Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Di antara keistimewaan bulan suci ini, lailatul qadar adalah malam yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan yang tiada taranya. Allah SWT telah memberikan anugerah istimewa kepada umat Muhammad SAW berupa malam yang nilainya melebihi seribu bulan. Bagi siapa saja yang mampu memanfaatkan momen ini dengan baik, maka akan mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda.
Para ulama sepakat bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah SWT. Pada malam tersebut, pintu-pintu langit dibuka lebar, doa-doa dikabulkan, dan amalan-amalan dilipatgandakan pahalanya. Tidak mengherankan jika Rasulullah SAW selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan untuk mencari malam yang istimewa ini. Beliau bahkan mengajak keluarganya untuk turut menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai umat Islam, kita patut memahami bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh dengan keajaiban spiritual. Pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dan menyaksikan amal ibadah hamba-hamba Allah yang beriman. Lailatul qadar adalah malam yang penuh kedamaian hingga terbitnya fajar, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Qadr. Malam mulia ini menjadi kesempatan emas bagi setiap muslim untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan mendapatkan pahala yang melimpah dalam waktu singkat.
Berikut penjelasan lengkapnya, yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (27/3).
Makna dan Keutamaan Lailatul Qadar
Lailatul Qadar berasal dari bahasa Arab, di mana "Lailah" berarti malam, dan "Qadar" memiliki beberapa makna seperti ketentuan, kemuliaan, atau kehormatan. Secara terminologi, Lailatul Qadar adalah malam yang sangat mulia di mana Al-Quran pertama kali diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia. Pada malam ini pula, Allah SWT menetapkan takdir manusia untuk satu tahun ke depan.
Keutamaan malam Lailatul Qadar dijelaskan secara langsung oleh Allah SWT dalam Al-Quran, tepatnya pada surah Al-Qadr ayat 1-5:
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Ayat-ayat di atas dengan jelas menunjukkan betapa istimewanya malam Lailatul Qadar. Allah SWT menyatakan bahwa malam tersebut "lebih baik dari seribu bulan", yang berarti beribadah pada malam itu nilainya lebih besar daripada beribadah selama 1000 bulan atau sekitar 83 tahun 4 bulan. Ini adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk meraih pahala yang berlipat ganda dalam waktu yang singkat.
Menukil buku "Mukjizat Lailatul Qadr: Menemukan Berkah pada Malam Seribu Bulan" karya Arif M. Riswanto, dijelaskan bahwa keberkahan yang terdapat pada malam Lailatul Qadar jauh lebih besar dibandingkan dengan keberkahan yang bisa diperoleh dalam waktu delapan puluh tiga tahun empat bulan. Hal ini menegaskan betapa tinggi nilai spiritual dan keberkahan yang terkandung dalam malam istimewa tersebut.
Advertisement
Kapan Terjadinya Malam Lailatul Qadar
Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya malam Lailatul Qadar terjadi. Namun, berdasarkan hadits-hadits yang shahih, mayoritas ulama sepakat bahwa malam tersebut terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Rasulullah SAW bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberikan petunjuk yang jelas bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa malam tersebut bisa terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadhan secara umum, tidak hanya pada malam-malam ganjil.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW yang berbunyi:
اَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ هِيَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فِى الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ لَيْلَةَ اِحْدَيْ وَعِشْرِيْنَ اَوْثَلَثَةٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ اَخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ
"Rasulullah SAW mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda: dia (Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir yaitu malam 21, 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam Ramadhan." (HR. Ahmad)
Banyak ulama yang berpendapat bahwa malam ke-27 Ramadhan adalah yang paling mungkin menjadi malam Lailatul Qadar. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م. مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
"Dari Ibnu 'Umar: Rasulullah SAW bersabda barang siapa yang ingin mengintai malam Lailatul Qadar hendaklah ia mengintai pada malam dua puluh tujuh." (HR. Ahmad dengan sanad yang Shahih)
Meskipun demikian, para ulama mengajarkan bahwa waktu pasti malam Lailatul Qadar tetap disembunyikan oleh Allah SWT, dengan hikmah agar umat Islam bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar
Para ulama telah menyebutkan beberapa tanda yang bisa membantu umat Islam untuk mengenali malam Lailatul Qadar. Tanda-tanda ini didasarkan pada hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dan pengalaman para sahabat serta generasi setelahnya.
Salah satu tanda yang paling dikenal adalah kondisi matahari keesokan harinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
صَبِيْحَةُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَمسُ لاَ شعاع لَهَا، كَاَنَهَا طَشْتٌ حَتَّى تَرْتَفَعُ
"Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR. Muslim 762)
Hadits ini menjelaskan bahwa pada pagi hari setelah malam Lailatul Qadar, matahari terbit dengan cahaya yang redup, tidak menyilaukan, dan tampak seperti bejana atau piringan hingga matahari naik lebih tinggi. Ini merupakan tanda fisik yang bisa diamati oleh mereka yang mengalami malam Lailatul Qadar.
Tanda-tanda lain dari malam Lailatul Qadar berdasarkan hadits dan pendapat ulama adalah:
1. Udara yang tenang dan sejuk, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
"Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari Matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan," (HR Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi).
2. Cahaya bulan yang sangat terang, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
"Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)." (HR. At-Thabrani)
3. Mimpi tentang malam Lailatul Qadar, sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar:
"Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir." (HR Muslim)
Merasakan nikmatnya ibadah. Pada malam Lailatul Qadar, orang yang beriman dan bertakwa akan merasakan kenikmatan dan kekhusyukan yang luar biasa dalam beribadah. Mereka akan merasakan kedamaian batin yang mendalam saat bermunajat kepada Allah SWT.
Meskipun tanda-tanda ini bisa membantu dalam mengenali malam Lailatul Qadar, para ulama menegaskan bahwa yang terpenting adalah bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil, tanpa harus mengandalkan tanda-tanda tersebut.
Advertisement
Amalan yang Dianjurkan pada Malam Lailatul Qadar
Sebagai malam yang penuh keberkahan dan kemuliaan, ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada malam Lailatul Qadar, atau pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan secara umum. Amalan-amalan ini bertujuan untuk memaksimalkan pahala dan keberkahan malam tersebut.
Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan dengan meningkatkan ibadahnya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA:
"Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, dan juga mengajak keluarganya untuk turut beribadah pada malam-malam tersebut.
Beberapa amalan yang dianjurkan pada malam Lailatul Qadar atau sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah:
1. Qiyamul Lail (Shalat Malam), termasuk shalat Tarawih dan Tahajud. Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa yang mengerjakan ibadah pada malam Qadar dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. al-Bukhari: 1768 dan Muslim: 1268)
2. Membaca Al-Quran sebanyak mungkin. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, dan malam Lailatul Qadar adalah malam pertama kali Al-Quran diturunkan. Oleh karena itu, membaca Al-Quran pada malam ini sangat dianjurkan.
Memperbanyak doa, terutama doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah RA:
عَنْ عَآئِشةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ اَرَاَيْتَ اِنْ عَلِمْتُ اَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا اَقُلُ فِيْهَا قَالَ قُوْلِيْ اَللَّهُمَّ اِنَّكَ عَفْوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Dari 'Aisyah katanya: 'Saya bertanya kepada Rasulullh SAW: Bagaimana jika saya dapat mengetahui malam Qadar itu, apakah yang baik saya katakan pada malam itu?' Jawab beliau: Katakanlah olehmu: 'Ya Allah sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan, maka ampunilah kiranya kesalahanku.'" (HR. Tirmidzi)
3. I'tikaf di masjid. Rasulullah SAW selalu beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih. I'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah SWT.
4. Memperbanyak dzikir, istighfar, dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
5. Bersedekah dan berbuat baik kepada sesama. Bulan Ramadhan adalah bulan kedermawanan, dan pada malam-malam yang mulia ini, amalan sedekah akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
6. Bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan memulai lembaran baru dalam kehidupan.
Para ulama mengajarkan bahwa yang terpenting dalam meraih keberkahan malam Lailatul Qadar adalah keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah, bukan hanya sekedar menjalankan ritual tanpa makna. Rasulullah SAW menekankan pentingnya melakukan ibadah dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT.
Hikmah Disembunyikannya Waktu Pasti Malam Lailatul Qadar
Meskipun ada banyak petunjuk tentang kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, waktu pastinya tetap disembunyikan oleh Allah SWT. Para ulama menjelaskan bahwa ada hikmah besar di balik hal ini yang patut kita renungkan.
Hikmah pertama dan yang paling utama adalah agar umat Islam bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil. Jika waktu pastinya diketahui, mungkin sebagian orang hanya akan beribadah pada malam itu saja dan mengabaikan malam-malam lainnya. Dengan disembunyikannya waktu pasti, umat Islam akan berusaha memaksimalkan ibadah pada seluruh malam yang diperkirakan sebagai Lailatul Qadar.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menjelaskan: "Di antara hikmah disembunyikannya malam Lailatul Qadar adalah agar orang-orang beriman bersungguh-sungguh dalam mencarinya dengan memperbanyak ibadah pada malam-malam yang diperkirakan sebagai Lailatul Qadar. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda."
Hikmah kedua adalah sebagai ujian keimanan dan kesungguhan seseorang dalam beribadah. Mereka yang benar-benar menginginkan kebaikan dan pahala dari Allah SWT akan bersungguh-sungguh mencari malam tersebut, sedangkan mereka yang lemah keinginannya akan mudah menyerah dan tidak peduli.
Syekh Ali Jumah, ulama besar dari Mesir, mengatakan bahwa Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah SWT sebagaimana Dia menyembunyikan waktu mustajab di hari Jumat dan sejumlah waktu afdhal lainnya. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah dan tidak hanya bergantung pada waktu-waktu tertentu saja.
Hikmah ketiga adalah untuk menumbuhkan rasa pengharapan (raja') dan ketakutan (khauf) dalam diri seorang muslim. Dengan tidak mengetahui secara pasti kapan Lailatul Qadar terjadi, seorang muslim akan selalu berharap dapat menemui malam tersebut dan takut jika melewatkannya. Hal ini akan mendorong mereka untuk selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa keseimbangan antara raja' dan khauf adalah kunci dalam perjalanan spiritual seorang muslim. Disembunyikannya waktu pasti Lailatul Qadar adalah salah satu cara Allah SWT untuk menumbuhkan keseimbangan tersebut dalam diri hamba-hamba-Nya.
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan dan kemuliaan yang dianugerahkan Allah SWT kepada umat Muhammad SAW. Malam ini merupakan kesempatan emas bagi setiap muslim untuk meraih pahala yang berlipat ganda dan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.
Advertisement
