GERD Adalah Penyakit Lambung, Pahami Cara Penanganannya

Pengertian GERD, gejala, penyebab, dan cara penanganannya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 04 Okt 2024, 12:15 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 12:15 WIB
wanita sakit
Kenali Tanda-Tanda Kanker Lambung yang Perlu Diwaspadai copyright/freepik/8photo

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia kesehatan, GERD adalah singkatan dari Gastroesophageal Reflux Disease, sebuah kondisi yang sering dikenal sebagai penyakit asam lambung. GERD adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan, menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu. Memahami apa itu GERD adalah langkah penting dalam mengenali dan menangani kondisi ini dengan tepat.

GERD adalah kondisi yang cukup umum, namun seringkali disalahartikan sebagai masalah pencernaan biasa. Padahal, GERD adalah penyakit yang dapat berdampak serius pada kualitas hidup seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Gejala GERD adalah rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi makanan, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas. Mengetahui bahwa GERD adalah kondisi kronis dapat membantu penderita untuk lebih serius dalam mengelola penyakitnya.

Mendiagnosis apakah seseorang menderita GERD adalah tugas seorang dokter spesialis. Namun, memahami bahwa GERD adalah lebih dari sekadar gangguan pencernaan ringan dapat mendorong seseorang untuk mencari bantuan medis lebih awal. Penanganan GERD adalah kombinasi dari perubahan gaya hidup, pengobatan, dan dalam kasus tertentu, prosedur medis. 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum secara mendalam tentang apa itu GERD, gejala, penyebab, dan cara penanganannya, pada Jumat (4/10/2024).

Apa Itu GERD?

Sakit perut asam lambung
Ilustrasi asam lambung. (Foto: YAKOBCHUK VIACHESLAV)

GERD, atau Gastroesophageal Reflux Disease, adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung secara rutin naik ke esofagus (kerongkongan). Kondisi ini lebih dari sekadar heartburn sesekali; GERD adalah masalah kronis yang dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada lapisan esofagus jika tidak ditangani dengan baik.

Untuk memahami GERD, kita perlu mengetahui bagaimana sistem pencernaan atas bekerja. Saat kita menelan, makanan melewati esofagus menuju lambung. Di ujung bawah esofagus, terdapat otot melingkar yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (LES). LES berfungsi sebagai katup, membuka untuk memungkinkan makanan masuk ke lambung dan menutup untuk mencegah isi lambung naik kembali ke esofagus.

Pada penderita GERD, LES melemah atau mengendur secara tidak normal, memungkinkan isi lambung yang asam mengalir kembali (refluks) ke esofagus. Paparan asam yang berulang ini dapat menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus. Penting untuk membedakan antara refluks asam sesekali yang normal dan dialami oleh kebanyakan orang dari waktu ke waktu, dengan GERD yang merupakan kondisi kronis di mana refluks terjadi lebih sering (minimal dua kali seminggu) dan mengganggu kualitas hidup.

GERD adalah kondisi yang cukup umum, mempengaruhi hingga 20% populasi di negara-negara Barat. Meskipun prevalensinya di Asia lebih rendah, namun angkanya terus meningkat, kemungkinan karena perubahan gaya hidup dan pola makan. Memahami bahwa GERD adalah kondisi medis yang serius dan umum adalah langkah pertama dalam mengenali dan mencari pengobatan yang tepat.

 

Gejala dan Tanda GERD

Nyeri Ulu Hati Bisa Jadi Gejala Asam Lambung dan Penyakit Jantung, Kenali Perbedaannya. Foto: kamranaydinov/Freepik.
Nyeri Ulu Hati Bisa Jadi Gejala Asam Lambung dan Penyakit Jantung, Kenali Perbedaannya. Foto: kamranaydinov/Freepik.

GERD memiliki berbagai gejala yang dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Gejala-gejala umum GERD meliputi:

  • Heartburn (rasa terbakar di dada)
  • Regurgitasi (aliran balik isi lambung ke mulut)
  • Disfagia (kesulitan menelan)
  • Nyeri dada
  • Batuk kronis
  • Suara serak
  • Rasa mengganjal di tenggorokan (globus sensation)
  • Mual
  • Erosi gigi

Heartburn, atau rasa terbakar di dada, adalah gejala yang paling khas dari GERD. Sensasi ini biasanya muncul setelah makan dan dapat memburuk saat berbaring. Regurgitasi, di sisi lain, melibatkan aliran balik isi lambung ke mulut, sering disertai dengan rasa asam atau pahit.

Pada bayi dan anak-anak, gejala GERD mungkin sedikit berbeda. Mereka mungkin mengalami muntah berulang, menolak makan, menangis berlebihan saat makan, atau mengalami pertumbuhan yang lambat.

Penting untuk segera konsultasi ke dokter jika gejala GERD muncul lebih dari dua kali seminggu, mengganggu aktivitas sehari-hari, atau jika obat-obatan bebas tidak efektif meredakan gejala. Gejala seperti kesulitan menelan, nyeri saat menelan, penurunan berat badan yang tidak disengaja, atau gejala yang disertai dengan muntah darah atau feses hitam juga memerlukan perhatian medis segera.

Penyebab dan Faktor Risiko GERD

GERD terjadi ketika mekanisme pertahanan alami tubuh terhadap refluks asam terganggu. Penyebab utama GERD meliputi:

  • Disfungsi sfingter esofagus bawah (LES)
  • Hernia hiatal
  • Kelainan anatomi esofagus
  • Gangguan motilitas esofagus

Disfungsi LES adalah penyebab paling umum, di mana otot yang memisahkan esofagus dari lambung melemah atau sering mengendur, memungkinkan terjadinya refluks asam. Hernia hiatal, di mana bagian atas lambung menonjol melalui diafragma, juga dapat menyebabkan GERD dengan mengganggu fungsi normal LES.

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami GERD, termasuk:

  • Obesitas
  • Kehamilan
  • Merokok
  • Konsumsi alkohol
  • Pola makan tidak sehat
  • Penggunaan obat-obatan tertentu
  • Stres
  • Usia lanjut
  • Riwayat keluarga dengan GERD

Obesitas meningkatkan risiko GERD karena dapat meningkatkan tekanan intra-abdominal dan mengubah posisi anatomi LES. Kehamilan juga meningkatkan risiko karena perubahan hormonal dan tekanan dari janin. Merokok dan konsumsi alkohol dapat melemahkan LES dan meningkatkan produksi asam lambung.

Pola makan juga berperan penting. Konsumsi makanan berlemak, pedas, asam, cokelat, kafein, dan makanan berminyak dapat memicu gejala GERD. Beberapa obat-obatan, seperti aspirin, ibuprofen, beberapa obat asma dan antidepresan, juga dapat meningkatkan risiko GERD.

Gaya hidup juga mempengaruhi risiko GERD. Makan dalam porsi besar, berbaring segera setelah makan, mengenakan pakaian ketat, dan kurangnya olahraga dapat meningkatkan risiko. Stres juga dapat memperburuk gejala GERD dengan meningkatkan produksi asam lambung.

Memahami penyebab dan faktor risiko GERD memungkinkan penderita dan profesional kesehatan untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengelolaan yang efektif.

Diagnosis GERD

Diagnosis GERD melibatkan beberapa tahap, mulai dari evaluasi gejala hingga pemeriksaan lanjutan. Proses diagnosis biasanya meliputi:

  • Anamnesis (pengambilan riwayat medis)
  • Pemeriksaan fisik
  • GERD Questionnaire (GERD-Q)
  • Pemeriksaan penunjang (jika diperlukan)

Anamnesis melibatkan pertanyaan dokter tentang gejala yang dialami, frekuensinya, dan faktor-faktor pemicu. Riwayat makan dan gaya hidup juga akan dievaluasi. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum dan palpasi abdomen untuk mendeteksi kelainan.

