atau disunnahkan, maka hal tersebut dapat dipandang sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, asalkan tidak melampaui batas-batas syariat yang telah ditetapkan.
Advertisement
Keistimewaan Puasa Nabi Idris
Praktik puasa yang dicontohkan oleh Nabi Idris mengandung berbagai hikmah yang dapat dijadikan inspirasi bagi umat Islam dalam meningkatkan kualitas ibadah mereka. Salah satu aspek yang menonjol adalah kemampuannya dalam mengasah kesabaran dan membangun disiplin diri yang kuat. Dalam menjalankan ibadah puasa, seseorang dituntut untuk mengendalikan diri dari makan, minum, serta berbagai perbuatan yang dapat membatalkan puasa, sehingga secara tidak langsung melatih ketangguhan mental dan spiritual dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Selain itu, semangat puasa Nabi Idris juga dikenal sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pengendalian hawa nafsu yang konsisten. Dengan mengekang keinginan-keinginan duniawi sepanjang hari, umat Muslim didorong untuk memperbanyak dzikir, shalat, dan amalan-amalan ibadah lainnya, mengikuti teladan kesalehan Nabi Idris yang senantiasa tekun dalam beribadah dengan keikhlasan yang mendalam. Nilai-nilai keutamaan ini tercermin dalam berbagai riwayat yang menekankan bahwa puasa sunnah dapat mendatangkan pahala yang berlimpah serta menjadi sarana efektif untuk menyucikan jiwa dari berbagai penyakit hati.
Meskipun praktik puasa Dahr seperti yang dilakukan Nabi Idris tidak dianjurkan dalam syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, semangat dan dedikasi beliau dalam beribadah tetap relevan sebagai motivasi bagi umat Islam. Dalam konteks modern, umat Muslim dapat mengambil intisari dari keteladanan Nabi Idris dengan menjalankan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau puasa di bulan-bulan mulia seperti Sya'ban dan Dzulhijjah. Dengan demikian, mereka dapat meraih keutamaan puasa sambil tetap menjaga keseimbangan antara ibadah, kesehatan, dan kewajiban-kewajiban duniawi lainnya sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang komprehensif.