Bolehkah Ambil Darah ketika Puasa? Berikut Penjelasannya

Bolehkah ambil darah saat puasa? Ini hukum cek darah, donor darah, dan cuci darah menurut fiqih dan medis.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 16 Mar 2025, 11:52 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 11:52 WIB
Ilustrasi Donor Darah
Ilustrasi donor darah (copyright Pexels/FRANK MERIÑO)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Saat menjalankan ibadah puasa, umat Islam diharuskan untuk menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak fajar hingga matahari terbenam. Namun, ada beberapa kondisi yang menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat, salah satunya adalah mengenai pengambilan darah. Apakah prosedur seperti donor darah atau tes darah bisa membatalkan puasa?

Persoalan ini menjadi perhatian terutama bagi mereka yang perlu melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau ingin membantu sesama dengan mendonorkan darahnya. Di satu sisi, puasa merupakan kewajiban yang harus dijalankan, tetapi di sisi lain, pemeriksaan medis dan donor darah juga penting bagi kesehatan dan kemanusiaan.

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita tinjau dari perspektif fiqih Islam berdasarkan pendapat para ulama, serta dari sisi medis agar lebih memahami dampaknya terhadap tubuh.

Promosi 1

1. Hukum Mengambil Darah saat Puasa dalam Islam

Menurut mayoritas ulama, mengambil sedikit darah untuk keperluan medis seperti tes darah tidak membatalkan puasa. Hal ini dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, yang menyatakan bahwa pengambilan darah dalam jumlah kecil yang tidak memengaruhi kondisi tubuh secara signifikan tidak membatalkan puasa.

Namun, jika pengambilan darah dilakukan dalam jumlah besar dan menyebabkan tubuh menjadi lemah, maka hal ini diqiyaskan dengan bekam yang dapat membatalkan puasa menurut mazhab Hanbali. Oleh karena itu, seseorang yang menjalankan puasa wajib tidak dianjurkan untuk mendonorkan darahnya kecuali dalam keadaan darurat.

2. Donor Darah saat Puasa, Batal atau Tidak?

Proses donor darah melibatkan pengambilan darah dalam jumlah yang cukup banyak, yang dapat menyebabkan seseorang merasa lemas atau bahkan pingsan. Menurut Syekh Wahbah al-Zuhaili, donor darah tidak membatalkan puasa, karena tidak ada dalil yang secara khusus menyebutkan hal ini.

Namun, jika donor darah menyebabkan kondisi tubuh melemah hingga membutuhkan makanan atau minuman, maka puasa batal. Dalam kondisi darurat, orang yang mendonorkan darah boleh berbuka dan wajib menggantinya di hari lain.

Dalam perspektif medis, donor darah bisa mengurangi kadar cairan tubuh dan menyebabkan dehidrasi ringan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan donor darah setelah berbuka puasa guna menghindari risiko kesehatan.

3. Cek Darah saat Puasa, Apa Hukumnya?

Tes darah merupakan prosedur medis yang melibatkan pengambilan darah dalam jumlah kecil untuk pemeriksaan laboratorium, seperti cek kadar gula, kolesterol, atau fungsi ginjal. Berbeda dengan donor darah, tes darah tidak membatalkan puasa, karena darah yang diambil tidak cukup banyak untuk mempengaruhi kondisi tubuh.

Tes darah tidak membatalkan puasa karena:

  • Darah yang diambil sangat sedikit dan tidak melemahkan tubuh.
  • Tidak ada dalil syar’i yang menyebutkan bahwa mengeluarkan darah sedikit membatalkan puasa.

Dari sisi medis, cek darah yang dilakukan saat puasa justru bisa memberikan hasil yang lebih akurat, terutama untuk tes kadar gula dan kolesterol.

4. Hukum Cuci Darah bagi Pasien Ginjal saat Puasa

Bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis (cuci darah), proses ini melibatkan pengeluaran darah dalam jumlah besar, penyaringan, lalu pemasukan kembali darah yang sudah bersih ke dalam tubuh.

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, prosedur cuci darah membatalkan puasa karena ada tambahan zat tertentu yang dimasukkan ke dalam tubuh. Pasien yang menjalani cuci darah disarankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa.

Dari sisi medis, cuci darah dapat menyebabkan kelelahan dan dehidrasi, sehingga pasien lebih dianjurkan untuk tetap terhidrasi dan menjaga asupan nutrisi yang cukup.

5. Kapan Waktu Terbaik untuk Melakukan Pengambilan Darah saat Puasa?

Untuk menghindari efek samping seperti pusing atau lemas, waktu terbaik untuk melakukan tes darah atau donor darah saat puasa adalah:

  • Setelah sahur, untuk menghindari dehidrasi sepanjang hari.
  • Menjelang berbuka puasa, sehingga bisa langsung mengonsumsi makanan dan minuman setelahnya.
  • Setelah berbuka puasa, terutama untuk donor darah, agar tubuh memiliki cukup energi untuk memulihkan kondisi setelah pengambilan darah.

Pertanyaan Seputar Ambil Darah saat Puasa (FAQ)

1. Apakah tes darah membatalkan puasa?

Tidak, karena darah yang diambil hanya sedikit dan tidak mempengaruhi tubuh secara signifikan.

2. Bagaimana jika saya merasa lemas setelah donor darah?

Jika merasa sangat lemas atau pingsan, sebaiknya berbuka puasa untuk mencegah kondisi yang lebih buruk.

3. Apakah puasa tetap sah jika saya melakukan cek darah di pagi hari?

Ya, puasa tetap sah karena cek darah tidak membatalkan puasa.

4. Apakah suntik obat atau infus membatalkan puasa?

Jika suntikan mengandung nutrisi yang menggantikan makanan/minuman, maka membatalkan puasa. Namun, jika hanya untuk pengobatan tanpa nutrisi, tidak membatalkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya