Energi Ramah Lingkungan, BRIN Kembangkan Sel Surya Bebas Timbal Perovskite Anorganik

Dalam sel surya ini, perovskite digunakan sebagai lapisan penyerap cahaya.

oleh Arie Nugraha Diperbarui 23 Mar 2025, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 11:00 WIB
Ilustrasi Sel Surya, Sel Fotovoltaik
Ilustrasi Sel Surya, Sel Fotovoltaik. Kredit: Andreas Troll via Pixabay... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempunyai solusi energi ramah lingkungan dengan mengembangkan sel surya perovskite anorganik bebas timbal. Menurut Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Elektronika BRIN, Wilman Septina, dalam sel surya ini, perovskite digunakan sebagai lapisan penyerap cahaya. Menurut Wilman, material perovskite selama ini dikenal memiliki efisiensi tinggi dalam aplikasi sel surya, tetapi stabilitas rendah dan kandungan timbalnya menjadi tantangan besar dalam pengembangannya. "Oleh karena itu, kami berupaya menggantikan timbal dengan unsur lain, seperti timah (Sn), antimoni (Sb), atau bismuth (Bi) yang lebih ramah lingkungan," ujar Wilman, Rabu (19/3/2025).

Wilman mengatakan tim saat ini mengembangkan perangkat hybrid fotovoltaik-fotoelektrokimia guna meningkatkan efisiensi konversi energi surya menjadi hidrogen. Wilman mengembangkan material sel surya mini transparan yang dapat digunakan dalam aplikasi perangkat hybrid fotovoltaik-fotoelektrokimia.

"Penggunaan material semi transparan bertujuan memungkinkan penetrasi cahaya ke lapisan foto elektroda di bawahnya. Sehingga, perangkat dapat secara simultan mengonversi energi matahari menjadi listrik melalui lapisan fotovoltaik dan memanfaatkannya untuk reaksi fotoelektrokimia untuk produksi hidrogen," terang Wilman.

Selama dua tahun terakhir, penelitian ini telah menghasilkan beberapa capaian signifikan, termasuk publikasi di jurnal internasional serta pengujian berbagai kombinasi material dalam perangkat energi surya. Otoritasnya menyatakan terus mengembangkan inovasi dalam bidang energi terbarukan melalui riset perovskite anorganik bebas timbal (Pb-free) sebagai solusi baru untuk produksi energi ramah lingkungan. "Kami telah berhasil mempabrikasi perovskite anorganik dengan metode berbasis larutan dan juga evaporasi termal, yang memungkinkan produksi material secara lebih efisien dan scalable," kata Wilman.

Salah satu terobosan utama dari riset ini adalah penggunaan perangkat tandem antara perovskite anorganik semi transparan dengan sel surya berbasis silikon (Si) atau Copper Indium Gallium Selenide (CIGS), yang dapat meningkatkan efisiensi produksi hidrogen melalui proses fotoelektrokimia. Selain itu, metode produksi yang dikembangkan telah dioptimalkan agar lebih sesuai dengan kondisi iklim tropis Indonesia, yang memiliki tingkat kelembaban tinggi.

Meski begitu, Wilman mengungkapkan bahwa, riset ini juga menghadapi tantangan, seperti material perovskite yang sangat mudah terdegradasi dengan adanya air sehingga memerlukan enkapsulasi yang optimal. Tetapi, penelitian serupa masih belum banyak dilakukan di Indonesia, sehingga kolaborasi dengan mitra internasional menjadi sangat penting. "Kami berupaya mengatasi kendala ini dengan berkolaborasi bersama mitra riset internasional, seperti Nanyang Technological University (NTU) di Singapura dan Hawaii Natural Energy Institute di Amerika Serikat," jelas Wilman.

Mendatang, Wilman dan tim menargetkan prototipe perangkat hybrid fotovoltaik-fotoelektrokimia yang efisien dalam menghasilkan hidrogen, serta mengembangkan integrasi sistem yang lebih luas untuk aplikasi energi bersih di Indonesia. "Kami berharap riset ini dapat menjadi langkah nyata dalam mendukung transisi energi berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil," ujar Wilman.

Adanya riset ini, BRIN mengeklaim menunjukkan perannya dalam mendorong inovasi di bidang energi terbarukan, membawa Indonesia lebih dekat pada kemandirian energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya