Jangan Dibuang, Minyak Jelantah Akan Dibeli Pertamina

Pertamina memanfaatkan minyak jelantah untuk bahan bakar berkelanjutan, mendukung ekonomi sirkular, dan memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat. Pelajari program ini lebih lanjut!

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 17 Jan 2025, 13:01 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 13:01 WIB
Minyak Jelantah
Pertamina mengajak masyarakat ikut berpartisipasi mengelola limbah minyak jelantah hasil konsumsi rumah tangga bertajuk Program Green Movement UCO yang telah diluncurkan sejak 21 Desember 2024. Dok Pertamina... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Minyak jelantah, yang selama ini dianggap limbah rumah tangga, kini menemukan peran baru yang lebih bermanfaat. PT Pertamina (Persero) melalui berbagai inisiatif inovatif mulai memanfaatkan minyak bekas ini sebagai bahan bakar berkelanjutan untuk mendukung transisi menuju energi hijau. Program ini sejalan dengan visi nasional untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060.

Dalam langkah terbarunya, Pertamina mengembangkan program pengumpulan minyak jelantah dari masyarakat melalui berbagai kanal, termasuk bank sampah dan titik pengumpulan khusus di beberapa SPBU. Langkah ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat.

Seiring dengan tren global, Pertamina melihat minyak jelantah sebagai peluang strategis untuk mendukung ekonomi sirkular. Program pengolahan ini diharapkan dapat mempercepat transisi energi bersih sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Transformasi Minyak Jelantah Menjadi Bioavtur

Minyak jelantah kini tidak hanya menjadi limbah, tetapi juga sumber energi yang berharga. PT Pertamina, melalui proyek Sustainable Aviation Fuel (SAF), memulai pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.

Proyek ini dimulai dengan penandatanganan dan peluncuran ekosistem pengembangan SAF di Kilang Cilacap. "Kemarin yang waktu uji coba tahun lalu yang 2.4, yang kita uji coba dengan (pesawat) Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta itu yang 2,4 persen tapi bahan bakunya dari sawit, sekarang bahan bakunya diubah dari minyak jelantah," ujar Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), mengutip ANTARA. 

Dalam uji coba sebelumnya, bioavtur berbahan baku kelapa sawit telah digunakan untuk penerbangan Garuda Indonesia. Kini, minyak jelantah menjadi alternatif bahan baku baru untuk mendukung pengembangan SAF 3.0, sebuah langkah strategis menuju energi yang lebih hijau.

Ekonomi Sirkular Melalui Program Green Movement UCO

Pertamina juga meluncurkan program Green Movement UCO, yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam pengumpulan minyak jelantah. Program ini bertujuan untuk mendukung transisi energi bersih sekaligus memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat.

Melalui UCollect Box yang tersebar di beberapa lokasi, minyak jelantah dikumpulkan untuk diolah menjadi bahan bakar seperti Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dan SAF.

Partisipasi masyarakat dihargai dengan kompensasi seperti saldo e-wallet dan voucher MyPertamina, sehingga program ini tidak hanya berorientasi pada lingkungan, tetapi juga memberikan insentif finansial.

Langkah Strategis Pertamina untuk Kemandirian Energi

Proyek pengolahan minyak jelantah ini merupakan bagian dari strategi Pertamina untuk mendukung kemandirian energi nasional. Sejalan dengan visi pemerintahan, target swasembada energi dijadwalkan tercapai pada tahun 2029.

Menurut Salyadi Dariah Saputra, Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha Pertamina, perusahaan telah melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan produksi biofuel. Hal ini termasuk pengembangan Biosolar B40 dan proyek bioavtur berbasis minyak jelantah.

Langkah ini juga bertujuan untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan, yang menjadi kunci dalam pengelolaan energi di masa depan.

Peran Masyarakat dalam Mendukung Energi Hijau

Keberhasilan program pengolahan minyak jelantah sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Dengan konsumsi minyak goreng rumah tangga mencapai 2,66 juta ton per tahun, potensi minyak jelantah sebagai bahan baku sangat besar.

Melalui kolaborasi dengan bank sampah dan perusahaan pengumpul minyak jelantah, Pertamina memastikan pengelolaan limbah ini berjalan secara sistematis. "Ekspor minyak jelantah yang selama ini diambil oleh tetangga kita, ya kita nanti akan gunakan semaksimal mungkin di sini," tambah Taufik.

Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi tentang lokasi pengumpulan minyak jelantah melalui aplikasi MyPertamina, menjadikan partisipasi lebih praktis dan transparan.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi

Program ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku energi, Pertamina membantu mengurangi emisi karbon secara substansial.

Selain itu, program ini mendukung terciptanya lapangan kerja baru di sektor pengolahan biofuel. Ekonomi sirkular yang terbangun melalui pengelolaan minyak jelantah juga membuka peluang investasi di sektor energi hijau, yang semakin relevan dalam era transisi energi global.

Q: Bagaimana cara masyarakat berpartisipasi dalam program pengumpulan minyak jelantah?

A: Masyarakat dapat membawa minyak jelantah ke UCollect Box di lokasi tertentu seperti SPBU dan rumah sakit Pertamina. Informasi lokasi bisa diakses melalui aplikasi MyPertamina.

Q: Apa manfaat yang diterima masyarakat dari program ini?

A: Selain membantu lingkungan, masyarakat akan mendapatkan kompensasi seperti saldo e-wallet Rp6.000/liter dan voucher MyPertamina senilai Rp25.000.

Q: Mengapa minyak jelantah penting dalam transisi energi bersih?

A: Minyak jelantah dapat diolah menjadi biofuel seperti SAF, yang membantu mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya