Jemaah Haji Diimbau Hati-hati Naik Taksi di Mekah

Jemaah haji perempuan tidak disarankan pergi atau naik taksi seorang diri.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Sep 2015, 08:31 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2015, 08:31 WIB
Tenda-tenda jemaah haji
Tenda-tenda jemaah haji di Mina, Arab Saudi. (Liputan6.com/Anri Syaiful)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini angkutan umum menjadi andalan para jemaah haji untuk tetap melaksanakan ibadah dari pemondokan ke Masjidil Haram di Mekah Arab Saudi. Hal ini karena bus shalawat yang disediakan pemerintah Arab Saudi secara gratis diberhentikan untuk sementara waktu.

Pemberhentian bus shalawat dilakukan hingga 28 September 2015 atau setelah puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Selain itu pemerintah Arab Saudi juga telah melarang fasilitas bus setiap negara penyelenggara haji beroperasi hingga menjelang puncak haji di Arafah pada 23 September 2015.

Terkait hal itu pemerintah Indonesia mengimbau para jemaah haji untuk berhati-hati saat menggunakan transportasi umum di Mekah, khususnya taksi. Seperti disampaikan Kepala Seksi Perlindungan jemaah Daerah Kerja (Daker) Mekah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1436H/2015M, Letkol Jaetul Muchlis Basyir.

"Tarif taksi misalnya yang biasanya hanya sekitar 20 riyal (sekitar Rp 80 ribu), melonjak sampai 50 riyal (sekitar Rp200 ribu)," kata Muchlis di Mekah, Arab Saudi pada Sabtu 20 September 2015. "Tidak hanya soal tarif yang melonjak, jemaah harus waspada terhadap kriminalitas di sana," ujar dia.

Muchlis mengatakan, transportasi umum di Mekah cukup banyak. Namun di antara semua alat transportasi itu, yang bisa mengantarkan para jemaah hingga dekat pemondokan adalah taksi. Baik taksi resmi maupun taksi gelap.

"Di situ kadang menimbulkan kerawanan," tutur dia.

Perempuan, kata dia, tidak disarankan pergi atau naik taksi seorang diri. Mereka harus didampingi oleh muhrim laki-laki. Selain itu, kata dia, saat naik taksi, laki-laki harus masuk ke dalam taksi lebih dulu, baru kemudian perempuan.

Dan saat turun perempuan keluar dari kendaraan duluan, baru laki-laki.

"Jangan terprovokasi tindakan sopir taksi yang berbau kriminal, seperti kendaraan tiba-tiba mogok dan penumpang laki-laki diminta mendorong mobil tersebut," ujar Muchlis.

Dia mengungkapkan, berdasarkan pengalaman menjadi petugas pelindung jemaah, hal itu menjadi potensi kejahatan dengan membawa kabur penumpang perempuan.

Mulai Sabtu 19 September 2015, bus shalawat yang biasa mengantar jemaah Indonesia dari pemondokan ke Masjidil Haram berhenti beroperasi sementara sampai tanggal 28 September.

Saat ini lebih dari 154 ribu jemaah Indonesia telah berada di Mekah untuk melakukan prosesi puncak ibadah haji di Armina. (Ant/Ndy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya