Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menanggapi rumor keterlibatannya dalam kasus jaringan judi online yang menyeret beberapa mantan pegawai di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), kementerian yang sempat dipimpinnya. Rumor ini berkembang setelah beberapa eks anak buahnya ditangkap polisi dengan tuduhan melindungi ribuan situs judi online dari pemblokiran.
Budi Arie, yang kini menjabat Menteri Koperasi, menyatakan bahwa dirinya mendukung langkah kepolisian dalam menindak tegas mantan bawahannya yang terlibat. Ia juga menegaskan tidak akan campur tangan dalam proses hukum yang sedang berjalan.
Latar Belakang
Budi Arie Setiadi lahir pada 20 April 1969 di Jakarta dari pasangan Joko Asmoro dan Pudji Astuti. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Jakarta, di mana ia memulai pendidikan di SD Marsudirini dan kemudian melanjutkan ke SMA Kolese Kanisius Jakarta. Ketertarikannya pada dunia sosial semakin kuat saat ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), jurusan komunikasi.
Saat di UI, Budi aktif mengikuti berbagai organisasi mahasiswa yang membentuk pandangan kritisnya. Selain terlibat dalam pers mahasiswa, ia juga menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP UI pada 1994. Dalam masa tersebut, Budi semakin dikenal sebagai aktivis yang lantang menyuarakan perubahan.
Advertisement
Karier Jurnalistik
Setelah lulus, Budi Arie Setiadi mengawali karier jurnalistiknya di Media Indonesia. Kiprahnya di dunia media semakin meningkat ketika ia bersama beberapa rekan mendirikan mingguan bisnis Kontan pada 1996. Dari sini, ia mulai memfokuskan liputan yang menyuarakan kritik terhadap praktik-praktik korup di sektor bisnis.
Pada era Reformasi, Budi mendirikan surat kabar kritis bernama "BERGERAK" pada 1998. Selama masa itu, ia turut serta dalam mengkritik berbagai kebijakan yang dianggap menyimpang. Tidak mengherankan jika pengalamannya sebagai jurnalis memberinya dasar kuat dalam memahami dinamika politik dan ekonomi Indonesia.
Pendiri PROJO
Peran Budi di dunia politik semakin signifikan ketika ia mendirikan PROJO, organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo. Sebagai Ketua Umum, PROJO berkembang menjadi salah satu kelompok relawan besar di Indonesia yang mendorong Joko Widodo maju dalam Pilpres 2014. Perannya dalam membangun PROJO menegaskan dukungan besar Budi terhadap kepemimpinan Jokowi.
Pada Pilpres 2019, PROJO kembali mengambil peran dengan mendukung Jokowi. Bahkan setelah Jokowi terpilih, Budi menjadi salah satu figur yang dipercaya menduduki posisi wakil menteri, kemudian ia menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika untuk beberapa waktu sebelum kini menjabat sebagai Menteri Koperasi dan UKM.
Advertisement
Kehidupan Pribadi dan Kekayaan
Budi Arie Setiadi menikah dengan Zara Murzandina dan dikaruniai dua anak. Berdasarkan laporan harta kekayaan di KPK, ia memiliki kekayaan sebesar Rp101 miliar yang terdiri dari tanah, bangunan, tiga mobil, kas, dan beberapa investasi lainnya. Kekayaan ini mencakup beberapa aset di Jakarta, Tangerang Selatan, dan tanah warisan di Bekasi dan Padang.
Sebagai seorang figur publik, ia seringkali menghadapi sorotan media, termasuk saat beberapa eks pegawai di Kementerian Komunikasi dan Digital yang sebelumnya ia pimpin terlibat dalam dugaan kasus judi online. Terkait kasus tersebut, Budi memberikan dukungan penuh kepada penegak hukum untuk mengusut hingga tuntas.
Apa kontribusi terbesar Budi Arie Setiadi dalam dunia politik Indonesia?
Kontribusi besarnya antara lain membangun PROJO, organisasi relawan besar yang mendorong Joko Widodo dalam dua periode kepresidenan.
Â
Advertisement
Mengapa Budi Arie pernah diangkat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika?
Budi diangkat sebagai Menteri Kominfo setelah pengunduran Johnny G. Plate karena kasus korupsi. Pengangkatannya didorong oleh kepercayaan Jokowi atas integritasnya.
Â
Apa alasan Budi terlibat dalam dunia jurnalistik sebelum terjun ke politik?
Latar belakang Budi di jurnalistik memungkinkan dirinya untuk menyuarakan perubahan dan kritik terhadap praktik yang ia anggap salah dalam berbagai sektor.
Advertisement