5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Berbagai Daerah, Penuh Makna

Indonesia kaya akan tradisi unik dalam menyambut Ramadan. Dari Jakarta hingga Bali, setiap daerah memiliki cara khas untuk menyambut bulan suci ini dengan makna mendalam yang mempererat silaturahmi dan membersihkan jiwa.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 20 Feb 2025, 15:22 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2025, 15:22 WIB
[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-30, 14 Juni 2018
Sudah hari ke-30, Lebaran sudah di depan mata, puasa Ramadan akan segera berakhir. (Ilustrasi: Pexels.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tidak terasa, bulan Ramadan akan segera tiba. Sebagai momen yang sangat dinantikan, bulan suci ini menjadi waktu untuk umat Muslim beribadah, saling berbagi, dan mempererat silaturahmi. Indonesia, dengan kekayaan budaya dan adat istiadat yang beragam, memiliki tradisi-tradisi unik dalam menyambut Ramadan. Masing-masing daerah di tanah air ini merayakan kedatangan bulan suci dengan cara yang khas, yang tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi masyarakatnya.

Tradisi-tradisi ini telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya yang patut dilestarikan. Dalam setiap ritualnya, terkandung makna penting tentang penyucian diri, rasa syukur, serta mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat. Dari Jakarta hingga Bali, setiap daerah memiliki cara sendiri untuk menyambut Ramadan yang tak hanya sekadar rutinitas, melainkan juga sarat dengan nilai spiritual.

Masyarakat Indonesia begitu antusias menyambut bulan suci ini, dengan harapan dapat menjalani Ramadan dengan penuh berkah. Berikut adalah beberapa tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah Indonesia untuk menyambut Ramadan yang penuh berkah ini.

1. Nyorog (Jakarta)

Di Jakarta, tradisi Nyorog menjadi salah satu cara khas masyarakat Betawi dalam menyambut Ramadan. Tradisi ini melibatkan kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada orang tua, mertua, atau tokoh masyarakat yang lebih tua. Bagi masyarakat Betawi, Nyorog bukan sekadar berkirim makanan, melainkan bentuk penghormatan dan sebagai ajang untuk mempererat hubungan antar keluarga dan tetangga.

Nyorog dilaksanakan dengan penuh keseriusan, bukan hanya sekadar formalitas. Para keluarga yang sudah tinggal terpisah atau jauh dari orang tua akan mengirimkan makanan khas Betawi, sebagai simbol perhatian dan kasih sayang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat tali persaudaraan dan menjaga silaturahmi antar generasi.

2. Cucurak (Jawa Barat)

Tradisi Cucurak di Jawa Barat menjadi salah satu tradisi yang cukup terkenal, terutama di kalangan masyarakat Sunda. Cucurak adalah momen berkumpul dengan keluarga besar untuk menikmati hidangan khas yang disajikan di atas daun pisang sambil duduk lesehan. Menu yang disajikan dalam Cucurak biasanya berupa nasi liwet, tempe, ikan asin, sambal, dan lalapan, yang menyiratkan kebersamaan dan kesederhanaan.

Lebih dari sekadar makan bersama, Cucurak menjadi sebuah kesempatan untuk saling bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan.

Kepercayaan masyarakat Sunda juga menyebutkan bahwa Cucurak bukan hanya sekedar ajang makan bersama, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi antar anggota keluarga dan tetangga, sekaligus sebagai bentuk pembersihan diri jelang Ramadan.

3. Padusan (Yogyakarta)

Di Yogyakarta, tradisi Padusan menjadi ritual yang sangat dihormati menjelang Ramadan. Padusan diartikan sebagai mandi pembersihan diri untuk menyambut datangnya bulan suci. Lebih dari sekadar mandi, Padusan dimaknai sebagai upaya penyucian jiwa dan raga untuk mempersiapkan diri menjalani ibadah puasa dengan hati yang suci.

Pada pelaksanaan Padusan, warga biasanya melakukan aktivitas mandi di tempat-tempat tertentu yang dianggap memiliki nilai spiritual, seperti sumber air yang jernih. Bagi masyarakat Yogyakarta, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk introspeksi diri, merenungkan perbuatan selama setahun dan mempersiapkan diri dalam menjalani Ramadan.

4. Marpangir (Sumatra Utara)

Marpangir adalah tradisi yang dikenal di Sumatra Utara, terutama di kalangan masyarakat Batak. Tradisi ini melibatkan mandi dengan menggunakan dedaunan dan rempah-rempah, seperti daun pandan, bunga mawar, dan daun serai. Tujuan dari Marpangir adalah untuk membersihkan tubuh dan jiwa, mempersiapkan diri menyambut Ramadan dengan penuh kesucian.

Setelah mandi dengan dedaunan tersebut, masyarakat Batak percaya bahwa mereka akan mendapatkan keberkahan dan kesucian dalam menjalani ibadah puasa. Tradisi ini sering dilakukan dengan melibatkan seluruh keluarga, yang menambah rasa kebersamaan di dalam keluarga besar.

5. Megibung (Bali)

Bali juga memiliki tradisi yang tidak kalah menarik dalam menyambut Ramadan, yaitu Megibung. Tradisi ini dilakukan dengan cara memasak dan menyantap hidangan bersama-sama dalam sebuah pertemuan keluarga besar. Hidangan yang disajikan dalam tradisi Megibung sangat khas, di mana nasi diletakkan di sebuah wadah besar bernama gibungan, sementara lauk-pauknya disajikan di atas alas karangan.

Tujuan dari tradisi Megibung adalah untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga dan masyarakat. Proses makan bersama ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul, tetapi juga momen untuk berbagi rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Keunikan dalam penyajian dan cara makan bersama ini menjadi ciri khas Megibung yang memeriahkan suasana Ramadan.

FAQ:

1. Apa tujuan utama dari tradisi menyambut Ramadan?

Tradisi menyambut Ramadan bertujuan untuk mempererat hubungan sosial antar keluarga dan masyarakat, serta untuk mempersiapkan diri secara spiritual dalam menyambut bulan suci dengan hati yang bersih.

2. Apakah setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda dalam menyambut Ramadan?

Ya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang unik dan berbeda, tergantung pada budaya dan adat istiadat setempat, namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu menyambut Ramadan dengan penuh kebersamaan dan makna spiritual.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya