Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan RI) Donny Ermawan Taufanto menegaskan bahwa kemandirian industri dan teknologi pertahanan merupakan fondasi utama bagi kekuatan nasional.
Hal ini disampaikannya dalam acara Temu Bisnis Industri Strategis Berbasis Riset dan Inovasi yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pertahanan, riset, dan industri strategis.
Advertisement
Baca Juga
"Negara yang kuat sangat ditentukan oleh kekuatan industri dan teknologi pertahanannya," tegas Donny dalam acara yang diselenggarakan di Kawasan Puspiptek BRIN, Serpong, Senin (21/4/2025).
Advertisement
Menurutnya, kemampuan pertahanan bukan hanya untuk menjaga keselamatan bangsa, tetapi juga menjadi simbol kekuatan dan alat untuk meraih kepentingan nasional.
Donny menjelaskan bahwa industri pertahanan tidak hanya berperan dalam memenuhi kebutuhan alutsista (alat utama sistem senjata), tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutya, transformasi teknologi tinggi dari sektor militer ke sektor sipil menjadi salah satu bentuk kontribusi strategis.
"Industri pertahanan mencerminkan kondisi logistik pertahanan negara. Lebih dari itu, pengembangan teknologinya bisa mendukung sektor sipil dan menciptakan lapangan kerja," ujarnya.
Dalam menghadapi dinamika global dan berkembangnya ancaman baru seperti doktrin pre-emptive strike, Donny menekankan bahwa pertahanan negara harus diperkuat dengan riset dan inovasi yang berkelanjutan. Hal ini harus didukung oleh SDM unggul, fasilitas laboratorium memadai, dan konsistensi kebijakan.
"Kita tidak bisa terus menjadi konsumen teknologi. Kita harus menjadi produsen teknologi pertahanan demi kedaulatan nasional," kata dia.
Ia juga menyebut perlunya strategi akuisisi teknologi secara cepat dan cerdas, termasuk melalui plasterisasi produk pertahanan berdasarkan kelompok teknologi dan jenis penggunaannya.
Kolaborasi Pentahelix dan Peran BRIN
Lebih lanjut, Donny mendorong sinergi pentahelix yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat sipil dalam membangun ekosistem riset yang berpihak pada pemberdayaan industri nasional.
Ia mengapresiasi peran Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam mengonsolidasikan kekuatan riset nasional, termasuk menjangkau para peneliti diaspora.
"Kolaborasi ini bisa menginkubasi hasil riset hingga ke tahap sertifikasi dan produksi, khususnya untuk mendukung pertahanan negara," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah dalam bidang teknologi strategis dengan memanfaatkan potensi pasar dan sumber daya yang besar.
Advertisement