GERD-Q adalah kuesioner standar yang digunakan untuk menilai probabilitas GERD. Skor tinggi mengindikasikan kemungkinan GERD yang lebih besar.

Jika diperlukan, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
  • Biopsi esofagus
  • pH monitoring 24 jam
  • Manometri esofagus
  • Tes barium

EGD memungkinkan dokter melihat langsung kondisi esofagus, lambung, dan duodenum. Selama prosedur ini, dokter mungkin mengambil sampel jaringan untuk biopsi. pH monitoring 24 jam mengukur tingkat keasaman di esofagus selama periode 24 jam.

Proses diagnosis GERD bisa berbeda untuk setiap individu, tergantung pada gejala yang dialami dan faktor risiko yang dimiliki. Komunikasi terbuka dengan dokter tentang semua gejala dan kekhawatiran sangat penting untuk memastikan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.

Pengobatan GERD

Pengobatan GERD bertujuan untuk mengurangi gejala, menyembuhkan kerusakan pada esofagus, dan mencegah komplikasi. Strategi pengobatan biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup dan pengobatan medis. Dalam kasus yang parah, intervensi bedah mungkin diperlukan.

Perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengelola GERD meliputi:

  • Menurunkan berat badan jika overweight atau obesitas
  • Menghindari makanan pemicu seperti makanan berlemak, pedas, atau asam
  • Makan dalam porsi kecil tapi sering
  • Menghindari makan 3 jam sebelum tidur
  • Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
  • Meninggikan kepala tempat tidur saat tidur

Pengobatan medis untuk GERD meliputi:

  1. Antasida: Obat ini menetralkan asam lambung dan memberikan kelegaan cepat tapi sementara. Contohnya termasuk Maalox dan Mylanta.
  2. Penghambat reseptor H2: Obat ini mengurangi produksi asam lambung. Contohnya termasuk ranitidine (Zantac) dan famotidine (Pepcid).
  3. Inhibitor pompa proton (PPI): Obat ini lebih kuat dalam mengurangi produksi asam lambung. Contohnya termasuk omeprazole (Prilosec) dan esomeprazole (Nexium).
  4. Prokinetik: Obat ini membantu memperkuat sfingter esofagus bawah dan mempercepat pengosongan lambung.

Dalam kasus GERD yang parah atau tidak responsif terhadap pengobatan, dokter mungkin merekomendasikan prosedur bedah seperti fundoplikasi atau pemasangan perangkat anti-refluks.

 

Pencegahan GERD

Meskipun tidak semua kasus GERD dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau frekuensi gejala:

  1. Menjaga berat badan ideal: Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada perut dan dapat menyebabkan refluks asam.
  2. Menghindari makanan pemicu: Identifikasi dan hindari makanan yang memicu gejala GERD pada Anda. Makanan umum yang sering menjadi pemicu termasuk makanan berlemak, pedas, cokelat, kopi, dan minuman berkarbonasi.
  3. Makan dengan bijak: Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu mengurangi tekanan pada sfingter esofagus bawah.
  4. Berhenti merokok: Merokok dapat melemahkan sfingter esofagus bawah, meningkatkan risiko refluks.
  5. Batasi konsumsi alkohol: Alkohol dapat meningkatkan produksi asam lambung dan melemahkan sfingter esofagus bawah.
  6. Hindari berbaring setelah makan: Tunggu setidaknya tiga jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.
  7. Kenakan pakaian longgar: Pakaian ketat di sekitar perut dapat meningkatkan tekanan dan menyebabkan refluks.
  8. Kelola stres: Stres dapat meningkatkan produksi asam lambung. Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu.
  9. Tinggikan kepala tempat tidur: Meninggikan kepala tempat tidur 6-8 inci dapat membantu mencegah refluks saat tidur.
  10. Jaga pola makan teratur: Makan pada waktu yang sama setiap hari dapat membantu mengatur produksi asam lambung.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini dan berkonsultasi dengan dokter jika gejala muncul, banyak orang dapat mengelola GERD dengan efektif dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya