Keselamatan Berkendara, BRIN Kembangkan Safety Engineering pada Navigasi Autonomous Vehicle

Penelitian berfokus pada aspek keamanan pengguna di dalam AV maupun keamanan pengguna ruang bersama di lingkungan sekitar AV.

oleh Arie Nugraha Diperbarui 22 Mar 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2025, 21:00 WIB
AV, BRIN
Skema safety engineering pada navigasi autonomous vehicle (AV) buatan BRIN. (sumber: BRIN)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sedang berfokus pada berbagai bidang riset dan inovasi berfokus pada aspek keamanan, baik bagi pengguna di dalam Autonomous Vehicle (AV) maupun bagi pengguna ruang bersama di lingkungan sekitar AV.

Menurut Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Elektronika BRIN Sardjono Trihatmo, hal tersbeut berkaitan dengan pengembangan teknologi kendaraan listrik dan otonom.

"Untuk mengantisipasi perkembangan jumlah kendaraan listrik maka dilakukan penelitian di bidang navigasi kendaraan listrik otonom yang dikembangkan di Pusat Riset Elektronika BRIN," ujar Sardjono dalam keterangannya ditulis Bandung, Minggu (16/3/2025).

Sardjono mengatakan penelitian ini berfokus pada aspek keamanan baik keamanan pengguna di dalam AV maupun keamanan pengguna ruang bersama di lingkungan sekitar AV.

Aspek keamanan ditekankan pada pencarian solusi keamanan terhadap gangguan medan elektromagnetik yang berpotensi menyebabkan kegagalan sistem navigasi elektronik sehingga mengoptimalkan/meminimalisir aspek risiko kecelakaan.

"Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan potensi gangguan medan elektromagnetik dalam lingkungan sebuah kendaraan otonom sehingga dapat diambil langkah antisipasi secara teknik agar keamanan (safety) pengguna dapat ditingkatkan," jelas Sardjono.

Sardjono menuturkan aspek keamanan tersebut mencakup Electromagnetic Interference (EMI) atau gangguan elektromagnetik yang merupakan gangguan pada jalur listrik yang disebabkan oleh sumber luar.

Hal itu berpotensi dapat mengganggu kinerja dari perangkat navigasi pada AV maupun perangkat navigasi atau elektronik lainnya di sekitar AV, seperti perangkat elektronik untuk transaksi pada charging stations.

"Pengaruh lingkungan elektromagnetik berpotensi mengganggu kinerja kendaraan otonom yang berhubungan dengan keselamatan pengguna," ungkap Sardjono.

Interferensi elektromagnetik dapat mengakibatkan gangguan pada perangkat navigasi yaitu GPS receiver yang berfungsi sebagai estimator posisi kendaraan otonom.

Sardjono menjelaskan kegagalan estimasi posisi dapat berakibat fatal. Identifikasi gangguan tersebut diperlukan untuk mengembangkan desain dari kendaraan otonom.

"Penelitian ini mengembangkan suatu mekanisme navigasi untuk sejauh mungkin menghindarkan AV memasuki suatu lingkungan dimana EMI berpotensi mengganggu," terang Sardjono.

Sardjono menuturkan mekanisme navigasi ini dilakukan dengan merancang suatu motion planning yang memungkinkan AV menghindari daerah dengan potensi EMI yang tinggi.

Namun AV tetap dapat mencapai tujuan yang didefinisikan dengan jarak tempuh yang terukur. Penelitian ini menghasilkan desain AV yang handal terhadap EMI khususnya radiated EMI maka dalam kegiatan ini akan dikembangkan metode uji ruang terbuka.

"Agar sebuah kendaraan listrik otonomus tidak terganggu kinerjanya, maka telah ditunjukkan dalam simulasi model bahwa rute yang diambil oleh sebuah kendaraan listrik otonomus dapat menghindari medan elektromagnetik yang berpotensi mengganggu kinerja," tutur Sardjono.

Masalah kendaraan listrik otonom dapat dikatakan sebagai masalah optimasi bi-objektif. Fungsi tujuan bersifat linier sehingga metode sekalarisasi jumlah tertimbang dapat diterapkan.

Kendala ketimpangan tersebut dapat diakomodasi untuk menghindari ruas rute yang mengandung kekuatan medan elektromagnetik yang berbahaya.

"Dengan memilih faktor penimbangan yang sesuai, pengguna dapat menentukan apakah faktor yang dominan adalah energi (jarak pendek) atau keselamatan (EMI rendah)," jelas Sardjono.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung industri dalam penerapan teknologi kendaraan otonom.

"Kami berharap hasil penelitian ini dapat diimplementasikan pada Automated Guided Vehicle (AGV) industri agar keandalannya tetap terjaga saat memasuki fase komersialisasi. Selain itu, metode pengukuran OATS yang efisien dapat digunakan oleh industri nasional untuk melakukan tes pra-kepatuhan, sehingga dapat mengurangi biaya produksi produk yang andal," tukas Sardjono.

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya