Liputan6.com, Mekah - Sebanyak 12 jemaah calon haji JKG02 tertinggal di Madinah pada hari kedua pemberangkatan jemaah calon haji dari Madinah ke Mekah. Mereka dijadwalkan berangkat pada Senin 31 Agustus 2015 pukul 07.00 pagi Waktu Arab Saudi (WAS). Setelah melalui proses pengecekan, dokumen paspor 12 orang ini tidak ada pada sopir bus yang akan membawanya ke Mekah sehingga mereka diputuskan untuk tidak berangkat.
Dengan masih berbalut kain ihram, ke-12 calon jemaah haji yang tertinggal bus rombongan itu mengaku kecewa. Salah satunya Sodik Kurniawan (40).
"Kami ditinggal jam sepuluhan. Menurut jadwal berangkat jam 7 pagi, tapi sampai jam 9 masih pengecekan-pengecekan. Keputusan akhirnya kita ditinggal," terang Sodik.
Advertisement
"Kami dari JKG 02 ada 12 orang yang ditinggal. Sampai jam 2 siang harusnya kan paling tidak ketua kloter atau ketua bimbingan haji menghubungi saya, bagaimana kondisinya. Itu tidak ada," terang dia.
Dalam keadaan terdesak, Sodik putar otak untuk mencari solusi sendiri. Dia mengaku terbantu dengan adanya aplikasi haji pintar yang menjadi sarana pengaduan masalah yang dihadapinya.
Aplikasi yang dibuat oleh Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) berupa aplikasi haji pintar itu berbasis android. Aplikasi yang bisa diunduh melalui aplikasi Google Play Store untuk Android dan Apple App Store untuk iOS itu berisi layanan informasi haji secara online.
"Saya langsung kirim SMS pengaduan yang di haji pintar itu. Di sanalah kita komunikasi terus sampai di Daker Madinah. Mungkin Daker Madinah tahu kasus itu dari SMS pengaduan saya," Ujar Sodik.
Akhirnya Berangkat ke Mekah
Yati, istri Sodik, menambahkan bahwa 12 jemaah ini masuk kembali ke dalam kamar pada sekitar pukul 15.00 WAS, setelah sebelumnya menunggu di lobi hotel. Mereka awalnya dijadwalkan akan diberangkatkan ke Mekah pada pagi hari.
Namun, selepas isya ada tawaran untuk berangkat malam itu juga dan mereka setuju sehingga proses pemberangkatan dilakukan Senin malam. 12 Jemaah itu tiba di Daker Mekah pada pukul 07.00 WAS.
Dilain sisi Kepala Seksi Perlindungan Jemaah, Jaetul Muchlis Basyir mengatakan bahwa secara teknis dan aturan yang ada, persoalan ini tidak semestinya terjadi. Menurutnya, ini bisa jadi karena pengorganisasian kloter yang tidak optimal.
"Di situ ada peran Karu (Kepala Regu), Karom (Kepala Rombongan), dan petugas kloter yang tidak optimal. Harusnya mereka dalam setiap pergerakan melakukan cek dan ricek keberadaan kelengkapan, personil, maupun jamaah, serta dokumen," jelas dia.
Namun demikian, Muchlis mengaku akan melakukan klarifikasi terlebih dahulu terkait faktor penyebab terjadinya peristiwa ini.
"Kita akan klarifikasi dulu, di mana celah-celah yang harus kita evaluasi sehingga terjadi kejadian seperti ini. Kita harus evaluasi dulu apakah kekurangtanggapan organisasi kloter atau lainnya," jelasnya. (Ado/Ian)