Thong-Thong Prek, Tradisi Bangunkan Sahur Warga Subah

Buat melestarikan tradisi sahur tersebut, pihak Desa Subah Batang menghelat Festival Musik Thong-thong Prek.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 20 Jun 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2017, 05:00 WIB
Tradisi Sahur
Tradisi membangunkan warga dengan thong-thong prek untuk sahur di bulan Ramadan sangat getol dilakoni para remaja Desa Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Batang - Tradisi membangunkan warga dengan thong-thong prek untuk sahur di bulan Ramadan sangat getol dilakoni para remaja Desa Subah, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah dan sekitarnya. Bahkan, mereka kerap sudah keliling kampung meski belum waktu masuk sahur.

Buat melestarikan tradisi sahur tersebut, pihak Desa Subah Batang menghelat Festival Musik Thong-thong Prek. Desa Subah adalah salah satu desa yang masih melestarikan musik thong-thong prek. Media musik thong-thong prek menggunakan bambu merupakan warisan budaya yang cukup dilestarikan.

Alat musik tradisional yang dimainkan banyak orang untuk hiburan guna mengisi waktu luang itu pun banyak digemari masyarakat Suku Jawa.

Ketua Festival Thong-thong Prek Desa Subah, Abdul Ghoni mengatakan, festival ini sudah biasa dilaksanakan sejak 15 tahun yang lalu setiap bulan Ramadan. Hal ini untuk melestarikan budaya dan mengembangkan kreativitas pemuda desa dalam berkesenian.

"Budaya warisan yang setiap bulan puasa anak-anak muda desa membangunkan orang untuk melaksanakan sahur dengan musik thong-thong prek ini kita lombakan, untuk melestarikannya sejak 15 tahun di setiap bulan puasa kita lombakan dengan lagu-lagu bertemakan sahur," ucap Abdul Ghoni, Sabtu malam, 17 Juni 2017.

Rute start dari Jalan Delima, Dukuh Ngepung, Subah dan finis di depan Masjid At-Taqwa, Subah. Ribuan penonton pun menyaksikan Festival Thong-thong Prek hingga memadati halaman masjid.

Bupati Batang Wihaji yang hadir dalam festival mengatakan, kegiatan unik ini perlu dikembangkan agar menjadi sebuah destinasi baru untuk dikenalkan kepada khalayak umum. Dengan demikian, bisa menarik pengunjung luar desa atau daerah yang bisa membangkitkan simpul-simpul ekonomi bagi masyarakat.

"Kami selaku pemerintah daerah akan mendukung tradisi semacam ini yang menjadi ciri khas karakter lokal karena mempunyai keunikan seni. Kegiatan ini merupakan tradisi turun-temurun yang sangat luar biasa dan dengan semangat pemudanya yang kreatif, inovatif bisa menjadi hiburan bagi masyarakat desa," tutur Wihaji.

Festival tersebut diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari pedukuhan Desa Subah. Termasuk dari luar Desa Subah, seperti Desa Menjangan, Desa Sengunsari, dan Desa Sengon, serta dari Desa Limpung, Kecamatan Limpung.

Untuk lebih menyemangati peserta lomba tradisi sahur bulan Ramadan tersebut, Bupati Batang memberikan tambahan hadiah bagi pemenang untuk juara I Rp 1 juta, juara II Rp 750 ribu, dan juara III Rp 500 ribu.

"Semangat bagi peserta lomba, kami senang seni tradisional yang kreatif dan inovatif, karena ini lomba harus tetap menjunjung tinggi sportivitas," dia menambahkan.



Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya