Surat Edaran Uskup Semarang Soal Pilpres

Gereja tidak menggiring umat kepada salah satu pasangan kandidat. Tetapi mendorong umat terlibat dalam Pilpres.

oleh Shinta NM Sinaga diperbarui 05 Jul 2014, 15:10 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2014, 15:10 WIB
Uskup Semarang
Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Maria Pujasumarta (Antara)

Liputan6.com, Magelang Uskup Agung Semarang Monsinyur Johannes Pujasumarta mengirim surat edaran tentang Pemilihan Presiden untuk disampaikan kepada umat melalui perayaan ekaristi Sabtu-Minggu 5-6 Juli 2014 di berbagai gereja di keuskupan setempat.

"Penekanan surat edaran itu, adalah agar umat menggunakan hak suaranya secara cerdas dan bertanggung jawab saat pemilihan nanti," kata Kepala Gereja Kevikepan Kedu Romo FX Krisno Handoyo di Magelang, Sabtu (5/7/2014).

Ia menjelaskan, gereja memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral politik yang bisa menjadi pedoman dalam menghadapi situasi politik selama pemilihan presiden dan wakil presiden tahun ini.

Gereja, ia melanjutkan, tidak menggiring umat kepada salah satu pasangan kandidat. Baik itu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa maupun Joko Widodo-Jusuf Kalla. Tetapi mendorong umat terlibat dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.

"Gereja menghargai perbedaan, namun dengan tetap menjaga kebersamaan. Gereja juga mengharapkan umat tidak golput. Umat yang berkesempatan terlibat langsung mengawal pilpres, seperti sebagai saksi atau penyelenggara pemilihan, dan lainnya, juga harus menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab," kata Romo Krisno.

Surat Uskup

Dalam surat itu, Uskup Puja antara lain mengingatkan umat untuk terus mengawal berbagai tahapan pemilihan presiden dan wakil presiden supaya tidak sampai ada tindakan yang merusak bangunan demokrasi.

Ia berharap pemilihan umum akan menghadirkan pribadi yang mempunyai kemampuan dan kemauan memimpin bangsa yang dalam pelaksanaan tugasnya, mau melayani dan memperjuangkan nilai-nilai dasar dalam menjunjung tinggi nilai kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, serta menghidupkan semangat solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang kurang beruntung.

Uskup Puja juga menuliskan 5 poin tentang ancaman yang cukup mencemaskan dalam proses demokrasi saat ini, antara lain tentang ulah pihak-pihak tertentu yang merusak proses demokrasi, kampanye sesat, pemberitaan tidak berimbang, praktik politik uang, dan "perang bintang".

"Menyelamatkan negeri ini dengan mengawal proses demokrasi menjadi sesuatu yang mendesak dan penting," katanya.

Uskup Puja juga mengajak umat keuskupan setempat serius memaknai apa yang telah digemakan oleh Monsinyur Albertus Soegijapranata --Uskup pertama Keuskupan Agung Semarang.

"Agar kita sungguh-sungguh total mencintai Indonesia dan gereja. Menjadi 100 persen Katolik dan 100 persen patriot Indonesia adalah suatu tindakan yang harus didagingkan," katanya.

Ia mengharapkan umat memilih calon pemimpin yang memiliki keluhuran kepemimpinan, yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan rakyat, teruji setia melayani, dan mempunyai habitus kepemimpinan yang lugas. (Ant)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya