Status Capres Terancam, Ical Gandeng 2 Nama Cawapres Ini?

Direktur PolcoMM Institute Heri Budianto menilai, JK dan Akbar Tanjung cukup sulit disandingkan dengan Ical lantaran lebih senior.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 20 Apr 2014, 18:37 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2014, 18:37 WIB
Golkar Mau Koalisi dengan PDIP, Tapi Ogah Ical jadi Cawapres
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Ada 3 nama yang disebut Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie untuk menjadi cawapres partai lain. Ketiga nama itu Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, dan Luhut Panjaitan. Belakangan muncul nama Priyo Budi Santoso sebagai cawapres dari kalangan muda.

Direktur PolcoMM Institute Heri Budianto menilai, Ical memang merestui kadernya dipinang partai lain. Tapi, Ical juga tak tinggal diam dan melepas kontrol terhadap cawapres itu. Ical diperkirakan akan merestui calon yang cukup dekat dengannya.

"Kader yang akan dipilih adalah kader yang dipercaya Ical, tidak memutus komunikasi, dan orang kepercayaan. Dan nama yang paling dekat yakni Pak Luhut dan Priyo," kata Heri, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (20/4/2014).

Menurut Heri, keduanya punya posisi yang cukup penting dalam partai. Satu di antaranya bahkan memiliki suara dari akar rumput yang potensial. Sementara JK dan Akbar Tanjung cukup sulit disandingkan dengan Ical lantaran lebih senior.

"Seperti kita tahu, JK dan Akbar merupakan senior. Mereka juga pernah menjabat sebagai ketua umum partai. Tentu kontrol tidak akan bisa dilakukan Ical dalam hal ini," kata Heri.

Ical juga diperkirakan tetap ingin berperan dalam penempatan menteri di kabinet. Tapi, hal itu sulit lantaran Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) diperkirakan dipercepat.

"Tentu Pak Ical akan sulit. Bagaimana masing-masing pihak melakukan strategi dan menjaga ritme sampai Munaslub nanti," tandas Heri.

Belakangan, posisi Aburizal Bakrie sebagai capres Partai Golkar semakin terusik. Kegagalan Partai Golkar meraih target 26% suara Pileg semakin menguatkan wacana evaluasi status capresnya. Cara terbaik agar Golkar tetap berada di pucuk pimpinan partai yakni mengajukan cawapres.

Sementara evaluasi status capres Ical justru muncul dari Akbar Tandjung. Ia bahkan mendesak Ical untuk mempertanggungjawabkan perolehan suara yang tidak mencapai target. Menurut hasil penghitungan quick count atau hitung cepat sementara, Golkar hanya mampu mendulang suara 15%.

Politisi senior Golkar Zainal Bintang mengatakan, semakin derasnya arus desakan evaluasi terhadap pencapresan Ical, karena kader sudah tidak terpengaruh dengan tanda tangan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

"Sebelum ini, para kader masih membutuhkan tanda tangan Ical untuk dapat maju sebagai calon legislatif. Selain itu, kader yang ingin Ical maju terus meyakinkan kader lain tentang kapasitas Ical sebagai ketua umum," kata Zainal dalam acara diskusi di kawasan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta Pusat, hari ini.

Setelah diketahui hasil pileg, lanjut Zainal, muncul desakan lebih keras dari para kader yang cinta pada partai. Mereka yang sudah aman posisinya di legislatif mulai bisa bicara dengan hati nurani. "Karena itu, timbullah arus balik," imbuhnya.

Kuda Hitam

Heri juga sebelumnya mengatakan, nama Priyo kerap muncul dan menjadi terfavorit dalam hasil survei yang dilakukan pihaknya. Misalnya, dalam survei yang dilakukan selama 24 Februari sampai 4 Maret 2014 lalu, Priyo berada di urutan kedua di bawah Jokowi dalam hal capres muda terfavorit pilihan masyarakat.

"Dan menurut survei kami saat itu, dalam hal sosok Cawapres muda, nama Priyo berada di paling atas, mengalahkan Ali Masykur Musa, Hary Tanoesoedibjo, Gita Wirjawan, dan Anies Baswedan. Saya lupa persentasenya berapa," kata Heri.

Sementara politikus senior Partai Golkar Zainal Bintang mengatakan, Priyo dinilai bisa menjadi 'kuda hitam', jika ada partai yang mau mengusungnya sebagai cawapres pada Pilpres 2014. Sebab, Priyo sudah memiliki sejumlah pengalaman cukup baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang organisasi.

"Menurut saya Priyo itu bisa jadi kuda hitam. Dia pernah menjadi ketua umum termuda MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) dan Kosgoro 1957," kata Zainal dalam diskusi bertema Dinamika Internal Partai Jelang Pilpres 2014, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu hari ini.

Zainal menjelaskan, Golkar sebenarnya telah merestui sejumlah kadernya dilamar partai lain menjadi cawapres. Mereka yakni Jusuf Kalla (JK), Akbar Tandjung, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Priyo Budi Santoso.

Ia berharap, pilihan tersebut menjadi pertimbangan partai lain yang menginginkan mereka menjadi cawapres. Kendati, Golkar cenderung memberikan kadernya kepada PDIP.

"Tergantung keinginan Jokowi (Capres PDIP). Kalau dia menolak yang tua, otomatis kan Pak JK dan Pak Akbar Tandjung jadi tertutup. Nah, Priyo mungkin bisa masuk di sini. Karena dia tokoh muda yang patut diperhitungkan," katanya.

Belakangan, posisi Aburizal Bakrie sebagai capres Partai Golkar semakin terusik. Kegagalan Partai Golkar meraih target 26% suara Pileg semakin mengautkan wacana evaluasi status capresnya. Cara terbaik agar Golkar tetap berada di pucuk pimpinan partai yakni mengajukan cawapres.

Evaluasi status capres Ical justru muncul dari Akbar Tandjung. Ia bahkan mendesak Ical untuk mempertanggungjawabkan perolehan suara yang tidak mencapai target itu.

Menurut Zainal, semakin derasnya arus desakan evaluasi terhadap pencapresan Ical, karena kader sudah tidak terpengaruh dengan tanda tangan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

"Sebelum ini, para kader masih membutuhkan tanda tangan Ical untuk dapat maju sebagai calon legislatif. Selain itu, kader yang ingin Ical maju terus meyakinkan kader lain tentang kapasitas Ical sebagai ketua umum," kata Zainal dalam acara diskusi di kawasan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta Pusat, hari ini.

Setelah diketahui hasil pileg, lanjut Zainal, muncul desakan lebih keras dari para kader yang cinta pada partai. Mereka yang sudah aman posisinya di legislatif mulai bisa bicara dengan hati nurani. "Karena itu, timbullah arus balik," imbuh Zainal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya